“Sesungguhnya yang mengada-adakan
kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan
mereka itulah orang-orang pendusta.”
(Q.S. An-Nahl: 105).
Tukang Bohong adalah sebutan lain untuk seorang pembohong.
Hal ini hanya mengikuti suatu kelaziman dalam kehidupan orang-orang Melayu.
Sebab seseorang akan disebut sebagai tukang lantaran keahliannya.
Kalau anda pandai membuat roti, maka disebutlah sebagai “tukang roti”;
Ahli dalam membuat rumah, maka disebutlah sebagai “tukang rumah”, dan
begitulah seterusnya untuk keahlian lainnya. Nah, oleh sebab itulah, jika
seseorang pintar dan pandai berbuat bohong, maka disebutlah dirinya “tukang
bohong”.
Menurut Imam Al-Ghazali
ada beberapa perbuatan yang dapat digolong-kan ke dalam perbuatan bohong,
antara lain: mengingkari janji;; menyembunyikan kebenaran; melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan perkataannya; mengalihkan perhatian orang lain dari
sesuatu perkara buruk yang telah dilakukannya dan lain-lainnya. Melakukan
kebohongan atau tukang bohong tidak akan pernah lepas dari
perbuatan jahat dan mungkar. Sebab itulah ada pepatah yang mengatakan: “Kejahatan
hanya dapat ditutupi dengan kebohongan, dan kebohongan hanya dapat ditutupi
dengan kejahatan.”
Apa yang disebutkan dalam pepatah di
atas, jelas benar adanya, sebab seseorang yang melakukan kejahatan pasti tidak
akan lepas dari perbuatan bohong. Seandainya orang jahat itu jujur, maka tentu
dengan mudah kejahatannya dapat terbongkar, karena itulah sering kita dengar
ungkapan: “Mana ada pencuri yang mengaku.” Antara kejahatan dan
kebohongan bagaikan saudara kembar, saling membutuhkan, saling berkaitan.
Selain dari itu patut pula kita
ketahui, bahwa jika seseorang sudah mulai melakuka kebohongan, maka pastilah
kebohongan itu akan berlanjut dengan kebohongannya yang lain. Artinya setelah
orang berbuat bohong yang pertama, maka akan berbuat bohong yang kedua untuk
menutupi kebohongan yang pertama. Begitu seterusnya, sehingga seluruh
perkataannya akan selalu dipenuhi dengan kebohongan-kebohongan, sampai pada
akhirnya ia akan kehabisan kata-kata dan cara untuk menutupi kebohongannya.
Kita hendaklah sepenuhnya menyadari,
bahwa berbuat bohong adalah suatu perkara yang sangat-sangat tidak disukai oleh
Allah SWT, sampai-sampai menegaskan, bahwa orang yang berbuat
bohong atau tukang bohong adalah orang yang tidak beriman kepada Allah,
sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya yang mengada-adakan
kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan
mereka itulah orang-orang pendusta.” (Q.S. An-Nahl: 105)
Bahkan dalam sebuah hadis
diterangkan, bahwa berbohong dalam senda gurau saja sudah dilarang dan dapat
mencelakakan diri, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Celakalah orang yang berbicara
dusta dengan maksud agar membuat orang-orang tertawa; Celakalah ia dan kemudian
celakalah ia.”
(H.R. Imam Ahmad; Abu Dawud dan An-Nasa’i dari Abu Hurairah r.a)
Sementara dalam hadis yang lain
Rasulullah SAW menyatakan, bahwa salah satu tanda akan dekatnya Hari Kiamat
adalah ketika orang telah banyak melakukan kebohongan. Beliau bersabda:
“Kiamat hampir saja akan berdiri
apabila sudah banyak perbuatan bohong, masa (jarak waktu) akan terasa dekat
(cepat) dan pasar-pasar akan (dibangun secara) berdekatan.” (H.R. Ibnu Hibban dari Abu Hurairah r.a).
KH. Bachtiar Ahmad
Posting Komentar