Dalam hadits qudsi, “Allah
berfirman yang artinya: “Para Wali-Ku itu ada dibawah naungan-Ku, tiada yang mengenal mereka
dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan Taufiq
HidayahNya”
Abu Yazid al Busthami mengatakan: “Para wali
Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para
pengantin itu melainkan ahlinya“.
Sahl Ibn ‘Abd Allah at-Tustari ketika ditanya
oleh muridnya tentang bagaimana (cara) mengenal Waliyullah, ia menjawab: “Allah tidak
akan memperkenalkan mereka kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan
mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka – untuk
mengenal dan mendekat kepada-Nya.”
Begitupula dengan hadist Qudsi tersimpan
pada pribadi – pribadi sahabat Nabi dan disampaikan lewat mulut ke mulut . Karena “isinya” yang tinggi,
Hadist Qudsi tercecer hanya pada sahabat – sahabat khusus saja, yang
menyimpannya bagi dirinya sendiri dan kemudian menurunkannya pada orang – orang
tertentu pula. Sebagaimana Abu Hurairah berkata , ” Aku menerima sekantung ilmu dari
Rasulullah. Separuh kantung aku bagikan kepada kamu semua dan separuhnya lagi
aku simpan buat aku sendiri . Karena jika yang separuh lagi itu aku bagikan
juga , niscaya kalian akan mengkafirkanku dan menggantungku”
As Sarraj at-Tusi mengatakan : “Jika ada yang
menanyakan kepadamu perihal siapa sebenarnya wali itu dan bagaimana sifat
mereka, maka jawablah : Mereka adalah orang yang tahu tentang Allah dan
hukum-hukum Allah, dan mengamalkan apa yang diajarkan Allah kepada mereka.
Mereka adalah hamba-hamba Allah yang tulus dan wali-wali-Nya yang bertakwa“.
Dari Abu Umamah ra, Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda: “berfirman Allah Yang Maha Besar dan Agung: “Diantara para wali-Ku di
hadhirat-Ku, yang paling menerbitkan iri-hati ialah si mu’min yang
kurang hartanya, yang menemukan nasib hidupnya dalam shalat, yang paling baik
ibadat kepada Tuhannya, dan taat kepada-Nya dalam keadaan tersembunyi maupun
terang. Ia tak terlihat di antara khalayak, tak tertuding dengan telunjuk.
Rezekinya secukupnya, tetapi iapun sabar dengan hal itu. Kemudian Beliau
shallallahu alaihi wasallam menjentikkan jarinya, lalu bersabda: ”Kematiannya
dipercepat, tangisnya hanya sedikit dan peninggalannya amat kurangnya”. (HR. At
Tirmidzi, Ibn Majah, Ibn Hanbal)”.
Para
Wali Allah (kekasih Allah) , jika melihat mereka mengingatkan kita kepada Allah
Dari Amru Ibnul Jammuh, katanya: “Ia pernah
mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Allah
berfirman: “Sesungguhnya hamba-hambaKu, wali-waliKu adalah orang-orang yang Aku
sayangi. Mereka selalu mengingatiKu dan Akupun mengingat mereka.” (Hadis
riwayat Abu Daud dalam Sunannya dan Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I hal. 6)
Dari Said ra, ia berkata: “Ketika
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya: “Siapa wali-wali Allah?” Maka beliau
bersabda: “Wali-wali Allah adalah orang-orang yang jika dilihat dapat
mengingatkan kita kepada Allah.”(Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Auliya’ dan Abu Nu’aim di dalam
Al Hilya Jilid I hal 6)
Imam Al-Bazzaar meriwayatkan dari Ibnu
Abbas ra, ia mengatakan, seseorang bertanya, ya Rasulullah shallalahu alaihi
wasallam, siapa para wali Allah itu? Beliau menjawab, “Orang-orang yang jika mereka
dilihat, mengingatkan kepada Allah,” (Tafsir Ibnu Katsir III/83).
Para Wali Allah (kekasih Allah) selalu
sabar, wara’ dan berbudi pekerti yang baik.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa“Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi
wali Allah, iaitu: pandai mengendalikan perasaannya di saat marah, wara’ dan berbudi
luhur kepada orang lain.” (Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Al Auliya’)“
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: “Wahai Abu Hurairah, berjalanlah engkau seperti segolongan orang yang
tidak takut ketika manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut siksa
api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh perjalanan yang berat sampai
mereka menempati tingkatan para nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian
sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka lakukan semua itu demi untuk
mendapatkan redha Allah. Mereka tinggalkan rezeki yang halal karena akan
amanahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya dengan badan mereka, tetapi
mereka tidak tertipu oleh dunia. Ibadah mereka menjadikan para malaikat dan
para nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka, alangkah senangnya jika
aku dapat bertemu dengan mereka.” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menangis karena
rindu kepada mereka. Dan beliau bersabda: “Jika Allah hendak menyiksa penduduk
bumi, kemudian Dia melihat mereka, maka Allah akan menjauhkan siksaNya. Wahai
Abu Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka, sebab siapapun yang
menyimpang dari penjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat”. (Hadis
riwayat Abu Hu’aim dalam kitab Al Hilya)
Para Wali Allah (kekasih Allah) suka
menangis dan mengingat Allah.
‘Iyadz
ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Malaikat memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku berada di
tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa secara terang, jika mendapat
nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi mereka suka menangis secara rahasia,
karena mereka takut mendapat siksa dari Allah. Mereka suka mengingat Tuhannya
di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Tuhannya. Mereka suka berdoa dengan
penuh harapan dan ketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas
dan ke bawah. Hati mereka selalu merindukan Allah. Mereka suka memberi
perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang. Mereka
berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh
dan selalu berjalan dengan tenang. Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka
suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an. Mereka suka membaca Al Qur’an dan suka
berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayangNya. Mereka suka
membahagikan nikmat Allah kepada sesama mereka dan suka memikirkan
negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas.
Kaki mereka di tanah, tetapi hati mereka di langit. Jiwa mereka di bumi, tetapi
hati mereka di Arsy. Roh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat. Mereka
hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka.
Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi.
Kemudian beliau menyebutkan firman Allah yang artinya: “Kedudukan yang setinggi itu adalah
untuk orang-orang yang takut kepada hadiratKu dan yang takut kepada ancamanKu.” (Hadis
riwayat Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I, hal 16)
Para wali Allah jika mereka meminta akan
dikabulkanNya
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah ta’ala berfirman
“jika Aku
sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar,
dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan
untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia
meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti
Ku-lindungi. Dan aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi
pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang
mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia
merasakan kepedihan sakitnya.” (HR Bukhari 6021)
Dari Anas ibnu Malik ra berkata: “Rasul
shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu dihina orang,
tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah memenuhinya, dan Al Barra’ ibnu Malik,
salah seorang di antara mereka.” Ketika Barra’ memerangi kaum musyrikin, para Sahabat: berkata: “Wahai Barra’,
sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: “Andaikata Barra’ berdoa,
pasti akan terkabul. Oleh karena itu, berdoalah untuk kami.” Maka Barra’ berdoa,
sehingga kami diberi kemenangan. Di medan peperangan Sus, Barra’ berdo’a: “Ya Allah, aku
mohon, berilah kemenangan kaum Muslimin dan temukanlah aku dengan NabiMu.” Maka kaum
Muslimin diberi kemenangan dan Barra’ gugur sebagai syahid.
Ust. Zon Jonggol
Posting Komentar