"Yang terpenting bukannya tercapainya apa yang engkau cari, tetapi
yang penting adalah engkau dilimpahi rizki adab yang baik"
Dalam ajaran thariqat Sufi, adalah yang terpenting bukannya tercapainya apa
yang engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau dilimpahi rizki adab yang baik terwujudnya apa yang diinginkan (sukses), tetapi lebih penting
dari itu semua kita dikaruniai adab yang bagus. Baik adab dengan Allah, adab
dengan Rasulullah SAW, adab dengan para Syeikh, para Ulama, adab dengan
sahabat, keluarga, anak dan isteri, dan adan dengan sesama makhluk Allah
Ta'ala.
Apa yang ada di sisi Allah SWT, tidak bisa diraih dengan berbagai upaya sebab
akibat, namun kita harus mewujudkan adab yang baik di hadapanNya, karena dengan
adab itulah ubudiyah akan terwujud. Allah SWT, berfirman: "Agar Allah
menguji mereka, manakah diantara mereka yang terbaik amalnya." (Al-Kahfi:
7), Allah tidak menyebutkan bahwa yang terbaik itu adalah yang terbanyak
suksesnya, juga bukan yang terbaik adalah raihan besarnya.
Rasulullah SAW, bersabda: "Taqwalah kepada Allah dimana pun engkau berada,
dan ikutilah keburukan itu dengan kebajikan, sehingga keburukan terhapus. Dan
bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik." (Hr. Imam
Ahmad, dan At-Tirmidzy).
Seluruh proses adab itu adalah menuju keserasian dengan sifat-sifatNya, dan
inilah yang disebutkan selanjutnya oleh Ibnu Athaillah: "Tak ada yang
lebih penting untuk anda cari disbanding rasa terdesak, dan tidak ada yang
lebih mempercepat anugerah padamu ketimbang rasa hina dan rasa faqir
padaNya."
Sikap terdesak, hina, fakir, itulah yang membuat anda terus kembali kepada
Allah SWT tanpa sedikit pun faktor yang menyebabkan rasa tersebut muncul. Dan
sebaik-baik waktu tentu saja, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Atyhaillah dalam
Al-Hikam pula adalah waktu dimana anda menyaksikan sifat butuh anda kepada
Allah, dan dikembalikan pada wujud hinamu di hadapanNya.
Para sufi sering bersyair:
Adab sang hamba adalah rasa hinanya
Sang hamba tak pernah meninggalkan adab
Sang hamba jika sempurna rasa hinanya
Sang hamba meraih cinta dan kedekatannya.
Hajat manusia bertingkat-tingkat, Ada hajat dunianya, ada hajat akhiratnya, ada
hajat meraih anugerahNya, ada hajat hanya kepada Allah SWT, saja. Tentu hajat
tertinggi adalah menuju dan wushul kepada Allah Ta'ala, dan itu semua harus
diraih dengan rasa butuh yang sangat, rasa hina dan fakir. Kepada Allah ta'ala.
Pernah dikatakan kepada Abu Yazid, "Pekerjaanmu senantiasa dipenuhi dengan
rasa bakti, bila engkau menghendakiKu maka engkau harus datang dengan rasa hina
dan butuh." Diantara makna berguna dari rasa butuh itu adalah:
1) Rasa berpaling dari makhluk Allah Ta'ala secara total,
2) Menghadap Allah dengan total pula,
3) Sang hamba berhenti di batasNya tanpa membuat pengakuan sedikit pun.
Tiga hal yang merupakan jumlah kebajikan dan kesempurnaan.
Pengajian Kitab Al Hikam

Posting Komentar