Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Khadijah, Aisyah, Dan Kartini

Khadijah, Aisyah, Dan Kartini

Bulan April identik dengan bulan Kartini, Seorang wanita yang begitu monumental dalam perjalanan sejarah perkembangan Indonesia. Namanya diabadikan dalam sebuah lagu, hari lahirnya diperingati di seluruh pelosok tanah air. Di kota kelahirannya, adapula sebuah pantai yang mengukir namanya. 

Selain Kartini, mari kita melihat ke dalam ruang yang lebih luas, ke masa yang lebih lampau untuk menemukan sosok wanita hebat lain yang sangat berarti dalam tonggak  sejarah perkembangan Islam. Sang Ummul Mukminin, istri-istri nabi, Sayyidatina  Khadijah dan Sayyidatina  Aisyah . Tanpa menafikan tokoh wanita Islam dan pahlawan nasional wanita yang lain, penulis mengajak sejenak melakukan refleksi tentang sosok Khadijah, Aisyah, dan Kartini untuk kemudian kita tarik benang merah kiprah mereka dalam mewarnai perjalanan sejarah dunia .

Khadijah, Wanita Tegar Dan Penuh  Kasih Sayang

Khadijah Al-Kubro, adalah sosok wanita yang berperan besar dalam perjalanan sejarah Islam. Beliau sangat dicintai oleh  nabi kita, Muhammad sang lelaki istimewa . Meski Sayyidatina Khadijah dinikahi dalam keadaan janda dan dalam usia yang jauh lebih tua, tetapi beliau memuyai arti penting di dalam kehidupan nabi Muhammad maupun dalam sejarah perkembangan agama Islam. 

Beliau adalah wanita pertama yang masuk agama Islam . Beliau pula orang pertama yang mengakui kenabian suaminya sehingga termasuk dalam Assabiqun Al Awwalun. Beliau senantiasa setia menemani nabi di dalam keadaan suka maupun duka. Khadijah mulia merelakan energi, pikiran bahkan harta bendanya untuk membantu Nabi Muhammad dalam berjuang di jalan Islam. Nabi Muhammad menyebut keistimewaan terpenting Khadijah dalam salah satu sabdanya, “Di saat semua orang mengusir dan menjauhiku, ia beriman kepadaku. Ketika semua orang mendustakan aku, ia meyakini kejujuranku. Sewaktu semua orang menyisihku, ia menyerahkan seluruh harta kekayaannya kepadaku”. Sayyidatina Khadijah digambarkan sebagai sosok wanita yang kuat, tegar, dan penuh kasih sayang. Beliaulah yang selalu berada di samping nabi pada saat-saat sulit. 

Pada saat nabi mengadukan keluhan dan kesusahan, Khadijah hadir untuk menghibur dan menentramkan sehingga nabi kembali merasa tenang. Begitu besar cinta nabi pada Khadijah sehingga nabi tidak pernah menduakan Khadijah. Nabi menikah lagi ketika Khadijah telah meninggal dunia.

Aisyah ,Wanita Cerdas Berilmu Tinggi 

Aisyah mulia, satu-satunya wanita yang dinikahi nabi dalam keadaan masih gadis. Sayyidatina Aisyah merupakan sosok wanita cerdas dan juga pencemburu. Dalam sebuah hikayat cerita gambaran cemburu Aisah dikisahkan. Suatu ketika Aisyah menanyakan mengapa Rosul sangat mencintai Khadijah.

Aisyah:  “Kenapa engkau sangat mencintai Khadijah dibandingkan dengan yang lain? Padahal beliau sudah wafat. Sampai engkau bersedekah, pahalanya engkau peruntukkan kepada Khodijah.” Rosul pun menjawab: “Kenapa aku sangat mencintai Khodijah dibandingkan kau dan yang lainnya, walaupun sampai Khodijah wafat sekalipun. Semua istri-istriku pengorbananya tidak ada apa-apanya dibandingkan Khodijah. 


Sebelum Islam diterima di muka bumi ini, dia orang pertama kali dan percaya bahwa Islam agama yang haq. Ketika aku dalam keadaan gelisah dan risau dia selalu menghiburku. Dia rela semua hartanya digunakan berjuang di jalan Allah. Dia menemaniku di kala banyak duka dan sedikit suka. Itulah kenapa aku sangat mencintai Khadijah dibanding dengan istri yang lain.”Aisyah terdiam lalu meminta maaf kepada Rosulullah.

Sedangkan kecerdasan Aisah digambarkan oleh ahli sejarah sunni sebagai berikut. Para ahli sejarah melihat Aisyah sebagai seorang wanita terpelajar, yang telah meriwayatkan hadis tentang kehidupan Nabi Muhammad. Dia merupakan salah seorang dari cendekiawan Islam awal dimana para sejarawan menghitung sampai seperempat dari Hukum Islam berasal dari Aisyah. Aisah adalah istri utama Muhammad dan menjadi contoh dari jutaan wanita (Islamic Review:1980). 

Selain itu, soal penguasaan ilmu dan perjuangan menegakkan agama Islam Sayyidatina Aisyah adalah ibarat Srikandi yang tidak hanya sekedar istri bagi Rosulullah sehingga dalam sebuah riwayat disebutkan “Sekiranya ilmu Siti Aisyah dikumpulkan dan dibandingkan dengan ilmu seluruh ibu kaum muslimin dan ilmu seluruh kaum wanita maka ilmu yang dimiliki oleh Siti Aisyah adalah lebih utama” . Tidak hanya itu, Abu Marwah berkata ”Aku tidak melihat seorang pun yang lebih mengerti mengenai ilmu fiqh, obat-obatan dan syair kecuali Siti Aisyah”. 

Aisyah juga pernah terlibat memimpin perang Jamal. Ini berarti pada zaman dulu pun kemampuan kepemimpinan wanita telah mendapat ruang dalam agama Islam.

Kartini, Wanita Yang Memajukan Kaumnya

Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara 21 april 1879. Kartini dikenal sebagai pahlawan nasional pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Terlahir di kalangan bangsawan tidak menjadikan Kartini silau oleh penghormatan. Justru keadaan pada masa itu, masa-masa jauhnya kesenjangan posisi kaum pria dan wanita,  menjadikan Kartini muda merasa gelisah sehingga dia melakukan pendobrakan. Keberuntungan menjadi kaum bangsawan membuat Kartini berkesempatan bersekolah di  ELS (Europese Lagere School). 

Di sinilah Kartini belajar bahasa Belanda. Namun, Setelah usinya beranjak 12 tahun  Kartini harus dipingit dan tidak lagi bersekolah. Inilah awal pergulatan pemikiran Kartini muda. Dia pun belajar sendiri di rumah dan gemar menulis surat kepada teman-temannya di Belanda bertukar informasi dengan mereka. 

Kartini tertarik pada kemajuan pemikiran perempuan Eropa. Dalam surat-suratnya dia sanagt berharap mendapat pertolongan dari luar. Kartini mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan pribumi akibat kungkungan adat. 

Adat membuat wanita Jawa tidak bebas mengenyam bangku sekolah, setelah menginjak remaja, perempuan Jawa harus masuk dalam dunia pingitan lalu harus bersedia dinikahkan dengan laki-laki pilihan orang tua yang kadang tidak dikenal dan harus pula bersedia dimadu. Kartini berjuang mengeluarkan perempuan pribumi dari kungkungan adat dan ingin mengangkat kaum wanita dari status sosial yang rendah. Dan satu-satunya jalan yaitu melalui peningkatan pendidikan bagi perempuan. 

Surat-surat Kartini yang mewarnai perjuangannya memajukan perempuan pribumi ini terkumpul dalam buku Habis Gelap terbitlah Terang :Boeah Pikiran.

Tiga Sosok Pejuang Wanita

Khadijah, Aisyah, dan Kartini memang hidup pada masa yang berbeda. Namun, kehadiran mereka mampu memberi warna dalam perjalanan sejarah perkembangan Islam dan sejarah Indonesia. Mereka adalah sosok wanita-wanita hebat dan luar biasa yang patut kita jadikan panutan. 

Khadijah al Kubro adalah sosok wanita dengan iman yang kuat, tegar, dan penuh kasih sayang yang rela berkorban sehingga beliau mampu mendampingi seorang laki-laki istimewa yang mengemban amanat kerosulan. 

Aisyah mulia, wanita cerdas dan berilmu tinggi yang telah melahirkan banyak hadis menegaskan bahwa wanita memunyai akal dan pemikiran yang kuat yang mampu mengubah dunia. Ada yang menarik dari penggambaran Aisyah mulia tentang sifat pencemburunya. Penulis yakin, Tuhan menciptakan segala yang di dunia bukan tanpa maksud. Penggambaran sifat Aisyah merupakan pelajaran untuk kita semua bahwa itulah sosok makhluk wanita dengan segala warnanya. Cemburu selalu seiring dengan cinta dan kasih sayang. Begitu pula dengan cinta Aisyah mulia kepada Rosulullah. 

Kartini, Wanita pribumi yang cerdas dan memunyai kepekaan sosial yang tinggi sehingga merasa harus mengubah tatanan sosial yang berlaku saat itu. Pendobrakan Kartini terhadap diskriminasi kesempatan berpendidikan antara laki – laki dan perempuan merupakan perjuangan yang luar biasa yang menjadikan beliau layak menjadi pahlawan wanita Indonesia.

Akhirnya, penulis mengucapkan Selamat Hari Kartini. Memperingati hari Kartini tentu tidak hanya terhenti pada ritual tahunan dan terjebak pada kegiatan formalitas tanpa arti. Memperingati hari Kartini adalah meniupkan kembali ruh dan semangat perjuangannya untuk menjadikan negeri ini lebih bermartabat. Sebagai umat Islam yang hidup di Indonesia, marilah kita senantiasa berusaha menjalankan keislaman kita untuk meraih kesejahteraan bangsa. Semoga, Khadijah, Aisyah, dan Kartini  masa kini akan terus hidup  berjuang di jalan Islam dan membangun negeri tercinta ini. Bukankah Hubbul Wathan minal Iman ? Semangat Kartini, Semangat perempuan Indonesia.



Karyati Inayah,
Guru di Yayasan Hasyim Asy’ari 2, Bekerja di Staf akademik Primagama Kudus.
Adv 1
Share this article :

+ comments + 1 comments

Anonim
4 Desember 2013 pukul 07.51

Thank's gan infonya !

www.bisnistiket.co.id

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger