Sebagian kaum Sufi mengatakan, “Rahasia hati (sirr) adalah sesuatu yang
tidak bisa dirasakan oleh gejolak jiwa (an-nafs), dimana rahasia tersebut
memang dijadikan gaib oleh al-Haq dan selalu diawasi.”
Kaum Sufi yang lain mengatakan, “Rahasia itu ada dua macam: Rahasia bagi
al-Haq, yaitu sesuatu yang selalu diawasi-Nya tanpa ada perantara apa pun, dan
rahasia untuk makhluk di mana ia selalu diawasi-Nya dengan perantara.”
Dikatakan, “Rahasia itu dari rahasia dan untuk rahasia, ia adalah suatu yang
haq dan tidak akan tampak kecuali dengan haq. Sementara apa yang tampak pada
makhluk maka itu bukanlah rahasia.
Diceritakan dari al-Husain bin Manshur al-Hallaj - rahimahullah - yang
mengatakan, “Rahasia-rahasia kami adalah `gadis’ yang keperawanannya tidak bisa
dirobek oleh khayalan seorang pengkhayal.”
Abu Ya’qub Yusuf bin al-Husain ar-Razi - rahimahullah - mengatakan, “Hati
para tokoh adalah kuburan yang menyimpan berbagai rahasia.”
Ia juga berkata, “Jika kancing bajuku mengetahui rahasiaku ! maka aku akan melepasnya.”
Sebagian dari mereka ada yang mengungkapkannya dalam untaian syair:
Orang yang bisa merasakan rahasia
sungguh la telah menyembunyikan seluruhnya
Keduanya dalam rahasianya merasa bahagia
Tidaklah rahasia orang yang berbahagia
memberi isyarat dengan rahasia hatinya
sebab darinya dan kepadanya
ia sama-sama tertipu
Yang lain berkata:
Wahai rahasia dari segala
rahasia yang teramat lembut
sehingga samar dari dugaan
semua yang hidup
Dan secara lahir dan bathin
tampak dari segala sesuatu
untuk segala sesuatu yang lain
An-Nuri pernah mengatakan:
Aku bersumpah, tidak akan menitipkan rahasiaku dan rahasianya
kepada selain kami yang kiranya semua rahasia akan terbuka
Tidak, kedua mataku terlanjur melihatnya walau sekilas saja
maka rahasia kami juga terlihat oleh pandangan setiap mata
Namun kujadikan dugaan antara saya dan dia
sebagai perantara yang mampu menyingkap kandungan rahasia
Inilah berbagai permasalahan mereka yang sampai kepada kami, Dimana sebenarnya masalah mereka masih banyak lagi yang belum terungkap.
Diceritakan dari Amr bin Utsman al-Makki - rahimahullah yang mengatakan, “Seluruh ilmu adalah diparo menjadi dua bagian: Separuh yang pertama adalah pertanyaan, dan separuh yang lain adalah jawaban.” - Semoga Allah senantiasa memberi taufik kepada kita.
“Ialah melupakan dzikir. Yakni melupakan dzikir Anda pada Allah Swt. dan melupakan segala sesuatu selain Allah Azza wajalla.”
1. Kemuliaan (Karamah)
Sebagian kaum Sufi mengatakan, bahwa karamah (kemuliaan) adalah mencapai apa yang dimaksud sebelum munculnya iradah (keinginan). Sedangkan kaum Sufi yang lain mengatakan bahwa kemuliaan adalah pemberian di atas apa yang diharapkan.
2. Pikir
Ketika al-Harits al-Muhasibi - rahimahullah - ditanya me¬ngenai pikir, la mengatakan, “Pikir adalah dalam melakukan segala sesuatu dengan al-Haq.”
Kaum Sufi mengatakan, “Berpikir adalah mengambil pelajaran dengan benar.”
Sementara itu kaum Sufi yang lain mengatakan, “Pikir adalah kondisi mengagungkan Allah Azza wa Jalla yang memenuhi hati.” Sementara perbedaan antara pikir dan berpikir (tafakkur), adalah bahwa berpikir (tafakkur) merupakan pengembaraan hati, sedangkan pikir ialah berhentinya hati dalam memahami apa yang ia ketahui.
3. Mengambil Pelajaran (I’tibar)
Al-Harits bin Asad al-Muhasibi - rahimahullah - mengatakan, “Mengambil pelajaran (i`tibar) ialah menjadikan sesuatu sebagai argumentasi atas sesuatu yang lain.” Sementara menurut kaum Sufi yang lain, “I`tibar adalah sesuatu yang di dalamnya terdapat keimanan yang jelas dan bisa dipahami oleh akal.”
Kaum Sufi yang lain mengatakan, “I`tibar adalah sesuatu yang mampu menembus kegaiban tanpa ada sesuatu yang sanggup - menghalanginya.”
4. Niat
Apakah niat itu?” Kaum Sufi menjawabnya, “Niat adalah maksud yang kuat untuk melakukan sesuatu.” Sementara kaum Sufi yang lain mengatakan, “Niat adalah mengetahui nama perbuatan (amal).”
Al Junaid - rahimahullah - mengatakan, “Niat adalah meng¬gambarkan perbuatan.” Sementara yang lain mengatakan, “Niat seorang mukmin adalah Allah Yang Mahatinggi.”
5. Kebenaran (Ash-Shawab)
Apakah ash-shawab (kebenaran) itu? Menurut suatu kaum, ash-shawab hanyalah menauhidkan Allah semata. Al Junaid - rahimahullah - mengatakan, “Kebenaran adalah segala ucapan yang muncul karena izin dari-Nya.”
6. Kasih Sayang
Al Junaid - rahimahullah - pernah ditanya, “Apakah yang dimaksud dengan
perasaan kasih sayang terhadap sesama makhluk?” Kemudian la menjawabnya, “Anda
memberi mereka dari diri Anda sesuatu yang mereka butuhkan, tidak membebani
mereka dengan sesuatu yang mereka tidak mampu melakukan dan tidak berbicara
dengan mereka tentang sesuatu yang mereka tidak memahaminya.”
7. Ketaqwaan
7. Ketaqwaan
Kaum Sufi mengatakan, “Ketakwaan adalah mengamalkan masalah perintah dan
larangan.” Kaum Sufi yang lain mengatakan, “Ketakwaan adalah meninggalkan
hal-hal yang syubhat.”Yang lain juga mengatakan, “Ketakwaan adalah simbol
kesucian orang mukmin, sebagaimana Ka’bah sebagai simbol kesucian Mekkah.” Dikatakan
pula, “Ketakwaan merupakan cahaya dalam hati yang dapat membedakan antara yang
haq dan yang bathil.”
Sahl bin Abdullah, al Junaid, al-Harits al-Muhasibi dan Abu Said - rahimahumullah - mengatakan, “Ketakwaan adalah keseimbangan antara rahasia hati dengan lahiriah yang tampak.”
Syekh
Abu Nashr As-Sarraj
Posting Komentar