Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Setiap Manusia Adalah Pemelihara (2)

Setiap Manusia Adalah Pemelihara (2)

Besarnya harapan dan munajat menghapus dosa-dosa kita, maka ketahuilah bahwa mengampuni dosa adalah sesuatu yang mudah dan remeh bagi Allah subhanahu wata’ala, namun jangan kita meremehkannya, karena jika hal itu terjadi bisa saja Allah (swt) tidak mau mengampuni dosa-dosanya. 

Jika kita meremehkan dengan berfikir bahwa Allah (swt) pasti mengampuni dosa sehingga timbul dalam fikiran kita untuk tidak perlu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka hal yang seperti itu bukanlah merupakan harapan atau prasangka baik terhadap Allah (swt), akan tetapi merupakan penghinaan makhluk terhadap Allah subhanahu wata’ala.

Tentunya kita tidak dituntut oleh Allah melebihi dari kemampuan kita, kita tidak pula dipaksa lebih dari batas kemampuan, sebagaimana firman-Nya:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
( البقرة : 286 )
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” ( QS. Al Baqarah : 286 ).

Dari ayat ini kita memahami makna kelembutan Ilahi bahwa Allah (swt) tidak akan memaksa lebih dari kemampuan hamba-Nya, namun Rasulullah shaallallahu ‘alaihi wasallam memperjelas makna ayat ini dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :

 اكْلَفُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ
“Bebankan (lakukanlah) amal sesuai kemampuan kalian” (Shahih Bukhari).

Maksudnya bukan berarti memaksakan diri lebih dari kemampuan, tetapi jangan sampai jika kita masih mampu melakukan suatu ibadah namun hanya karena terjebak malas atau yang lainnya sehingga kita tidak mau melakukannya. Tetapi jika sampai pada batas kemampuan maka Allah tidak memaksakan untuk lebih lagi dari itu. Maka lakukan amal ibadah hingga batas kemampuan kita dengan berusaha dan berdoa selanjutnya kita pasrahkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas ketentuannya. 

Tidak cukup dengan kita berdoa saja dan tidak mau berusaha, karena hal yang seperti itu seakan-akan kita memerintah Allah untuk menjadi budak kita dan memberikan segala yang kita inginkan. Dan tidak pula sebaliknya, hanya dengan berusaha saja tanpa berdoa kepada Allah, karena kita tidak memiliki nafas kita sendiri bagaimana kita merasa tidak butuh lagi berdoa kepada Allah, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَعْجَزَ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ عَنِ الدُّعَاءِ
“Manusia yang paling lemah adalah orang yang paling lemah dalam berdo’a” (HR alma’jamul kabiir littabrani, syi’bul Imaan lilbaihaqi dll).

Rasulullah menjelaskan bahwa yang dimaksud orang yang berani bukanlah orang yang mampu memukul yang lain atau menyerang, namun justru orang yang berani adalah orang yang mampu menahan amarahnya. Sebatas apa seseorang mampu menahan amarahnya maka sekadar itu juga keberaniannya. 

Maka berhati-hatilah terhadap orang yang selalu sabar karena jika amarahnya memuncak, Allah akan memunculkan kekuatan kemurkaan Allah pula, karena Allah subhanahu wata’ala berfirman :


إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
( البقرة : 153 )
“ Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar ” ( QS. Al Baqarah : 153 ).

Allah senantiasa bersama orang yang bersabar, jika hamba yang bersabar sudah memaksakan diri dengan segenap kemampuan untuk bersabar sehingga ia tidak mampu lagi menahan kesabarannya, maka Allah subhanahu wata’ala akan turut bertindak untuk membantu hamba-Nya yang bersabar. 

Demikianlah yang telah terjadi pada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana beliau selalu bersabar atas musuh-musuhnya namun mereka terus-menerus menyakiti, menyerang, menganiaya dan lainnya sehingga beliau pun terpaksa membela diri karena memikirkan keadaan ummat beliau yang terus dibantai. Sehingga berapa banyak dari sahabat beliau yang dibantai namun beliau membiarkannya sampai beliau tidak lagi dapat menahannya, sehingga terjadilah perang Badr Al Kubra maka turunlah 5000 malaikat pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala. Ketika itu Rasulullah telah terusir dan hijrah meninggalkan kampung halamannya namun masih saja terus dikejar dan diganggu juga, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membela diri bersama para sahabat dari kaum muhajirin dan anshar, demikian keadaan para hamba dari zaman ke zaman hingga malam hari ini, kekuatan Allah ada pada hamba yang bersabar. Maka bersabarlah karena kekuatan Allah akan bersamamu. 



Habib Munzir Al Musawwa
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger