Lihatlah, suatu hari Usamah bin
Zaid, ra., datang kepada Rasulullah SAW untuk membantu membebaskan atau
meringankan hukuman bagi seorang wanita Bani Makhzum yang telah melakukan
pencurian. Rasulullah SAW melihat sikap Usamah seketika marah, seraya bersabada, " Kau (wahai Usamah) akan membebaskan seseorang dari
hukum yang telah Allah tentukan?! Melihat kejadian itu Rasulullah segera
berdiri di depan khalayak, dan bersabda : "Sungguh orang-orang terdahulu
sebelum kelain dihancurkan ( oleh Allah ) karena bila pemuka mereka mencuri
dan dibebaskan dari hukum, dan bila orang-orang lemah yang mencuri ditimpakanlah
kepada mereka hukuman. Demi Allah, seandainya Fatimah putri Muhammad melakukan
pencurian, niscaya akan saya potong tangannya ".
Ketika
ditanya bagaimana akhlak Rasulullah SAW, Aisyah binti Abu Bakar ra, istri
Rasulullah yang paling muda menjawab : "akhlaknya Al Qur'an". Benar,
akhlak Rasulullah merupakan cerminan Al-Qur'an.
Simaklah Allah berfirman
:"Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an agar kemu menerangkan kepada
umatmanusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan" (QS.16:44). Maksud keterangan dalam ayat ini bukan hanya
yangdiucapkan, melainkan semua sikap dan tindakan Rasulullah merupakan
terjemahan hidup, dari kandungan Al-Qur'an. Bila kita ingin memahami Al-Qur'an
mari kita baca sirahnya, kita ikuti akhlaknya, kita akan mengerti hakikat yang
diajarkan Al Qur'an.
Bila
kita kebingungan mencari idola hidup, Rasulullah SAW adalah idola yang paling
pantas dalam setiap zaman. Tidak ada sedikitpun dari kepribadiannya yang tidak
baik. Semua sisi dari prilakunya merupakan cerminan kebaikan. Allah berfriman :
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu, yaitu bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatagan) hari
kiamat dan dia banyakmenyebut Allah (QS.33:21).
Bila
kita ingin tahu bagaimana maksud ayat (QS.4:135, QS.5:8) yang menegaskan bahwa
keadilan harus ditegakkan sebagai bukti ketaatan dan ketakwa kapada Allah SWT.,
kita lihat bagaimana Rasulullah bertindak adil di antara istri-istrinya, di
antara sahabat-sahabatnya dan dalam kepemimpinannya.
Pernahkah
kita membaca bahwa Rasulullah bermain kolusi dengan sahabat-sahabat dekatnya?
Mendahlukan kepentigan pribadinya atau keluarganya? Memanfaatkan kedudukannya
untuk menumpuk kekayaan? Kekuasaan tidak membuat Rasulullah sombong. Karena ia
mengerti bahwa itu semata alat untuk menegakkan ajaran Allah. Prinsip Syura
benar-benar Rasulullah junjung tinggi. Bila syura menentukan suatu keputusan,
Rasulullah segera tunduk terhadap keputusan itu, sekalipun ia mempunyai
pendapat pribadi. Dalam keputusan perang Uhud misalnya, Rasulullah SAW
mengikuti keputusan syura untuk menghadapi kaum kafir Quraisy di Luar kota
Madinah, padahal ia mempunyai pendapat untuk menghadapinya di dalam kota.
Bahkan
Rasulullah tidak sama sekali segan untuk meminta pendapat dari seorang istrinya
sekalipun dakam hal besar yang berkaitan dengan urusan negara. Di dalam diri
Rasulullah tergambar cerminan kehambaan sejati kepada Allah. Sekecil apapun
dari perilaku kepemimpinannya adalah dalam rangka mentaati printah Allah yang
Maha Mengetahui. Dan dalam kesadaran bahwa kelak di hari Kiamat ia akan
mepertanggung jawabkan semuanya itu di depan Allah. Karenanya bagi Rasulullah
tidak ada bedanya sahabat dekat, keluarga atau orang lain, semuanya sama di
depan hukum, jika melanggar harus mendapatkan perlakuan sebagaimana mestinya.
Lihatlah,
suatu hari Usamah bin Zaid, ra., datang kepada Rasulullah SAW untuk membantu
membebaskan atau meringankan hukuman bagi seorang wanita Bani Makhzum yang
telah melakukan pencurian. Rasulullah SAW melihat sikap Usamah seketika marah,
seraya bersabada : " Kau (wahai Usamah) akan membebaskan seseorang dari
hukum yang telah Allah tentukan?! Melihat kejadian itu Rasulullah segera
berdiri di depan khalayak, dan bersabda : "Sungguh orang-orang terdahulu
sebelum kelain dihancurkan ( oleh Allah ) karena bila pemuka mereka mencuri
dibebaskan dari hukum, dan bila orang-orang lemah yang mencuri ditimpakanlah
kepada mereka hukuman. Demi Allah, seandainya Fatimah putri Muhammad melakukan
pencurian, niscaya akan saya potong tangannya ".
DR. Amir Faishol Fath
Posting Komentar