قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
اجْعَلُوا آ خِرَصَلَا تِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا
Sabda Rasulullah SAW : “Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah ganjil” (Shahih Bukhari)
Rasul SAW selalu menyeru kita kepada keluhuran, menyeru kita kepada kebahagiaan, dan beliau sangat tahu hal – hal yang akan membawa keburukan kepada kita. Oleh sebab itu Sang Nabi SAW menuntun kita kepada tuntunan yang paling sempurna. Demikianlah idolaku dan idola kalian, Sayyidina Muhammad SAW. Idola yang paling pantas dipanut dari semua panutan. Pemimpin yang paling mulia dari semua pemimpin dan menjadi panutan segenap golongan masyarakat.
Tentunya Sang Nabi SAW tidak puas kalau kita hanya beramal hal yang fardhu saja dan demikian pula Rabbul Alamin mengutus pada Sang Nabi SAW untuk mengenalkan hal – hal yang sunnah. Yang ketika mereka lakukan, mereka semakin dekat kepada Allah SWT. “Jika hamba – hamba Ku itu mendekat kepada-Ku dengan hal – hal yang fardhu lalu mereka tidak mau berhenti pada hal yang fardhu, lantas mereka terus mendekat kepada Aku dengan hal – hal yang sunnah sampai Aku mencintainya”(Shahih Bukhari). Dari kalimat ini telah jelas bahwa hal – hal yang fardhu diteruskan dengan hal – hal yang sunnah menuntun kita untuk dicintai Allah Swt. Inilah tuntunan Nabi kita Muhammad SAW.
Dan kita telah mengetahui bahwa shalat 5 waktu adalah shalat yang fardhu dan Sang Nabi SAW menuntun kita lebih dari itu yaitu dengan shalat – shalat yang sunnah. Diantaranya adalah hadits yang kita baca ini “Ij’aluu akhira shalaatikum billaili witraa” (jadikanlah akhir dari shalat sunnah kalian di malam hari itu dengan hitungan angka yang ganjil yaitu witir).
Rasul SAW tidak pernah meninggalkan shalat witir. Di dalam safar maupun hadhar (safar atau dirumah), apakah di rumahnya atau dalam perjalanan, beliau tidak pernah meninggalkan shalat witir. Dan dalam keadaan sakit atau dalam keadaan sehat, dalam keadaan mampu melakukannya berdiri atau dengan duduk, beliau tidak pernah meninggalkan shalat witir.
Oleh sebab itu bagi kita yang tentunya sudah mengerti kemuliaan shalat fardhu, untuk menambah kemuliaan dengan shalat witir. Karena shalat witir itu adalah shalat sunnah yang paling mulia karena ia berada diantara qiyamullail. Yang mampu melakukannya di tengah malam atau di sepertiga malam terakhir setelah tidur terlebih dahulu maka lebih afdhal, itu lebih baik dan lebih mulia. Tapi jika tidak mampu, lakukanlah setelah shalat Isya’ sebelum tidur dan kalau mampu setelah ba’diyah shalat Isya’ lalu lakukan shalat witir 3 rakaat dan shalat witir dibatasi hingga 11 rakaat dan setelah itu tidur. Tapi kalau seandainya mampu bangun beberapa menit sebelum subuh maka tentunya afdhal dilakukan ditengah malam atau disepertiga malam terakhir.
Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim bahwa Allah SWT turun ke permukaan bumi yang paling dekat dengan bumi ini (di sepertiga malam yang terakhir). Bukan berarti Allah itu turun dekat kepada bumi karena Allah tidak terjebak dengan waktu dan tempat. Akan tetapi yang dimaksud Allah sangat dekat kepada hamba – hambaNya yang mau mendekat kepada-Nya di sepertiga malam terakhir. Waktu itu adalah waktu yang paling indah bagi Allah untuk menerima hamba–hambaNya yang mencintai-Nya. Karena disaat–saat itulah hamba–hamba yang tidak mencintai Allah masih tertidur lelap. Maka Allah membanggakan mereka kepada para malaikat, "lihat hamba – hambaKu mereka meninggalkan tempat tidurnya, meninggalkan istirahatnya disaat orang lain tidur terlelap, mereka ruku’ dan sujud mengagungkan Nama-Ku".
Inilah kemuliaan dari puncak seluruh shalat sunnah, yaitu qiyamullail dan tentunya adalah diakhiri dengan shalat witir. Lalu bagaimana kalau seandainya kita sudah shalat witir setelah shalat Isya’ sebelum tidur, lalu ternyata bangun lagi dimalam hari, apakah boleh shalat tahajjud lagi atau selesai tidak boleh tahajjud lagi?
Boleh tahajjud lagi tapi yang makruh adalah shalat witir 2X. Shalat tahajjud boleh berkali – kali, qiyamullail sebelum tidur, sudah shalat witir atau sudah shalat sunnah malam. Tidur, bangun lagi mau shalat malam, boleh! Walaupun sudah witir. Karena yang diinginkan dan disunnahkan oleh Sang Nabi SAW adalah angkanya ganjil. Bukan berapa kali witirnya yang dilarang, 2 kali witir tidak boleh karena nanti akhirnya jadi genap angkanya.
Kalau seseorang sudah melakukan shalat witir 3 rakaat, malamnya mau shalat lagi, 2 rakaat, 4 rakaat, 6 rakaat, 8 rakaat, toh hasil akhirnya tetap ganjil. Demikian Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah, semoga kita diberikan pemahaman yang benar dengan jalan thalabul ilmi.
Habib Munzir Al Musawwa
Download Kajian Fiqih Keutamaan Sholat Malam di sini, Sholat Tahajjud di sini, dan Sholat Witir di sini
اجْعَلُوا آ خِرَصَلَا تِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا
Sabda Rasulullah SAW : “Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah ganjil” (Shahih Bukhari)
Rasul SAW selalu menyeru kita kepada keluhuran, menyeru kita kepada kebahagiaan, dan beliau sangat tahu hal – hal yang akan membawa keburukan kepada kita. Oleh sebab itu Sang Nabi SAW menuntun kita kepada tuntunan yang paling sempurna. Demikianlah idolaku dan idola kalian, Sayyidina Muhammad SAW. Idola yang paling pantas dipanut dari semua panutan. Pemimpin yang paling mulia dari semua pemimpin dan menjadi panutan segenap golongan masyarakat.
Tentunya Sang Nabi SAW tidak puas kalau kita hanya beramal hal yang fardhu saja dan demikian pula Rabbul Alamin mengutus pada Sang Nabi SAW untuk mengenalkan hal – hal yang sunnah. Yang ketika mereka lakukan, mereka semakin dekat kepada Allah SWT. “Jika hamba – hamba Ku itu mendekat kepada-Ku dengan hal – hal yang fardhu lalu mereka tidak mau berhenti pada hal yang fardhu, lantas mereka terus mendekat kepada Aku dengan hal – hal yang sunnah sampai Aku mencintainya”(Shahih Bukhari). Dari kalimat ini telah jelas bahwa hal – hal yang fardhu diteruskan dengan hal – hal yang sunnah menuntun kita untuk dicintai Allah Swt. Inilah tuntunan Nabi kita Muhammad SAW.
Dan kita telah mengetahui bahwa shalat 5 waktu adalah shalat yang fardhu dan Sang Nabi SAW menuntun kita lebih dari itu yaitu dengan shalat – shalat yang sunnah. Diantaranya adalah hadits yang kita baca ini “Ij’aluu akhira shalaatikum billaili witraa” (jadikanlah akhir dari shalat sunnah kalian di malam hari itu dengan hitungan angka yang ganjil yaitu witir).
Rasul SAW tidak pernah meninggalkan shalat witir. Di dalam safar maupun hadhar (safar atau dirumah), apakah di rumahnya atau dalam perjalanan, beliau tidak pernah meninggalkan shalat witir. Dan dalam keadaan sakit atau dalam keadaan sehat, dalam keadaan mampu melakukannya berdiri atau dengan duduk, beliau tidak pernah meninggalkan shalat witir.
Oleh sebab itu bagi kita yang tentunya sudah mengerti kemuliaan shalat fardhu, untuk menambah kemuliaan dengan shalat witir. Karena shalat witir itu adalah shalat sunnah yang paling mulia karena ia berada diantara qiyamullail. Yang mampu melakukannya di tengah malam atau di sepertiga malam terakhir setelah tidur terlebih dahulu maka lebih afdhal, itu lebih baik dan lebih mulia. Tapi jika tidak mampu, lakukanlah setelah shalat Isya’ sebelum tidur dan kalau mampu setelah ba’diyah shalat Isya’ lalu lakukan shalat witir 3 rakaat dan shalat witir dibatasi hingga 11 rakaat dan setelah itu tidur. Tapi kalau seandainya mampu bangun beberapa menit sebelum subuh maka tentunya afdhal dilakukan ditengah malam atau disepertiga malam terakhir.
Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim bahwa Allah SWT turun ke permukaan bumi yang paling dekat dengan bumi ini (di sepertiga malam yang terakhir). Bukan berarti Allah itu turun dekat kepada bumi karena Allah tidak terjebak dengan waktu dan tempat. Akan tetapi yang dimaksud Allah sangat dekat kepada hamba – hambaNya yang mau mendekat kepada-Nya di sepertiga malam terakhir. Waktu itu adalah waktu yang paling indah bagi Allah untuk menerima hamba–hambaNya yang mencintai-Nya. Karena disaat–saat itulah hamba–hamba yang tidak mencintai Allah masih tertidur lelap. Maka Allah membanggakan mereka kepada para malaikat, "lihat hamba – hambaKu mereka meninggalkan tempat tidurnya, meninggalkan istirahatnya disaat orang lain tidur terlelap, mereka ruku’ dan sujud mengagungkan Nama-Ku".
Inilah kemuliaan dari puncak seluruh shalat sunnah, yaitu qiyamullail dan tentunya adalah diakhiri dengan shalat witir. Lalu bagaimana kalau seandainya kita sudah shalat witir setelah shalat Isya’ sebelum tidur, lalu ternyata bangun lagi dimalam hari, apakah boleh shalat tahajjud lagi atau selesai tidak boleh tahajjud lagi?
Boleh tahajjud lagi tapi yang makruh adalah shalat witir 2X. Shalat tahajjud boleh berkali – kali, qiyamullail sebelum tidur, sudah shalat witir atau sudah shalat sunnah malam. Tidur, bangun lagi mau shalat malam, boleh! Walaupun sudah witir. Karena yang diinginkan dan disunnahkan oleh Sang Nabi SAW adalah angkanya ganjil. Bukan berapa kali witirnya yang dilarang, 2 kali witir tidak boleh karena nanti akhirnya jadi genap angkanya.
Kalau seseorang sudah melakukan shalat witir 3 rakaat, malamnya mau shalat lagi, 2 rakaat, 4 rakaat, 6 rakaat, 8 rakaat, toh hasil akhirnya tetap ganjil. Demikian Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah, semoga kita diberikan pemahaman yang benar dengan jalan thalabul ilmi.
Habib Munzir Al Musawwa
Download Kajian Fiqih Keutamaan Sholat Malam di sini, Sholat Tahajjud di sini, dan Sholat Witir di sini
Posting Komentar