Ka’bah
yang secara bahasa adalah segala sesuatu yang berbemtuk persegi, adalah kiblat
bagi kita segenap kaum muslimin, setelah sebelumnya, untuk menarik perhatian
kaum yahudi madinah umat islam menghadap baitul muqoddas.
Mungkin
pernah terlintas dalam pikiran anda “ka’bah apa sih istimewanya? ia Cuma batu,
bentuknya cuma persegi biasa saja”. Ya memang benar seperti itu kalo
dibandingkan bangunan ibadah umat lain dari segi bentuk, ka’bah memang terlihat
biasa saja,coba deh bandingkan dengan misalnya Borobudur dengan bentuknya yang
megah dan arsitekturnya yang menawan!
Sekarang
mari kita renungkan apa rahasia semua itu mengapa kita diperintah untuk
berdiri, ruku’, dan bersujud menghadapnya?
Ingatlah
saudaraku bahwa perintah yang sama telah terjadi pada iblis ketika Allah
memerintahkannya untuk sujud kepada adam, dengan sombongnya ia menolak dan
berkata “aku lebih baik darinya kau menciptakanku dari api, sedang ia kau
ciptakan dari tanah”. Dengan sombongnya ia memakai logika api lebih baik dari
tanah untuk menolak bersujud pada adam, ia sama sekali tak mau tahu bahwa dzat yang
memerintahkannya untuk bersujud adalah Allah tuhan sekalian alam yang telah
menciptakannya.
Sebagai
akibatnya iapun mendapat laknatNya, dijauhkan dari rahmatnya, dan kelak menjadi
penghuni neraka selama-lamanya. Hal yang sama berlaku pada umat islam ketika
kita menolak perintahnya untuk sholat mengahadap ka’bah dengan alasan ia cuma
batu-batu yang disusun persegi. Dan bukan hanya itu saja, melainkan pada setiap
orang yang menolak perintahnya.
Kita
lihat jaman sekarang sebagian dari kita mengatakan, Hukum ini tak sesuai dengan
perkembangan jaman, hukum itu sudah basi dan tidak perlu digunakan. Dengan
memakai logika yang sama dengan apa yang digunakan iblis terlaknat mereka
menolak Hukum-hukum Allah, mereka berkata hukum warisan tidak sesuai dengan
kesetaraan gender,hukum potong tangan dan qishos tidak sesuai dengan HAM, memakai jilbab tidak gaul dan tidak
modis dan seterusnya.
Dengan
perintahnya untuk menghadap ka’bah Allah telah mengajarkan pada kita untuk
tidak memandang pada bentuk material apa yang diperintah, tapi memandang pada
siapa yang memerintah kita. Misalkan saja orang tua anda menyuruh anda pergi
kepasar yang bau dan becek, ego anda akan menolak dan berkata “pasar itu bau
dan becek aku gak mau pergi”. Ketika itu terjadi berhentilah dan jangan turuti,
jangan pandang pasar tersebut tapi pandanglah orang tua anda. Ia yang merawat
dan membesarkan anda dari kecil, jasa mereka amatlah besar, sangat tidak pantas
bagi anda hanya dengan masalah sepele menolak perintah mereka. Begitu pula
sikap kita terhadap apa-apa yang diperintah Allah dan dilarangnya, bahkan lebih
sangat amat tidak pantas lagi bagi kita untuk mengingkarinya.
Karena
Dia adalah allah tuhan sekalian alam yang merahmati orang-orang muslim, yaitu
orang yang pasrah dan menerima ketentuannya, yang berat siksaannya terhadap
orang kafir, yaitu orang yang ingkar kepadanya. Dan Dia pula yang telah
memberikan kita ni’mat yang tak terhitung jumlahnya yang jelas bagaimanapun
kita tak akan mampu membalasnya.
Jadi, terserah anda mau jadi (golongan) iblis apa malaikat? Walhasil ini adalah ujian
bagi segenap orang beriman, “benarkah kita sungguh-sungguh iman kepadanya?”
Ust. Maufur Ni'am
Posting Komentar