Dalam kehidupan bermasyarakat kita sering
mengalami apa yang diibaratkan orang,“Bagai makan buah simalakama”. Tatkala
terlalu membuka diri, kita bisa dianggap tidak etis, main selonong aja, kurang
sopan dan lainnya. Namun tatkala kita menutup diri, kita bisa dianggap sombong,
tidak butuh sama tetangga, eksklusif atau dicap egois. Bermasyarakat memang
tidak mudah, butuh kesabaran dan ketabahan hati. Oleh karena itu Allah
menyediakan pahala ekstra bagi siapa saja yang lulus menghadapi cobaan-cobaan
dalam bermasyarakat.
Sakit hati bisa jadi merupakan menu
keseharian sebagai konseksuensi hidup berkeluarga, bertetangga, bersahabat, dan
bermasyarakat. Namun apalah arti sakit hati itu bila dibandingkan dengan surga
yang serba nikmat bila kita mampu melewati. Berikut adalah nasehat-nasehat
Habib Hamid bin Umar Al Hamid mengenai sikap-sikap yang perlu diambil dalam
kehidupan bersosial sehari-hari.
Pandai-pandailah menempatkan diri dalam
pergaulan sosial. Jangan menutup diri, akan tetapi jangan pula banyak
berinteraksi dengan sembarangan orang. Hindarilah majelis-majelis yang kurang
berarti, yang kosong dari pembicaraan tentang ilmu pengetahuan atau pembahasan
kitab-kitab bermanfaat.
Tatkala kalian merasa harus menghadirinya,
umpama untuk keperluan keluarga, hajatan tetangga, atau yang lainnya, maka
hadirlah seperlunya, lalu jagalah diri kalian dari perbuatan yang melanggar
norma-norma syari’ah di dalamnya.
Berprasangka baiklah kepada setiap orang yang
berada di sekitar kalian, jangan melecehkan mereka, jangan pula membicarakan
aib-aib mereka seusai berpisah dengan kalian. Sering-seringlah Minta kepada
Allah SWT agar senantiasa dikaruniai lingkungan pergaulan yang baik dan
dipalingkan dari yang buruk. Ada satu bacaan yang Insya Allah pahalanya bisa
menjadi pelebur dosa-dosa yang terjadi dalam kumpulan-kumpulan yang tidak baik,
dan bisa pula menuntun kalian berjalan menuju kumpulan yang baik. Bacaan itu
adalah,
سُبْحَانَكَ الَّلهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ اَنْ لاَ ِالَهَ اِلاَّ أَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ اِلَيْكَ
“Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan pujian-Mu. Aku bersaksi bahwa
tiada tuhan selain-Mu. Aku memohon ampun kepada-Mu serta bertobat kepada-Mu.”
Bacalah bacaan di atas seusai bubar dari suatu
majelis atau perkumpulan!
Jangan pernah ada bosan-bosannya menziarahi
orang-orang yang saleh. Sisihkan sebagian waktu luang kalian mengikuti
acara-acara yang bernilai ibadah seperti majelis zikir, pengajian ilmu, tahlil
atau pembacaan maulid Nabi SِِِAW. Terutamanya, apabila pada acara itu turut
hadir pula seorang ulama yang dikenal kesalehannya. Sebab ulama seperti inilah
yang bisa menjadi wasilah makhluk untuk memperoleh rahmat dari Al-Khalik.
Besaran rahmat diperoleh menurut kadar keyakinan orang yang mengharapkannya.
Prasangka baik adalah gerbang Allah SWT yang
terbuka lebar bagi siapa saja untuk masuk dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Segala kebaikan senantiasa diperoleh seseorang yang hatinya selalu berprasangka
baik kepada siapa saja. Karakteristik khas orang yang beriman adalah suka
menerima uzur orang lain, sedangkan orang munafik lebih cenderung suka
mengorek-orek kesalahan orang lain.
Raihlah manfaat orang-orang yang dikenal
kesalehan dan keistiqamaannya dan bertawasullah dengannya, bahkan dengan setiap
orang muslim sambil berprasangka baik bahwa mereka semua adalah baik dan andai
sekarang tidak baik barangkali kelak ia akan menjadi orang yang baik. “Barang
siapa meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah, maka ia masuk surga.
Sekalipun ia pernah berzina atau mencuri.” Jelas Nabi Saw. Beliau menuturkan
demikian tiga kali sebagai isyarat bahwa prasangka baik haruslah lebih
dikedepankan, dan perbuatan dosa besar bukanlah tolok ukur bahwa si pelaku akan
berakhir tragis lalu masuk neraka.
Hadis yang menyebutkan bahwa Allah SWT
memberikan dispensasi kepada bala tentara Badr hingga Ia memberikan jaminan
dengan instruksi-Nya, “Perbuatlah semau kalian!” adalah isyarat akan agungnya
nilai husnud dzan (pikiran positif) bahwa mereka semua sudah pasti syahid dan
termasuk orang-orang istimewa di sisi-Nya.
Dan tersirat pula makna raja’ (harapan besar)
bahwa amalan-amalan baik bisa mengantarkan pelakunya memperoleh akhir yang
manis. Berlemah lembutlah kepada istrimu, anak-anakmu, kerabatmu dan semua
orang yang ada disekitarmu. Jangan pernah menyebarkan aib mereka, yang rahasia
maupun yang sudah diketahui secara umum, agar hatimu senantiasa terbebas dari
prasangka. Manakala dirimu menyaksikan atau mendengar perilaku mereka yang
kurang baik namun dalam batasan yang masih ditolerir syari’ah, baiknya abaikan
saja dan lupakanlah semua itu. Bersikaplah seolah-olah dirimu tak pernah
menyaksikan atau mendengarnya.
Awas, jangan sekali-sekali berusaha mengorek
edaran gosip atau kabar burung. Sebab gosip dan kabar-kabar yang tak bisa
dipertanggung jawabkan adalah benih-benih fitnah. Di masa sekarang ini, seorang
mukmin baru bisa memperoleh kedamaian hidup dan keselamatan akidah apabila ia
tak pernah ambil pusing dengan omongan-omongan dan tingkah pola orang-orang
sekitarnya serta selalu tabah menerima gangguan mereka. Orang-orang baik,
perbuatan-perbuatan baik dan ucapan-ucapan yang baik amatlah sulit dijumpai
saat ini. Sedangkan perbuatan munkar telah mendapatkan momentumnya.
Rasulullah SAW pernah merumuskan bahwa
keselamatan terdiri dari sepuluh bagian, sembilan bagiannya didapatkan dengan
sikap membisu (diam tak banyak omong), dan satunya dengan menjauhi orang-orang.
Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah SAW bersabda, “Sosok terbaik diantara
kalian pada masa dua ratus tahun lagi adalah orang yang keadaanya tenang, tidak
berharta dan tidak beranak.” Hadis tersebut adalah isyarat bahwa kebahagiaan
hidup dan keselamatan agama akan lebih mudah didapat tatkala tak banyak beban
tanggung jawab.
Sikap yang patut dipegang teguh oleh
seseorang yang kesehariannya berkumpul bersama keluarga atau bermasyarakat
adalah murah hati dan sabar dalam menahan sakit hati dan kegelisahan akibat
ulah mereka.
Berlemah lembutlah, Jangan pernah membalas
perbuatan jahat mereka dengan kekerasan. Sebab sikap lemah lembut adalah baik
dalam segala hal. Orang yang berlaku lemah lembut akan mendapatkan limpahan
anugerah istimewa dari Allah SWT yang tak bisa didapatkan oleh orang yang
berlaku kasar. Wallahul Musta’an ‘alal umuri kulliha.”
Sungguh menyejukkan nasehat-nasehat al-Imam
Hamid bin Umar di atas. Tinggal bagaimana kita menerima dan menerapkannya.
Ada sebuah rambu-rambu agar pergaulan menjadi
indah yang dirumuskan oleh Imam al-Qusyairi. Dalam risalahnya beliau berkata,
“Hubungan dengan Allah SWT harus didasari dengan adab yang baik, rasa takut
serta kesadaran bahwa setiap saatnya berada di bawah pengawasan-Nya. Hubungan
dengan Rasulullah SAW harus didasari dengan keikhlasan untuk patuh kepada
ajaran-ajarannya dan berusaha melestarikan ilmu-ilmunya. Hubungan dengan wali
Allah harus didasari dengan kesediaan untuk hormat dan berkhidmat kepadanya.
Hubungan dengan sesama muslim harus didasari dengan niat dan usaha untuk selalu
membahagiakannya dengan cara yang sesuai rel syari’ah. Hubungan dengan
orang-orang awam yang minus ilmu pengetahuan harus didasari dengan ketulusan
untuk senantiasa mendoakan dan mengasihi mereka.”
Habib Hamid bin Umar
al-Munfir
Posting Komentar