Firaun
raja Mesir musuh nabi Musa, tewas bersama sejumlah besar tentaranya tenggelam
di laut Merah, saat mengejar nabi Musa dan bani Israil yang melakukan hijrah
karena kebutaan mata Firaun dan para pengikutnya atas ayat-ayat Allah yang
terjadi di depan mata mereka.
Ada
yang bertanya, mengapa Firaun sebagai raja yang cerdas dan kuat mau menyeberang
lautan untuk mengejar nabi Musa, padahal dia menganggap nabi Musa sebagai
tukang sihir. Semestinya dia harus sadar bahwa tindakan mengejar nabi Musa
menerobos lautan yang terbelah adalah perbuatan yang sangat merugikan dan
berdampak pada hilangnya nyawa.
Yang
jelas, kematian Firaun adalah keputusan Allah bagaimanapun keadaannya. Namun,
kebanyakan keputusan Allah selaras dengan adat (kebiasaan). Ketika ujung pisau
kita goreskan ke kulit, tentu saja luka yang akan diterima. Timbulnya luka oleh
goresan ujung pisau adalah salah satu bentuk adat (kebiasaan), walaupun pada
hakikatnya yang member luka adalah Allah subhanahu wa ta'ala.
Saat
Nabi Musa, Nabi Harun as. dan seluruh warga Bani Israil ditambah satu dua orang
Mesir yang beriman pada Nabi Musa bergerak malam hari menuju Kan'an, membawa
seluruh hartanya, Fir'aun murka dan segera mengumpulkan tentara dari seluruh
penjuru Mesir untuk mengejar mereka. Rombongan besar Bani Israil yang dipimpin
Nabi Musa itu mendekati pantai laut merah ketika mereka menyadari Fir'aun dan
pasukannya telah terlihat di belakang mereka. Ada yang mengatakan tentara
Fir'aun lebih dari satu juta orang sementara Bani Israil termasuk wanita dan
anak-anak sekitar 600 ribu orang. Bani Israil yang terjepit mulai ketakutan.
Mereka mulai mengeluh pada Nabi Musa. Tapi Nabi Musa tetap yakin bahwa
pertolongan Allah sudah dekat.
Pada
saatnya, Allah mewahyukan pada Nabi Musa agar beliau memukulkan tongkatnya ke
air. Tiba-tiba terjadi hal yang sangat luar biasa. Lautan membelah dengan
belahan-belahan sebesar gunung dan menciptakan 12 lorong bagi Bani Israil untuk
menyeberang. Tiap-tiap suku memiliki jalannya sendiri. Allah juga memerintahkan
angin bertiup agar dasar laut menjadi kering dan bisa dilalui dengan mudah.
Nabi
Musa dan seluruh pengikutnya segera menyeberang. Firaun dan tentaranya diam
terpaku, menganga melihat mukjizat besar itu. Hal seperti itu belum pernah ada
diceritakan dalam legenda-legenda mereka. Firaun pun sebagai raja yang cerdas
sangat waspada awalnya tidak mau bergerak mendekat ke laut, karena ia sadar
dampak buruk akan ia dapatkan, jika nekat mengerjar Nabi Musa, menyeberang
lautan.
Setelah
seluruh Bani Israil menyeberang, Allah mengutus Malaikat Jibril berwujud
penunggang seekor kuda betina, mendekati posisi Firaun. Kuda Firaun, seekor
kuda jantan terbaik di Mesir terpancing. Kuda itu berahi melihat kuda betina
Malaikat Jibril. Malaikat Jibril memacu kudanya masuk ke laut yang sedang
terbelah. Kuda Firaun pun ikut masuk. '
Bala tentara Fir'aun yang melihat
kejadian tersebut langsung menyerbu mengikuti Firaun. Ketika mereka semua sudah
masuk, Allah memerintahkan Nabi Musa memukulkan kembali tongkatnya ke laut dan
laut itu pun menutup kembali, menenggelamkan Firaun dan seluruh tentaranya.
Setelah mati, jenazah Firaun diangkat kembali oleh Allah dan didamparkan di
pantai, kemudian ditemukan oleh orang-orang Mesir yang menyusulnya. Selamatnya
Bani Israil dan tenggelamnya Firaun dan bala tentaranya ini terjadi pada hari
Asyura, 10 Muharram. Bani Israil pun memulai hari barunya tanpa kezaliman
Firaun di bawah pimpinan Nabi Musa alaihis salam.
Sumber:
Tafsir Al-Jamal alal Jalalain
Posting Komentar