قال
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ، وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ، فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ، فَغَفَرَ لَهُ، ثُمَّ قَالَ الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ، الْمَطْعُونُ، وَالْمَبْطُونُ، وَالْغَرِيقُ، وَصَاحِبُ الْهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ.
(صحيح البخاري)
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ، وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ، فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ، فَغَفَرَ لَهُ، ثُمَّ قَالَ الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ، الْمَطْعُونُ، وَالْمَبْطُونُ، وَالْغَرِيقُ، وَصَاحِبُ الْهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ.
(صحيح البخاري)
Sabda
Rasulullah SAW, "Ketika seseorang berjalan di jalan, ia menemukan ranting kayu yg penuh
duri, lalu ia menyingkirkannya, maka Allah berterimakasih padanya, maka Allah
mengampuni dosa dosanya, lalu Rasul SAW meneruskan sabda nya : Syuhada adalah
lima : orang yang wafat terkena sakit Tha;un, dan orang yang wafat terkena
sakit diperutnya, dan orang yang wafat tenggelam, dan orang yang wafat terkena
reruntuhan/longsor, dan orang yg wafat dalam peperangan di Jalan Allah” (Shahih
Bukhari).
Menurut riwayat
Imam Bukhari di dalam Shahihnya bahwa Rasul SAW menyampaikan suatu cerita dan
suatu kabar. “Ketika seorang lelaki melewati sebuah jalan, lalu ia melihat
ranting yang penuh dengan duri seraya menyingkirkannya dari jalan.
Fasyakarallahu lahu, faghafara lahu”.
Kita lihat kalimat ini, Allah
berterima kasih kepadanya sehingga Allah mengampuninya. Kita lihat siapa yang
berterima kasih?, Dialah (Allah). Apa untungnya bagi kita menyingkirkan ranting
berduri dari jalan, barangkali yang lewat cuma hewan, barangkali yang lewat
cuma orang – orang yang berdosa, ataupun tidak ada yang lewat sama sekali di
jalan itu. Namun perbuatan mulia yang muncul dari jiwa dan niat yang suci,
tidak akan didiamkan oleh Allah. Bukan perbuatan tangan mengangkat ranting dan
menyingkirkannya, tapi jiwa yang bergetar (tergerak utk berbuat baik) yang
dilihat oleh Rabbul Alamin SWT yang membuat Allah SWT menyampaikan bahwa niat
orang itu dengan perbuatannya membuat Allah berterima kasih kepadanya.
“Fasyakarallahu lahu, faghafara lahu” Allah berterima kasih padanya
sehingga Allah mengampuninya. Allah SWT Maha Berterima kasih atas kebaikan
hamba-Nya kepada makhluk Allah yang lainnya. Inilah keindahan Allah Yang Maha
Indah, inilah perbuatan Yang Maha Indah, inilah Kasih Sayang Yang Maha Indah,
sehingga didalam menyingkirkan ranting berduri saja sudah tersimpan Pengampunan
Ilahi.
Dalam gerak – gerik kita, dalam melangkah menuju majelis ini, Sebagaimana hadits yang kita baca minggu yang lalu bahwa Allah mengharamkan setiap kaki yang terkena debu dalam menuju ke jalan Allah, menuju shalat jum’at, menuju majelis, menuju tempat dzikir, sebagaimana Allah membiarkan (menyampaikan) hal itu dan disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW dan Allah mengharamkan setiap anggota sujud terkena api neraka. Dan demikian banyaknya, berpuluh ratus ribu hadits nabawiy dan ayatul qur’aniyyah yang menyampaikan kepada kita akan kelembutan Rabbul Alamin dan Jasa-Nya kepada kita.
Dan tawaran lamaran cinta Rabbul Alamin selalu ditawarkan dalam setiap kehidupan kita kepada setiap hamba – hambaNya. Beruntung mereka yang mau menerima tawaran pengampunan. (ketahuilah) Yang Maha Mengampuni menawarkan pengampunan-Nya, Yang Maha Baik menawarkan surga-Nya yang abadi, Yang Maha Memiliki kebahagiaan dunia dan akhirat menawarkan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi yang menginginkannya.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar