Puasa Syawwal ini hukumnya sunnah, boleh dilakukan mulai tanggal 2 Syawwal
sampai akhir Syawwal sebanyak 6 hari. Rasul SAW bersabda dalam riwayat Shahih Muslim,
“ Barangsiapa yang berpuasa 6 hari di bulan Syawwal ( puasa sunnah ), maka ia
mendapatkan pahalanya seperti puasa sepanjang tahun”.
Melakukan
puasanya tidak harus berturut-turut, boleh 6 hari langsung berturut-turut atau
di pisah-pisah demikian yang dijelaskan di dalam Busyraa Al Kariim bisyarh Al
Muqaddimah Al Hadhramiyyah.
Jadi, di putus-putus pun boleh dua hari dulu misalnya, sehari dulu selama masih bulan Syawwal itu boleh, niatnya dengan hati sudah cukup, kalau dengan lafazh bahasa Indonesia boleh, kalau mau dengan bahasa Arab juga boleh, dan juga boleh dipadu dengan qadha’ Ramadhan, punya hutang puasa Ramadhan sekalian dua niat dengan ganti puasanya, qadha’ Ramadhan nya dapat, puasa sunnah Syawwal juga dapat. Khususnya kaum wanita yang barangkali dalam bulan Ramadhan tentunya kena haidh, qadha’ puasanya disatukan dengan puasa Syawwal .
Al Imam Ibn Hajar
menjelaskan bahwa hal seperti ini Tandarij (sah dan bisa dipadu) di dalam
niatnya, jadi niat qadha Ramadhan satu hari dan puasa Syawwal sekaligus, dapat
pahala qadha puasa Ramadhan dan pahala Syawal juga dapat. Niatnya, kalau tidak
tahu bahasa Arabnya , maka dengan bahasa Indonesia. Niat qadha puasa Ramadhan
di gabung dengan puasa Syawwal karena Allah semata.
Demikian, hal ini diperbolehkan. Di
dalam mazhab As Syafi’I berpendapat kepadanya Al Imam Ramli dan Al Imam Ibn
Hajar yang mengatakan hal ini boleh. Namun, ada pendapat lain yang mengatakan
tidak diperbolehkan dua niat ini dipadu.
Boleh juga di tambah lagi dengan puasa Senin Kamis dipadu lagi,
misalnya puasa Senin Kamis digabung dengan puasa sunnah Syawwal , digabung
dengan qadha’ Ramadhan ini boleh.
Semoga Allah SWT muliakan hari-hari kita, dan semoga Allah SWT mengabulkan segenap doa dan munajat kita. Kita bermunajat kepada Allah SWT, Rabbi bukakan bagi kami rahasia kemuliaan sayyidul istighfar, jadikan kalimat-kalimat luhur ini terpahat di dalam jiwa kami, dan bibir kami selalu mengucapkannya, dan jiwa kami selalu merintihkannya.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar