Perlu anda ketahui wahai saudaraku, bahwa adab (etika) Seorang murid secara keseluruhan tidak dapat dihitung jumlahnya, dan tidak dapat dijelaskan secara detail. Akan tetapi berikut akan saya sebutkan sekilas tentang adab yang patut untuk dilakukan seorang murid.
Pada dasarnya, tugas seorang guru terhadap murid hanyalah berusaha
mengeluarkan untuk si murid apa yang masih terpendam di dalam jiwanya, dan
bukan yang lain. Sebab Allah SWT telah menebarkan pada setiap ruh (jiwa)
sifat-sifat terpuji dan tercela yang berhubungan dengan orang yang
bersangkutan. Maka segala sesuatu yang diperintah atau dilarang oleh sang guru
mesti berkaitan dengan apa yang terpendam dalam jiwa tersebut.
Seorang guru tidak akan memberikan kepada Si murid apa yang di luar jiwanya.
Sebab seorang murid pada tahap pertama ibarat sebutir benih yang menyimpan
segala rahasia, dimana benih itu akan menjadi pohon kurma misalnya, atau jadi
pohon yang lain. Perjalanan Si murid dalam menempuh tarekat ini akan benar dan
jujur atau akan menjadi pendusta tergantung pada benih yang ada. Kalau si murid
ini menjadi seorang yang benar dan jujur, maka dari “batang pohon” itu akan
mengeluarkan ranting yang bakal berbuah, dimana buah tersebut akan menyenangkan
semua orang yang ada di sekitarnya, dan mereka pun makan dari buahnya, bahkan
buahnya akan tersebar ke seluruh penduduk daerah dan negerinya. Semua orang
mengambil manfaat dari pohon tersebut.
Kejujuran dan kebaikannya akan tampak pada semua orang, baik di kalangan
umum maupun tertentu, bahkan kalau misalnya ia ingin menutupi kebaikannya agar
tidak diketahui mereka, ia pun tidak akan sanggup melakukannya. Begitu
sebaliknya, jika ia seorang murid yang bohong dalam cintanya terhadap jalan
yang ia tempuh, maka “batang pohon” kebohongan dan kemunafikannya akan
bercabang, sehingga dirasakan oleh semua orang yang ada di sekitarnya, tersebar
ke seluruh daerah dan negerinya. Kebohongan, kemunafikan dan pamernya akan
kelihatan pada semua orang. Bahkan kalau berpura-pura menampakkan kejujuran ia
tidak akan sanggup melakukannya.
Sebab perbuatannya yang rendah akan mendustakan segala pengakuannya, dan
pada akhirnya semua aibnya akan terbuka dan tersingkirkan dari jalan menuju
Allah. Ia akan terlempar ke pemahaman orang-orang awam, sebagai hukuman atas
kebohongannya terhadap tarekat menuju Allah Azza wa Jalla. Dan barangkali Allah
pernah memberinya keharuman dan kejujuran kemudian diambil kembali oleh Allah.
Kemudian semua orang akan berkata, “Si fulan telah terusir dari tarekat kaum
fakir (sufi), sehingga tidak ada semerbak keharumannya lagi.” Akhirnya ia hanya
sekadar mengenakan serban panjang, memelihara rambut hingga panjang, mengenakan
pakaian wol (pakaian khas kaum sufi), dan berhias dengan pakaian kaum sufi,
sementara manusia melihatnya telanjang dari adab, dan hampir semua perilaku
negatifnya tidak bisa dirahasiakan dan siapa pun.
Maka bangunlah segala perkara anda atas dasar kejujuran dalam mencari
tarekat (jalan menuju Allah), sebab kalau tidak, maka anda akan dijauhi oleh
tarekat sekalipun dalam waktu yang cukup lama. Semoga Allah senantiasa memberi
petunjuk kepada anda.
Jika anda telah tahu akan hal itu, maka sekarang saya mulai berbicara, — dan
hanya Allah Yang memberi pertolongan: Diantara perilaku seorang murid adalah
harus memiliki kejujuran dalam mencintai seorang guru. Sebab gurulah yang akan
menunjukkannya ketika ia sedang menempuh perjalanan dalam hal-hal yang gaib. Ia
ibarat seorang penunjuk jalan bagi jamaah haji ketika di kegelapan malam. Tentu
saja kecintaan itu mengharuskan seseorang untuk selalu taat, demikian
sebaliknya, tidak adanya kecintaan itu ditunjukkan dengan selalu menyalahi dan
menentang perintah guru. Maka barangsiapa menentang orang yang menunjukkannya
ia akan tersesat dan perjalanannya akan terhenti, dan pada akhirnya akan
hancur.
Kalam Syeikh Abdul Wahab Asy-Sya’rani dimuat dalam Majalah Cahaya
Sufi
+ comments + 1 comments
IONQQ menyediakan permainan poker, domino99, bandarq, bandarpoker,aduq,sakong,perang bacarat dan capsa :D
ayo ditunggu apa lagi
WA : +855 1537 3217
Posting Komentar