Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Boleh Pamer Asal Jangan Riya’ (2)

Boleh Pamer Asal Jangan Riya’ (2)

Untuk itu ada dua hal penting yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin melakukan amal dengan terang-terangan. 

Yang pertama, harus memiliki keyakinan atau asumsi yang kuat kalau perbuatan tersebut akan diikuti orang lain

Karena tidak jarang orang yang beribadah kemudian diikuti oleh keluarganya namun tidak oleh tetangganya. Banyak juga yang diikuti tetangganya namun tidak tiru oleh rekan kerjanya. Atau juga terkadang relasinnya ikut melakukan ibadahnya akan tetapi masyarakat umum masih enggan mengikuti.

Seorang yang benar-benar mengerti dan ‘alim bukanlah orang seperti itu. Akan tetapi merekalah orang-orang yang amal ibadahnya ditiru oleh kalangan masyarakat luas. Dan orang yang tidak memiliki karakter yang demikian maka akan rentan sekali dia melakukan riya’ dan kemunafikan ibadah. Dan sebaliknya dia akan menjadi bahan cacian orang lain serta akan dikucilkan dari lingkungannya. Sah sah saja orang yang ingin menampakkan amal ibadahnya dengan niatan ingin ditiru orang lain. Namun semua itu harus dengan ketentuan bahwa dirinya memang memiliki pengaruh dan menjadi figur masyarakat yang layak diikuti. Di samping itu masyarakat tempat tinggalnya adalah orang-orang yang mudah untuk mengikuti atasannya.

Yang kedua, dirinya harus selalu mengkoreksi dan mengawasi hatinya jangan sampai terbawa arus riya’. 

Karena bisa jadi semula dia melakukan hal tersebut dengan tujuan supaya ditiru orang lain namun pada akhirnya dia bisa dipengaruhi riya’ yang selalu menggodanya. Dan hanya orang-orang yang memiliki kekuatan ikhlas-lah yang sanggup mengawal hatinya. Dan orang yang demikian ini sangatlah jarang sekali.

Sehingga jangan sekali-kali orang yang tidak memiliki keikhlasan yang kuat mencoba melakukan hal ini. Karena itu tidak ubahnya seperti orang yang sedang tenggelam ditengah lautan bersama-sama dengan orang baik. Sebenarnya kemampuan renangnya sangat payah. Namun dia sok jago ingin menyelamatkan orang lain. Maka jangankan bisa menyelamatkan mereka. Untuk menepikan dirinya sendiri ke darat dia tidak akan bisa melakukannya. Dan akibatnya mereka akan mati bersama-sama.

Lebih mendingan kalau semua itu hanyalah kecelakaan akibat tenggelam di tengah lautan yang rasa sakitnya akan hilang dalam hitungan jam. Lantas bagaimana jika kecekakaan itu karena riya’? Sulit dibayangkan sampai kapan siksa yang akan mendera mereka. Bahkan seorang ulama’ dan ahli ibadah pun terkadang masih terjebak dalam masalah ini. Mereka berlagak seperti orang yang kuat. Sehingga dia selalu unjuk gigi atas amal ibadahnya. Namun sayang hati mereka masih belum kuat menjaga keikhlasan. Sehingga amal ibadahnya akan mudah hangus terbakar api riya’.

Bagian kedua, yaitu dengan cara menceritakan amal ibadah yang telah dilakukan. 

Hal ini juga pada dasarnya sama dengan melakukan ibadah itu dengan terang-terangan. Bahkan dengan cara ini resiko terjangkiti riya’ lebih besar dari bagian yang pertama. Karena secara materi dan fisik cara seperti ini lebih murah dan tanpa mengeluarkan keringat sama sekali. Lagi pula kalau bercerita akan lebih mudah untuk menamba-nambah perbuatan yang tidak dikerjakan. 

Baiknya, ketika ceritanya tersebut dicampuri perasaan riya’ itu sama sekali tidak akan mempengaruhi pahala ibadah yang telah dilakukan. Bahkan terkadang cara demikian ini sangat disunatkan bagi orang yang kuat hatinya, sempurna keikhlasannya, tidak memperdulikan pujian dan cacian orang lain, dan masyarakat bisa diharapkan untuk bisa mengikutinya.

Jangan Menceritakan Dosamu. Inti dari ikhlas adalah tidak membedakan antara keadaan ramai dan sepi, tidak pandang bulu dengan makhluk lain yang ada di sekelilingnya. Untuk urusan ibadah memang terkadang manusia boleh memamerkannya kepada orang lain asal sesuai dengan ketentuan-ketentuan. Akan tetapi untuk masalah dosa sebaliknya. Artinya seorang pelaku dosa itu dianjurkan untuk menyimpan dosanya sendiri dan tidak mencerikan kepada yang lain. Apalagi untuk ukuran dosa yang malah akan menjadikan hawa nafsunya bergejolak dan berandai-andai. 



Penulis berasal dari Ponpes Langitan (Sumber: Kitab Ikhya')
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger