Boleh jadi kita pernah melihat Kebun Raya
Bogor, atau minimal pernah mendengar tentang taman itu. Sebuah taman yang luas,
dipagari besi keliling, dengan pohon-pohon tinggi dan rindang. Di dalamnya terdapat
istana yang dikelilingi padang rumput hijau dengan kijang-kijang cantik yang
dilepas bebas merumput di atasnya. Masih ada lagi, di dalam kebun yang beraneka
pohon itu melintas sungai yang airnya gemericik mengalir tanpa henti.
Kebun Raya Bogor dengan istana di dalamnya
adalah salah satu surga dari surga-surga di dunia. Kebun seperti itu
mengingatkan kita tentang surga yang sebenarnya di akhirat. Ada mahligai,
kebun-kebun dengan pohon-pohon yang rindang, dan sungai-sungai yang airnya
mengalir di dalamnya. Surga-surga dunia seperti itu menjadi dambaan banyak
orang. Banyak orang di dunia ini yang mengejar-ngejar surga dunia itu. Pergi
pagi pulang malam, gedebak-gedebuk membanting tulang, badannya tidak pernah
istirahat, lupa anak dan istri, bahkan terkadang lupa makan, demi meraih surga
dunia dambaannya itu. Apabila surga dunia belum dapat diraih dengan cara-cara
yang legal, tidak sedikit orang mengejarnya dengan cara-cara ilegal.
Padahal, sebesar-besar surga di dunia, belum
apa-apa bila dibanding dengan surga akhirat. Sabda Nabi Muhammad SAW, seperti
diriwayatkan oleh Imam Muslim, "Sekecil-kecil kavling di surga adalah
sebesar dunia ini ditambah sepuluh kali lipatnya." Artinya, penghuni surga yang paling 'melarat'
adalah yang kavlingnya sebesar sebelas kali lipat dunia ini. Subhanallah.
Itu
baru kavlingnya, bagaimana fasilitasnya?
Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan bahwa Nabi
SAW bersabda, "Fasilitas terendah yang diberikan
kepada penghuni surga adalah seseorang yang diberi pembantu sebanyak 80 ribu
orang." Belum cukup sampai di situ. Kata Beliau lagi,
masih riwayat Imam Ahmad bin Hanbal, "Fasilitas terkecil bagi penghuni surga
adalah seseorang yang dijodohkan oleh Allah SWT dengan 72 bidadari selain
istrinya di dunia."
Dalam riwayat Imam al-Bukhari, Nabi SAW
bersabda, "Apabila wanita surga itu meludahi
dunia, maka dunia ini akan harum seluruhya."
Apalah artinya surga dunia dibandingkan
dengan surga akhirat. Kita sampai-sampai tidak mampu membayangkan surga di
akhirat karena keluarbiasaannya. Kendati begitu, banyak orang yang justru
mengejar surga dunia dengan cara-cara yang dilarang oleh Allah SWT. Ia mengejar
yang kecil dan kehilangan yang amat besar. Ibaratnya, ia mengejar teri, tetapi
kehilangan kakap. Atau dalam pepatah Jawa mburu uceng kelangan deleg.
Ust. M.
Taqiyyuddin Alawiy, Pengajar Madrasah Diniyah Nurul Huda Mergosono Malang
Posting Komentar