Allah
mengutus Nabi Muhammad SAW. dengan membawa al-Quran yang menerangi manusia di
dalam jalan kebaikan, menunjukkan mereka ke arah kesejahteraan, dan menjelaskan
kepada mereka hakikat-hakikat kebenaran, serta mengangkat gelapnya kebodohan
dari hati mereka. Al-Quran adalah petunjuk. Al-Quran adalah sumber pengetahuan
dan cahaya, sebagaimana firman Allah :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia". (QS.
Al-Baqarah: 185)
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا
"dan Telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al Quran)." (QS. An Nisa': 174)
Namun
demikian derajat manusia di dalam mengambil pelajaran dari Al-Quran, berbeda
dan bermacam-macam disebabkan perbedaan hati dan bermacam-macamnya kesiapan
mereka.
Sekelompok
manusia mempunyai hati yang bersih, tidak ternoda oleh dosa.
Ketika mendengar wahyu mereka mendengarkannya sepenuh hati, memahami dan memikirkannya, hingga wahyu itu berdampak pada hatinya dan bersih. Lalu wahyu itu memerintahkan seluruh anggota badan untuk mengamalkannya dan menyebarkannya dalam dakwah. Sekelompok manusia ini diibaratkankan oleh Rasulullah SAW dengan tanah yang bagus, gembur dan subur. Setelah tanah itu diguyur hujan, dengan mudahnya rumput-rumput tumbuh, pepohonan pun bersemi dan mengeluarkan buahnya.
Hewan-hewan berkumpul di sana menikmati rumput-rumput hijau. Manusia pun berlomba mendapatkan buah-buah segar dari pepohonan yang tumbuh disana. Tanah itu juga menyerap air hujan dan menyimpannya beberapa lama, hingga sumber-sumber air mengalir deras, bening dan segar. Rumput-rumput tetap tumbuh, pepohonan tetap mengembang walau hujan lama tidak turun, karena air yang disimpannya.
Ketika mendengar wahyu mereka mendengarkannya sepenuh hati, memahami dan memikirkannya, hingga wahyu itu berdampak pada hatinya dan bersih. Lalu wahyu itu memerintahkan seluruh anggota badan untuk mengamalkannya dan menyebarkannya dalam dakwah. Sekelompok manusia ini diibaratkankan oleh Rasulullah SAW dengan tanah yang bagus, gembur dan subur. Setelah tanah itu diguyur hujan, dengan mudahnya rumput-rumput tumbuh, pepohonan pun bersemi dan mengeluarkan buahnya.
Hewan-hewan berkumpul di sana menikmati rumput-rumput hijau. Manusia pun berlomba mendapatkan buah-buah segar dari pepohonan yang tumbuh disana. Tanah itu juga menyerap air hujan dan menyimpannya beberapa lama, hingga sumber-sumber air mengalir deras, bening dan segar. Rumput-rumput tetap tumbuh, pepohonan tetap mengembang walau hujan lama tidak turun, karena air yang disimpannya.
Dari
Abi Musa Al-Asy'ari dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
مَثَلُ مَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى
وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيْرِ أَصَابَ أَرْضًا ، فكان منها نقيةً
قَبِلَت الماءَ ، فأنْبَتَت الكلأَ والعشبَ الكثيرَ ، وَكَانتْ مِنْهَا أجَادِبَ
أمْسَكَت الماءَ ، فنَفَعَ اللهُ بهَا النَّاسَ ، فشَرِبُوا وسَقُوْا وزرَعُوْا
"Perumpamaan Al-Quran, dimana Allah mengutus aku dengannya,
yang berupa petunjuk dan ilmu, bagaiman hujan yang deras yang mengguyur tanah.
Tanah itu ada yang bersih mampu menerima air, hingga menumbukan belukar dan
rumput yang banyak. Tanah itu juga ada yang mampu menyerap air, hingga manusia
memanfaatkannya. Mereka minum, menyiram dan bercocok tanam (dari air
itu)".
(HR. Bukhari, Muslim dan Nasa'i).
Sekelompok
manusia ada yang kotor hatinya, dan mati persiapannya.
Orang-orang ini ketika dibacakan wahyu, mereka berpaling karena sombong, sepertinya ada gunung di lobang telinganya yang tidak dapat terangkat. Hati pun tetap terkunci hingga tidak ada petunjuk yang mampu membuka pintu hati mereka.
Sekelompok manusia ini, diibaratkan oleh Rasulullah SAW seperti tanah datar, keras dan berbatu. Ketika hujan turun mengguyur, sama sekali ia tidak bisa menyerapnya. Tak ada satu rumputpun tumbuh, dan tidak ada satupun pohon bersemi dan mengeluarkan buahnya. Ia tetap dalam kekeringan dan tandus. Mengenai kelompok ini Allah berfirman:
Orang-orang ini ketika dibacakan wahyu, mereka berpaling karena sombong, sepertinya ada gunung di lobang telinganya yang tidak dapat terangkat. Hati pun tetap terkunci hingga tidak ada petunjuk yang mampu membuka pintu hati mereka.
Sekelompok manusia ini, diibaratkan oleh Rasulullah SAW seperti tanah datar, keras dan berbatu. Ketika hujan turun mengguyur, sama sekali ia tidak bisa menyerapnya. Tak ada satu rumputpun tumbuh, dan tidak ada satupun pohon bersemi dan mengeluarkan buahnya. Ia tetap dalam kekeringan dan tandus. Mengenai kelompok ini Allah berfirman:
سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ
أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ، خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ
وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
"Sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak
kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah Telah mengunci-mati
hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka
siksa yang amat berat". (QS. Al-Baqarah: 6-7)
Kelompok
ketiga ialah kelompok yang mampu mendengarkan al-Quran dan memahaminya.
Ia mengajak manusia untuk mengamalkan apa yang telah ia pahami dari Al-Quran. Namun, dia tidak mengamalkannya sendiri. Inilah kelompok yang difirmankan Allah:
Ia mengajak manusia untuk mengamalkan apa yang telah ia pahami dari Al-Quran. Namun, dia tidak mengamalkannya sendiri. Inilah kelompok yang difirmankan Allah:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ
وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?". (QS. Al-Baqarah: 44)
Penulis berasal dari Pondok Pesantren Assunniyah Jember

Posting Komentar