Puasa menurut bahasa adalah al Imsak artinya menahan,
sedangkan menurut istilah Puasa adalah menahan dari segala hal yang dapat
membatalkan puasa pada waktu yang di wajibkan untuk berpuasa dengan niat
khusus. Perintah untuk menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan bagai orang
islam yang sudah baligh, berakal dan mampu menjalankannya adalah sebuah
kewajiban tanpa adanya tawaran untuk tidak mengerjakannya. Berikut ini adalah
10 perkara yang dapat membatalkan puasa, diantaranya :
Segala sesuatu yang masuk ke lubang tubuh seperti makanan,minuman
dan selainnya, apabila tertelan sekecil biji atau setetes air maka puasanya
batal, dalam hal ini mengecualikan karena sebab lupa, maka puasanya tidak
batal. Hal ini sama seperti orang yang berpuasa yang terkena musibah (sakit
yang tidak memungkinkan untuk puasa) maka baginya tidak di berikan
denda (kafarat), akan tetapi wajib mengganti (qo’dho) puasanya.
Segala sesuatu yang masuk ke bagian rongga kepala, seperti obat
yang di masukan ke dalam rongga hidung atau mengalirkan obat ke lubang telinga,
maka puasanya batal. Jika memberikan minyak rambut atau memberi celak pada mata
maka puasanya tidak batal walaupun dapat dirasakan dari pada tempat tumbuhnya
rambut, hal seperti demikian itu sama dengan mencium minyak wangi maka tidak
membatalkan puasa.
Muntah dengan disengaja maka batal puasanya, jika muntah karena
tidak di sengaja maka puasanya tidak batal, dan juga tidak membatalkan puasa
jika sebab muntahnya karena mual atau merasa jijik terhadap sesuatu yang
dilihatnya.
Keluar mani disebabkan karena bersentuhan kulit antara laki-laki
dan perempuan maka puasanya batal tanpa dikenai denda (kafarat), dan jika
keluar mani disebabkan karena memasukan hasafah/dzakar ke dalam farji atau
dubur dari hasafah/dzakar manusia atau hewan maka batal puasanya (baik keluar
ataupun tidak maninya) dan baginya dikenai denda (kafarat) untuk
memerdekakan budak perempuan yang mu’min dan sehat dari sifat cacat
yang menghalanginya dalam melakukan pekerjaan, maka jika tidak di temukan (memerdekakan
budak perempuan yang mu’min yang sehat dari sifat cacat yang menghalangi dalam
melakukan pekerjaan), maka berpuasa selama 2 bualan selain hari untuk
mengganti (qo’dho) puasanya, jika tidak mampu untuk berpuasa selama 2
bulan, maka dendanya (kafarat) memberikan makanan ke pada 60 orang
miskin sebanyak 1 mud (1 1/3 Ritel Baghdad) dari bahan makanan pokok
yang ada. Keluar mani tidak membatalkan puasa sebab ihtilam (mimpi
keluar mani) dan bukan sebab bersentuhan yang tidak menyebabkan keluar mani.
Huqnaf, yakni memasukan obat melalui kemaluan, anus atau
selainnya, maka puasanya batal, atau ketika melukai lubang hidung dengan alat
yang tajam maka puasanya batal, hal ini disamakan dengan memasukan obat melalui
kemaluan, anus atau selainnya.
Junun (Gila), jika gilanya hanya sedikit maka tidak wajib
mengganti (qo’dho) puasanya, ketika sudah dalam keadaan sehat,
kecuali apabila sebab gilanya dari dirinya sendiri maka wajib mengganti (qo’dho) puasanya
ketika sudah dalam keadaan normal (sehat).
Igma (Pingsan), jika keadaan pingsannya mencangkup seluruh
waktu yang di wajibkan untuk berpuasa, dan baginya wajib mengganti (qo’dho) puasanya
setelah sadar dari pingsannya.
Haid, ketika melaksanakan puasa, maka batal puasanya. Darah istihadzoh tidak
membatalkan puasa. jika pingsannya hanya sebagian dari hari yang di wajibkan
puasa,cmaka puasanya tidak batal, ketika matanya sudah dapat melihat atau
sadar.
Nifas, hal ini disamakan dengan haid, maka batal puasanya.
Murtad (keluar dari islam) maka batal puasanya, dan
baginya (murtad) wajib mengganti (qo’dho) puasanya, ketika
kembali masuk agama islam dan wajib mengqo’do sholat fardu yang di tinggalkan.
الإقناع فى الفقه الشافعى ــ
للماوردى (ص: 32)
باب ما يفطر به الصائم وفطر
الصائم قد يكون من عشرة أوجه أحدها ما وصل إلى الجوف من غذاء وغيره حتى لو ابتلع
خردلة أو حصا
أفطر بها إلا أن يكون ناسيا
فيكون على صومه وإن شبع ورزي ولا كفارة عليه إن أفطر بأكل أو شرب والثاني ما وصل
إلى الرأس من سعوط في النف أو تقطير دواء في الأذن يفطر به وإن دهن رأسه أو كحل
عينه لم يفطر وإن ظهر طعمه في حلقه وكذلك لو شم طيبا والثالث القيء إن استقاء
عامدا أفطر وإن ذرعه القيء لم يفطر ولا يفطر بالجشاء والغثيان والرابع المباشرة إن
إنزل بها من غير إيلاج أفطر ولا كفارة عليه وإن أولج حتى حتى غيب حشفة ذكره في أحد
الفرجين من قبل أو دبر من آدمي أو بهيمة أفطر أنزل أو لم ينزل وعليه أن يكفر بعتق
رقبة مؤمنة سليمة من العيوب التي تضر بالعمل إضرارا بينا فإن لم يجد صام شهرين
متتابعين سوى يوم القضاء
فإن لم يستطع أطعم ستين مسكينا
مدا من غالب الحبوب المقتاتة ولا يفطر بالاحتلام ولا بالمباشرة من غير إيلاج ولا
إنزال والخامس الحقنة من احد السبيلين وإيلاج ما يغيب فيه من دواء وغيره يفطر به
وكذلك لو جرح نفه حتى وصل الحديد إلى جوفه أفطر والسادس الجنون وإن قل ولا قضاء عليه
إلا أن يدخل الجنون على نفسه فيقضي إن أفاق والسابع الإغماء إن كان في جميع اليوم
أفطر به وعليه القضاء بعد الإفاقة وإن كان في بعضه لم يفطر إذا سلم طرفاه والثامن
الحيض تفطر به المرأة وإن كان في بعض اليوم ولا تفطر بالاستحاضة والتاسع النفاس
تفطر به كالحيض ولا تفطر بوضع الولد إذا لم تر معه دما والعاشر الردة يفطر بها
الصائم ويقضي إذا عاد إلى الإسلام مع ما تركه من الصلوات المفروضات
Dikutip
dari al Iqna Fil Fiqhi as Syafi’i
Lil Mawradi Bad’ul Hilmi Arromdoni - LBM PPMH Al-Azhar
Citangkolo

Posting Komentar