“Alladziina kafaruu wa shadduu ‘an sabiilillah adhalla a’maalahum;
walladziina aamanuu wa ‘amiluushshaalihaati wa aamanuu bimaa nuzzila ‘alaa
muhammadin wahuwal haqqu min rabbihim, kaffara ‘anhum sayyi;aaatihim wa ashlaha
baalahum” Mereka yg menolak ajakan Allah dan berpaling dari ajakan Allah SWT
maka dihapuslah amal pahala mereka, dan orang – orang yang beriman dan beramal
shalih dan mengikuti apa – apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW, Allah kikis
dosa – dosa mereka (dengan amal – amal mereka, dengan perbuatan mereka,
dengan ibadah mereka, dengan shalatnya, dengan puasanya, dengan zakatnya,
beramal yang fardhu dan sunnah, perbuatan baik yang besar atau yang tampak
remeh (sekedar menyingkirkan ranting saja) terus Allah SWT mengikis perbuatan
dan dosa – dosa mereka); QS. Muhammad : 1-2.
“Kaffara ‘anhum sayyiaatihim”. (Allah kikis keburukan mereka) Karena
sayyiaat itu adalah hal yang hina. Bisa berupa perbuatan dosa, bisa dosanya. Berbeda dengan dzunuub (yaitu) adalah
dosanya, kalau sayiat itu adalah perbuatan perbuatan buruknya, bisa berupa
wujud dosa, bisa perbuatan dosanya.
Kalau seandainya Allah menghapuskan dosanya saja, Allah tidak menghapuskan sifat dan keinginan buruknya maka orang ini akan terus dalam dosa. (namun) Semakin ia menerima tuntunan Sang Nabi Muhammad SAW, menghiasi dirinya dengan sunnah Sang Nabi SAW dan keindahan Sang Nabi SAW maka Kaffara ‘anhum sayyiaatihim” Allah menghapus (sedikit demi sedikit) hal – hal yang buruk dari dosa – dosanya dan dari segala sifat buruknya.
Misalnya hati kita berkata: Saya selalu menjalankan sunnah, tapi kenapa masih banyak tersisa sifat – sifat buruk dalam diri saya? Pertanyaan itu adalah hidayah dari Allah. Pertanyaan didalam diri kita, kenapa kita mesti berbuat dosa? Menunjukkan hidayah dari Allah memberi Cahaya didalam jiwa, memberi kefahaman didalam hati bahwa kita masih banyak berdosa. Jauh lebih beruntung dari orang lainnya yang tidak pernah merasa berbuat dosa dan ia terus berbuat dosa. (misalnya hatinya bekata) Cukup sudah aku istighfar atas dosaku.
Namun kalau kita sudah berusaha menghindari hal – hal yang hina, didalam diri masih ada haus dan tidak puas dengan amal – amal yang shalih hingga hati masih menjerit mengatakan “kenapa aku masih berbuat dosa?” justru itulah daripada Cahya Rabbul Alamin yang berpijar dari hatimu, yang tidak pernah ingin hal – hal yang hina ada dalam diri kita dan itulah tanda dari Allah SWT yang sedang menerbitkan Cahaya Keindahan-Nya pada jiwamu. (diperjelas dg kalimat terpaut pada ayat tsb (Wa ashlaha baalahum : Allah perbaiki keadaannya, yaitu Allah perbaiki fikiran dan keadaan hidupnya, dg mengikuti tuntunan Nabi SAW).
Demikian indahnya sunnah Nabi kita Muhammad SAW dan Rasul meneruskan
sabdanya “tsumma qala asysyuhada khamsatun” lantas Rasul berkata Syuhada
itu ada 5 yaitu “almath’un, walmabthun, walghariiq, washahibulhadm, wasysyahidu
fii sabiilillah”. Demikian sabda Sang Nabi SAW yang baru saja kita baca.
Bahwa orang yang mati syahid itu ada 5 didalam hadits ini. Al Imam Hujjatul
Islam wabarakatul anam Al Imam Nawawi didalam Syarh Nawawi ala Shahih Muslim
mengatakan lebih dari 7 kelompok orang yang mati syahid. Akan tetapi didalam
hadits riwayat Shahih Bukhari ini disebutkan 5. Riwayat Shahih Muslim menulis
lebih dari 7 dan didalam riwayat lainnya lebih banyak lagi.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar