Wasiat pertama adalah jika engkau telah membaca Kitab Allah, tapi hatimu
masih saja berprasangka bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa dan kesalahanmu,
maka engkau termasuk golongan orang-orang yang mentertawakan ayat-ayat Allah.
Ketahuilah
olehmu, bahwa yang dimaksud orang-orang yang men-tertawakan ayat-ayat Allah
adalah segolongan umat yang menganggap firman-Nya sebagai angin lalu. Golongan
yang hatinya mengeras bagai batu. Golongan yang diberi kabar gembira oleh-Nya
akan datangnya neraka yang menyala-nyala. Golongan yang tidak paham, bahwa
rahmat-Nya mendahului murka-Nya.
Maka
ubahlah prasangka burukmu sekarang juga. Ingatlah bahwa Dia menurut pada
prasangka hamba-Nya. Sungguh Dia Maha Baik, dan sebaik-baik tempat untuk
berserah diri.
Wasiat yang kedua adalah jika engkau merendahkan dirimu di hadapan orang kaya
semata karena kekayaannya, maka hilanglah dua pertiga agamamu. Berhati-hatilah,
sebab itu berarti hampir keseluruhan agamamu. Semua amal kebaikanmu sedang
terancam dihapus dari kitab catatan karena sikap konyolmu itu.
Ingatlah,
bahwa kekayaan seseorang tidaklah berarti di hadapan Sang Maha Kaya, bahwa
kekayaan seseorang tidak lain berasal dari-Nya. Jika engkau bertemu dengan
orang yang kaya raya, anggaplah semua itu rencana Allah yang ingin mengingatkan
dirimu, bahwa Dia-lah Yang Maha Kuasa dalam kebijaksanaan-Nya.
Bersikaplah
sewajarnya di hadapan sesama. Sikap itu akan memerdekakan dirimu. Sayangi yang
miskin jika engkau kaya. Jangan engkau merendahkan diri oleh sebab kefakiran.
Memang kefakiran itu dekat sekali dengan kekufuran. Namun dengan ilmu yang
benar, sungguh kemiskinan itu lebih cepat membawamu menuju surga kenikmatan.
Ingatlah olehmu, bahwa Nabi Sulaiman adalah nabi yang paling akhir memasuki
surga.
Ihwal wasiat yang ketiga, janganlah engkau bersedih hati karena kehilangan. Sebab,
kesusahanmu atas apa yang Allah ambil darimu adalah bukti kurang bersyukurnya
dirimu.
Mempertanyakan
ketetapan Allah berarti engkau meragukan bahwa Dia-lah Yang Maha Benar dalam
keluasan Rahmat-Nya. Dia-lah Yang Meninggikan. Dia-lah Yang Merendahkan.
Kembalikanlah segala kejadian kepada Allah, Sang Pemilik Segala Rahasia.
Janganlah rasa kehilanganmu merusakkan nilai-nilai ubudiyah-mu
dengan kekurang-ajaranmu.
Perihal wasiat keempat, jika engkau berkeluh kesah atas musibah yang engkau alami,
kemudian engkau mengadu kepada orang lain, itu berarti engkau telah mengadukan
Allah kepada orang itu.
Ingatlah
bahwa Dia Maha Pencemburu. Dia tidak suka jika hamba-Nya mengadu kepada
selain-Nya. Dia-lah tempat bergantung segala sesuatu. Dia-lah realitas
tertinggi. Tuan dari segala eksistensi. Khawatirlah engkau! Mengadukan
musibahmu kepada selain-Nya adalah bukti kebodohanmu.
Kini
engkau tahu betapa berat syariat yang diturunkan kepada umatnya Nabi Musa.
Sampai-sampai sang Nabi sendiri menginginkan agar ia dijadikan sebagai umat
Muhammad oleh sebab berbagai keutamaannya. Maka syukurilah keringanan yang
dianugerahkan Allah kepada kita, umat Muhammad SAW. Syukurilah, bahwa Nabi kita
tercinta, menjadi sosok diplomat ulung di hadapan Allah Yang Maha Berkehendak
dalam Kekuasaan-Nya.
Beruntunglah,
bahwa kita diberkahi dua sayap, Khouf dan Roja’. Kita juga masih
boleh bersedih asal tidak melampaui batas. Kita diperbolehkan istirja,
mengembalikan sesuatu dalam lautan kebijakan-Nya. Kita masih diperbolehkan
mengadu kepada mahluk, jika hanya sebatas mencari solusi dari masalah yang kita
hadapi.
Yusron
Mudzakir, Pondok Pesantren Roudlotul Fatihah, Kampung Santri, Kulon Gunung Sentono, Pleret, Bantul, Yogyakarta
Posting Komentar