Entah lupa
atau sengaja dilupakan, banyak di antara kita yang nyaris bahkan tak pernah
sama sekali membicarakan peranan Hajar (lebih populer dengan sebutan Siti Hajar),
yakni ibundanya Ismail a.s yang notabene juga isteri “khalilullah”
Ibrahim a.s dalam peristiwa “kurban” tersebut. Padahal “tidak bisa
tidak” (tentunya dengan kehendak Allah SWT), sebagaimana yang banyak
diriwayatkan, maka peranan Hajar dalam rangka menopang dan memperkokoh
kecintaan dan keta’atan “suaminya” Ibrahim a.s kepada Allah SWT sungguh tiada
ternilai besarnya. Dalam hal ini “seandainya” Hajar menolak dan
tidak membiarkan Ismail dibawa Ibrahim; atau terpengaruh oleh hasutan “Iblis
laknatullah”, maka jelas kisah “kurban” yang kita kenal selama ini akan menjadi
lain jalan ceritanya.
Menurut
riwayat “Hajar” adalah puteri dari salah seorang Raja Maroko, keturunan
dari nabi Shaleh a.s. yang mati dibunuh oleh Fir’aun yang bernama Dzu
al Arsy. Selanjutnya Hajar ditawan sebagai budak dan diberikan
wewenang untuk mengatur rumah tangga Fir’aun.
Hajar
dihadiahkan oleh Fira’un kepada Ibrahim a.s dan Sarah ketika mereka pindah ke
Mesir, yang kemudian dibawa serta kembali ke Palestina, setelah Ibrahim a.s dan
Sarah diusir oleh Fir’aun dari Mesir karena beranggapan Ibrahim a.s dan Sarah
adalah pasangan “Tukang Sihir” yang dapat melemahkan kekuasaan Fir’aun.
Selanjutnya
lantaran tidak juga kunjung hamil, maka Sarah menikahkan Hajar dengan Ibrahim a.s.
Akan tetapi setelah Ismail a.s lahir, Sarah merasa cemburu dan memaksa Ibrahim
untuk berpisah dengan Hajar dan putranya Ismail.
Dan inilah pengorbanan awalnya sebagai isteri Ibrahim dan ibunda Ismail. Hajar dan putranya Ismail ditinggalkan Ibrahim a.s di lembah yang sunyi; gersang dan panas, yang kelak kita kenal dengan nama Makkah Al-Mukarramah. Dan dalam “pembuangan” inilah Hajar berlari antara Bukit Shafa dan Marwa mencari air bagi putranya yang kehausan (yang kemudian menjadi salah satu kegiatan ibadahnya orang-orang yang berhaji/umroh). Dan dalam keadaan inilah Allah SWT menolong Hajar dan putranya dengan ditemukannya (kembali) mata air “Zam-Zam”.
Tentang
peristiwa Ibrahim a.s meninggalkan Hajar dan putranya Ismail a.s tersebut
secara tersirat dan tersurat diterangkan Allah dengan firman-NYA di dalam
Al-Qur’an (sebagai salah satu do’anya Ibrahim a.s):
“Ya Tuhan
kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati,
Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah
mereka dari buah-buahan; Mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)
KH.
Bactiar Achmad
Posting Komentar