Diriwayatkan oleh An-Nawawi (Seorang Ulama yang sangat alim,
Syaikhul Islam, A’laamul
Awliyaa’, Abu Zakariya Muhyidin Yahya
bin Syaraf bin Marri bin Hasan bin Hizam bin Muhammad bin Jam’ah An-Nawawi, W: 24, Rajab, 676H), beliau telah
katakan dalam kitab Al-Adzkar bahwa Imam Ghazali rahimahullah (Ulamanya para
ulama, bahkan gurunya sendiri Imam Haramain menyebutkan keluasan ilmunya
bagaikan lautan yang mampu menenggelamkan ‘bahrul
mughriq’, Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad Al-Ghazali, W: 505H) mengatakan dalam kitab Al-Ihya "Tata krama
dalam berdoa ada sepuluh".
Pertama, hendaknya mencari waktu yang mulia, seperti hari ‘Arafah, bulan Ramadlan, hari
Jum’ah, sepertiga malam dan waktu
sahur.
Kedua, mencari keadan-keadan yang mulia, seperti dalam
keadaan sujud, bertemunya dua pasukan perang, turunya hujan, akan mendirikan
shalat dan setelah shalat. Imam Nawawi mengatakan, dalam hal ini juga termasuk
ketika hati sedang peka dalam kelembutan.
Ketiga, menghadap kearah kiblat, kemudian mengangkat kedua
tangan dan setelah berdoa mengusapkannya pada wajah.
Keempat, menjaga suara antara suara yang keras dan pelan.
Kelima, tidak perlu bersajak dalam berdoa. Dalam penafsiran
ini adalah tidak berlebih-lebihan dalam berdoa. Yang lebih utama adalah
menggunakan doa-doa yang ma’tsur,
sebab tidak semua orang mampu merangkai kalimat doa dan dikahwatirkan
berlebihan dalam berdoa.
Sebagaian Ulama mengatakan "berdoalah dengan suara yang
rendah dan sekiranya cukup, serta tidak dengan menyengaja terlalu fasih dan
dengan nada yang keras". Para Ulama juga tidak berdoa kecuali dengan tujuh
kalimat (tidak terlalu banyak), adapun dalilnya adalah firman Alloh Swt, pada
[Q.S Al-Baqarah, ayat 2]. Beliau katakan, dalam ayat yang lain Alloh tidak
mencantumkan doa untuk hambaNya tidak lebih tujuh kalimat. Seperti juga
digambarkan dalam [Q.S Ibrahim, ayat 35].Akan tetapi yang mukhtar adalah
sebagaimana pendapat kebanyakan Ulama, merka katakan ‘tidak ada batasan dalam berdoa, dan tidak ada
kemakruhan ketika menambah lebih dari tujuh kalimat, bahkan disunahkan
memeperbanyak dalam berdoa’.
Ke enam, tunduk, patuh dan khusyu’ dalam berdoa. Sebagaimana disebutkan dalam firman
Alloh Swt yang artinya, Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam mengerjakan kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami (Alloh)
dengan penuh harapan dan kecemasan... [Q.S Al-Anbiya’: 90]
Berdoalah kepada TuhanMu dengan berendah diri dan dengan
suara yang lembut... [Q.S Al-A’raf:
55]
Ketujuh, memohon dengan bersungguh-sungguh dengan meyakini
akan dikabulkan dan berharap dengan sangat. Dalil yang menunjukkan tentang ini
sangatlah banyak dan masyhur. Sufyan binUyainah rahimahullah mengatakan, jangan
pernah menghalangi seseorang dari kalian dari berdoa dengan apa yang diketahui
pada jiwanya, karena Alloh Swt mengabulkan doa iblis sekalipun, lihat Q.S Al-A’raf.
Iblis berkata, berilah aku tangguh sampai waktu mereka
dibangkitkan, Alloh berfirman, sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi
tangguh. [Q.S Al-A’raf: 14-15]
Kedelapan, meminta dengan bersungguh-sungguh, dan mengulang
doanya sebanyak tiga kali jika diperlukan, serta tidak berharap akan lamanya
pengabulan doa.
Ke sembilan, memulai berdoa dengan berdzikir kepada Alloh.
Menurutku bisa dilakukan dengan membaca shalawat kepada Rosulullah Saw setelah
memuji keharibaan Alloh Swt, kemudian menutup doa dengan berdzikir kepada-nya
juga.
Kesepuluh, ini yang sangat urgan dan merupakan dasar dari
dikabulakannya doa, yaitu taubat. Mengembalikan hak-hak orang lain dan berharap
sepenuhnya kepada Alloh Swt.
Imam Al-Ghazali rahimahulloh mengatakan, juga menagatakan apakah
manfaat doa jika takdir tidak akan bisa dirubah? Kemudian beliau melanjutkan,
perlu diketahui bahwa mencegah bencana dengan doa termasuk dalam ketentuan
takdir. Doa adalah sebab tertolaknya doa timbulnya rahmat, sebagaimana perisai
yang merupakan sebab dalam tameng senjata dan air merupakan sebab tumbuhnya
tanaman di bumi. Karena perisai dapat mencegah panah dan saling bertabrakan. Oleh
karenanya sama halnya dengan doa dan bencana, selain itu bukankah sarat
mengetahui takdir dengan tidak mengangkat senjata, sebagaimana firman Alloh
SWT:
Dan hendaknya mereka bersiap siaga dan menyandang senjata.
[Q.S An-Nisa’: 102]
Karena Alloh menakdirkan sesuatu, juga menakdirkan
sebab-sebabnya. Diantara syarat doa yang kami jelaskan adalah menghadirkan hati
dan memperlihatkan sikap sangat butuh,dan kedua syarat ini adalah puncak dari
ibadah.
Ust. Ulin Nuha Asnawi

+ comments + 1 comments
agen365 agen jud! online terpecaya dan teraman di indonesia :)
WA : +85587781483
Posting Komentar