Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Ta’dzim, Diantara Ibadah Dan Etika (1)

Ta’dzim, Diantara Ibadah Dan Etika (1)

Banyak orang yang salah dalam memahami hakikat ta’dzim/ enghormatan dan hakikat ibadah, sehingga mereka mencampur diantara keduanya dan mengatakan bahwa segala bentuk ta’dzim adalah suatu ibadah atau pengabdian kepada orang yang dihormati. Maka, berdiri, mencium tangan, menghormati Nabi SAW dengan menggunakan kata “Ya Sayyidina” dan “Ya Nabiyallah”, kesemuanya menurut mereka adalah suatu hal yang mendatangkan pada bentuk penyembahan pada selain Allah ta’ala. Sebenarnya, itu adalah suatu pemahaman yang sangat bodoh dan melebih-lebihkan yang tidak diridhoi Allah dan RasulNya serta suatu bentuk pemberatan yang sangat tidak disukai oleh syariat Islam.

Ketahuilah, Adam, manusia pertama dan hamba Allah pertama yang sholih dari jenis manusia. Allah telah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya sebagai bentuk pemuliaan dan penghormatan terhadap ilmu yang ada padanya dan sebagai pemberitahu kepada para malaikat akan terpilihnya Adam diantara para makhlukNya. Allah ta’ala berfirman, (“Dan ketika Aku berkata kepada para malaikat, ‘Bersujudlah kalian kepada Adam.’ Maka mereka bersujud kecuali iblis. Iblis berkata, ‘Apakah aku harus bersujud kepada makhluk yang dicipta dari tanah?’). Dalam ayat yang lain dijelaskan, (“Aku (: iblis) lebih baik dari dia (: Adam). Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia dari tanah.”). dalam ayat yang lain, (“Kemudian kesemua malaikat bersujud kecuali iblis. Dia tidak mau bila termasuk diantara orang-orang yang bersujud.”).

Para malaikat menghormati / memuliakan makhluk yang dimuliakan Allah, sedangkan iblis sombong dan tidak mau bersujud kepada makhluk yang dicipta dari tanah. Iblis adalah makhluk pertama yang melakukan qiyas dalam urusan agama dengan pendapatnya sendiri dan berkata, “Aku lebih baik darinya.” Alasan yang dia pakai adalah iblis dicipta dari api sedangkan adam dicipta dari tanah, sehingga dia tidak mau memuliakannya dan tidak mau bersujud kepadanya.

Iblis adalah makhluk pertama yang sombong dan tidak mau memuliakan makhluk yang dimuliakan Allah, sehingga iblis tertolak dari rahmat Allah karena kesombongannya terhadap seorang hamba yang sholih. Itu adalah sebuah bentuk kesombongan terhadap Allah, karena bersujud sebenarnya adalah kepada Allah karena Dia telah memerintahkannya. Allah telah menjadikan sujud kepada Adam sebagai bentuk pemuliaan dan penghormatan kepada Adam dan Adam termasuk golongan yang meng-esakan Allah.

Diantara dalil yang menjelaskan tentang penghormatan kepada orang-orang sholih, antara lain, Allah berfirman dalam haknya Yusuf, (“Dan dia mendudukkan ayahnya diatas singgasana dan mereka bersujud kepadanya (: Yusuf)”, adalah sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan terhadap Yusuf dari saudara-saudaranya. Dimungkin bersujud diperbolehkan dalam syariat mereka, atau seperti sujudnya para malaikat kepada Adam sebagai bentuk pemuliaan, penghormatan dan bentuk kepatuhan terhadap perintah Allah sebagai bentuk tafsiran dari mimpi Yusuf, karena mimpi seorang nabi adalah wahyu.

Adapun nabi Muhammad SAW, maka Allah berfirman, (“Sesungguhnya Aku telah mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan yang menakut-nakuti, supaya mereka beriman kepada Allah dan RasulNya dan mereka memuliakannya”). Allah berfirman, (“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian mendahului dihadapan Allah dan RasulNya”). 

Allah berfirman, (“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian meninggikan suara kalian diatas suara Nabi”). Allah juga berfirman, (“Janganlah kalian menjadikan panggilan kepada rasul diantara kalian seperti panggilan sebagian kalian kepada yang lainnya”). Allah telah melarang mendahului beliau dalam perkataan dan adab yang buruk adalah mendahului beliau dalam ucapan. Sahl ibn Abdillah berkata, “Janganlah kalian berkata sebelum beliau bersabda dan ketika beliau bersabda, maka dengarkanlah dan perhatikanlah.”

Para sahabat melarang dari mendahulukan dan tergesa-gesa mendatangi suatu urusan sebelum beliau mendatanginya dan tidaklah mereka memfatwakan suatu hal dari berperang atau urusan agama lainnya melainkan dengan perintah beliau dan mereka tidak berani mendahului beliau. Kemudian Allah menasehati dan menakut-nakuti mereka dengan berfirman, (“Bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha tahu”). Salma berkata, “Bertaqwalah kalian kepada Allah dalam menyia-nyiakan hak hakNya dan menelantarkan kemulianNya. Sesungguhnya Dia maha mendengar perkataan kalian dan maha mengetahui perbuatan kalian.”

Kemudian Allah melarang umat dari menaikkan suara diatas suara beliau, seperti sebagian dari mereka yang mengeraskan suaranya kepada yang lain. Abu Muhammad Makki berkata, “Artinya, janganlah kalian mendahului beliau dalam perkataan, mengeraskan suara ketika berbincang dan memanggil nama beliau seperti diantara kalian memanggil yang lainnya. Akan tetepi, muliakanlah beliau, agungkanlah dan panggillah beliau dengan panggilan yang mulia, seperti ‘Ya Rasulallah’ atau ‘Ya Nabiyallah’ seperti yang telah difirmankan Allah, (“Janganlah kalian menjadikan panggilan kepada Rasul diantara kalian seperti panggilan diantara kalian kepada yang lainnya.”)

Kemudian Allah menakut-nakuti mereka dengan terhapusnya amal mereka jika mereka melakukan itu semua. Ayat tersebut turun dalam jama’ah yang mendatangi Nabi SAW lalu mereka menyeru beliau, “Ya Muhammad! Keluarlah dan temui kami.” Kemudian Allah menghina mereka dengan ‘bodoh’ dan mensifati mereka dengan ‘kebanyakan mereka adalah orang-orang yang tidak berakal.’



Ust. Hakam Ahmed ElChudrie
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger