Kelima, puasa telah dijadikan oleh Allah sebagai medan untuk
menempa kesehatan dan kesembuhan dari beragam penyakit. “Berpuasalah kalian,
niscaya kalian akan sehat.” (HR. Ibnu Sunni dan Abu Nu`aim).
Abuya menegaskan bahwa rahasia
kesehatan di balik ibadah puasa adalah bahwa puasa menempa tubuh kita untuk
melumatkan racun-racun yang mengendap dalam tubuh dan mengosongkan
materi-materi kotor lainnya dari dalam tubuh.
Menurut kerangka berpikir Abuya,
puasa ialah fasilitas kesehatan bagi seorang hamba guna meningkatkan kadar
ketakwaan yang merupakan tujuan utama puasa itu sendiri. “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al Baqarah: 183).
Keenam, keutamaan berikutnya yang Allah berikan kepada ahli puasa
adalah dengan menjauhkan wajahnya dari siksa api neraka. Matanya tak akan
sampai melihat pawai arak-arakan neraka dalam bentuk apapun. Rasul yang mulia
berkata demikian, “Barangsiapa berpuasa satu hari demi di jalan Allah,
dijauhkan wajahnya dari api neraka sebanyak (jarak) tujuh puluh musim.” (HR.
Ahmad, Bukhari-Muslim, dan Nasa`i).
Ketujuh, dalam al-Qur’an Allah berfirman, “Mereka itu adalah
orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang
ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan
yang memelihara hukum-hukum Allah dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.”
(QS. At Taubah: 112).
Sebagian ulama ahli tafsir
menerangkan bahwa orang –orang yang melawat (As Saihuun) pada ayat tersebut
adalah orang yang berpuasa sebab mereka melakukan lawatan (kunjungan) ke Allah.
Makna lawatan, tegas Abuya, di sini adalah bahwa puasa merupakan penyebab
mereka (orang yang berpuasa) bisa sampai kepada Allah. Lawatan ke Allah ditandai
dengan meninggalkan seluruh kebiasaan yang selama ini dilakoni (makan, minum,
mendatangi istri di siang hari) serta menahan diri dari rasa lapar dan dahaga.
Sembari mengutip al-Qur’an pula,
Abuya mencoba menganalisa surah Az Zumar ayat 10: “Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Orang-orang yang bersabarlah
maksudnya adalah orang yang berpuasa sebab puasa adalah nama lain dari sabar.
Di saat berpuasalah, orang-orang yang bersabar (dalam beribadah puasa)
memperoleh ganjaran dan pahala yang tak terhitung banyaknya dari Dzat Yang Maha
Pemberi, Allah swt.
Kedelapan, di saat puasa inilah Allah memberi keistemewaan dengan
menjadikan segala aktivitas orang yang berpuasa sebagai ibadah dan ketaatan
kepada-Nya. Karenanya, orang yang berpuasa dan ia meninggalkan ucapan yang
tidak berguna (diam) adalah ibadah serta tidurnya dengan tujuan agar kuat dalam
melaksanakan ketaatan di jalan-Nya juga ibadah. Dalam satu hadits riwayat Ibnu
Mundih dinyatakan, “Diamnya orang yang berpuasa adalah tasbih, tidurnya
merupakan ibadah, dan doanya akan dikabulkan, serta perbuatannya akan
dilipatgandakan (pahalanya).”
Tentu, tidak dimaksudkan bahwa puasa
itu dipenuhi dengan tidur. Bahkan harus sebaliknya, jauh lebih keras.Hanya saja,
nilai tidur orang berpuasa di hadapan Allah berbeda dengan tidurnya orang yang
tidak berpuasa.
Kesembilan, di antara cara yang Allah memuliakan orang yang berpuasa,
bahwa Allah menjadikan orang yang memberi makan berbuka puasa pahalanya sama
persis dengan orang yang berpuasa itu sendiri meski dengan sepotong roti atau
seteguk air. Dalam satu riwayat Nabi bertutur, “seseorang yang memberi makan
orang yang puasa dari hasil yang halal, akan dimintakan ampunan oleh malaikat
pada malam-malam Ramadhan…meski hanya seteguk air.” (Hr. Abu Ya`la).
Kesepuluh, orang yang berbuka puasa dengan berjamaah demi melihat
keagungan puasa, maka para malaikat akan bershalawat (memintakan ampunan)
baginya. Mudah-mudahan kita termasuk bagian dari sepuluh keutamaan tersebut.
Habib Ali Akbar bin Aqil
Posting Komentar