Yang pertama “almath’un” orang yang wafat karena terkena wabah
tha’un. Dimasa itu ada yang menyebut wabah tha’un itu adalah wabah penyakit
yang menimpa suatu negeri atau di satu wilayah dan yang wafat bisa ratusan ribu
orang. Dahsyat sekali wabah tha’un ini, biasanya datang 8 tahun sekali atau 10
tahun sekali di masa itu. Rasul berkata bahwa yang wafat terkena wabah tha’un
maka ia syahid. Namun sebagian ulama mengatakan bahwa semua yang bersifat wabah
penyakit, jika ia wafat terkena wabah itu maka ia tergolong kepada hadits ini
dan di masa itu tidak ada wabah penyakit yang membunuh terkecuali wabah
penyakit tha’un. Dan sebagian ulama mengelompokkan semua yang wafat terkena
wabah penyakit (yg mematikan) maka ia dikelompokkan didalam syuhada.
Yang kedua “almabthun” orang yang wafat karena sakit di perutnya. Apakah
itu berupa ususnya, jantungnya atau lambungnya atau ginjalnya. Semua yang ada
penyakit di dalam perutnya dan wafat karena itu maka ia wafat dalam keadaan
syahid. Dan termasuk juga wanita yang wafat dalam keadaan hamil. Demikian
ucapan Imam Nawawi didalam Syarh Nawawi alam Shahih Muslim. Orang yang hamil
masuk kedalam kelompok ini, karena ia wafat dalam keadaan hamil (dikelompokkan
yg wafat terkena sakit diperutnya) maka ia dikelompokkan bersama para syuhada
yang wafat dalam syahid.
Yang ketiga “alghariiq” orang yang wafat tenggelam. Orang yang
wafat tenggelam selama ia muslim maka ia wafat dengan kemuliaan syahid.
Yang keempat “shahibulhadm” orang yang wafat terkena reruntuhan
bangunan. Apakah itu berupa tanah longsor, apakah berupa reruntuhan
bangunan atau lainnya. Selama ia tertimpa sesuatu reruntuhan maka ia wafat
dalam keadaan syahid.
Yang kelima “syahid fii sabiilillah” orang yang berjihad di jalan
Allah. Hadirin syuhada ini terdapat 2 kelompok (yg diakui oleh Allah, dan
kelompok yg ketiga tidak diakui sebagai syahid oleh Allah walau diakui manusia
karena diluar pengetahuan mereka) yaitu kelompok yang pertama ada 3 kelompok
yakni Syahid Addunya, (yg tidak diakui Allah sebagai syahid) ia syahid
didunia tapi bukan syahid di akhirat, dan Syahidul Akhirah, ia bukan diperlakukan
syahid di dunia tapi ia syahid di akhirat, dan. Syahiduddunya wa Syahidul
Akhirah (ia syahid di dunia dan yaumal qiyamah).
Yang syahid didunia dan akhirat siapa? Yaitu orang yang mati syahid karena membela Allah SWT, membela agama Allah atau mati karena membela keluarganya, masyarakatnya dari serangan musuh yang bersenjata lalu ia melawan hingga ia wafat, maka wafatnya syahid di dunia dan akhirat. Maksudnya apa? Di dunia tidak perlu dishalatkan, tidak perlu dikafani, kenapa? karena sudah mati syahid. Di akhirat bersama para syuhada. Ada syahid di dunia yaitu yang mati syahid tapi di dunia saja. Ia ikut peperangan di dunia tapi bukan untuk membela agama Allah, barangkali karena emosinya, karena gengsinya, teman – temannya ikut berperang ia ikut saja.
Hal seperti ini, di dunia diperlakukan seperti syuhada,
tidak dishalatkan karena orang – orang tahunya ia mati syahid tapi di akhirat
bukan bersama syuhada karena niatnya bukan untuk membela Allah dan Rasul-Nya.
Ada syahidul akhirah adalah orang yang mati syahidnya dalam kelompok yang saya
sebutkan tadi selain berperang di jalan Allah yaitu yang tenggelam, yang
terbakar didalam Shahih Muslim disebutkan juga termasuk yang wafatnya terbakar,
terkena reruntuhan. Mereka dishalatkan, diperlakukan seperti wafatnya seorang
muslim namun di akhirat bersama para syuhada.
Dan juga tentunya kelompok yang bersama mereka adalah mereka yang
mencintai para syuhada.
Ingatlah janji Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW “almar'u ma'a man ahab”
seseorang bersama dengan orang yang ia cintai. Kita punya satu idola yang
menjadi Imamussyuhada, Imamul Aulia, Imam dari semua mukminin – mukminat adalah
Sayyidina Muhammad SAW. Semoga Allah menerangi jiwa kita dengan cinta kepada
Nabi kita Muhammad SAW yang dengan itu Allah membuka tabir cinta kita kepada
Allah SWT.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar