Islam adalah agama cinta damai, sebenarnya bukan hanya sebuah slogan.
Sebagian orang mengidentikkan Islam dengan agama yang penuh kekerasan, perang
dan pedang. Lebih-lebih, diantara umat Islam sendiri (baca : kelompok umat
Islam), memiliki pemikiran yang demikian ekstrim. Namun sebenarnya mereka tidak
memiliki pemahaman yang utuh terhadap pemahaman awal/dasar yang harus dipahami
di dalam Islam. Hal yang sangat memprihatinkan. Karena pemahaman mereka yang
setengah-setengah ikut menyesatkan pengikutnya pada pemikiran yang sempit dan
dangkal ini.
Islam (berbeda dengan sebagian pandangan sekelompok orang )
selalu condong kepada perdamaian, membangkitkan semangat perdamaian, dan
mengajak segenap umat manusia kepada perdamaian. Islam menempatkan perdamaian
sebagai tujuan utama dakwahnya.
Islam juga membenci peperangan dan mendorong setiap umatnya
agar selalu mencegah peperangan sebisa mungkin. Apabila peperangan terpaksa
terjadi , Islam selalu berusaha untuk membatasi cakupannya, memperkecil
kerugiannya, dan meminimalisasi akibat-akibat buruk dari peperangan.
Dari segi bahasa, Islam dan salam (damai) atau silm berasal
dari kata, sin, lam, dan mim. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah setan. Sesungguhya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS
al-Baqarah, 208).
Kata silm memiliki beberapa penafsiran, pertama, silm
ditafsirkan salam (damai), kedua, silm ditafsirkan sebagai Islam, yaitu masuklah
kalian ke dalam cabang-cabang Islam seluruhnya : akidah, ibadah, muamalah,
akhlak, dan undang-undang. Akhirnya memasuki kedamaian yang hakiki, kedamaian
dalam diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan seluruh manusia.
Asal dari makna al-silm adalah penyerahan diri dan
meinggalkan perselisihan. Al silm, memiliki dua makna, makna yang pertama,
rekonsiliasi, perdamaian dan meninggalkan peperangan, kedua, kepatuhan terhadap
Allah, agama-Nya dan syariat-syariat.
Salam termasuk salah satu Asmaul Husna yang dimiliki oleh
Allah SWT. Dalam berdo’a, seorang muslim kadang menggunakannya, dan dalam
bertaqarrub kepada Allah, senantiasa menyebutnya. Allah SWT berfirman : “Hanya
miliki Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul
Husna.” (QS al-A’raf, 180).
Dalam al-Qur’an, kita membaca, “Dialah Allah Yang tiada
tuhan selain Dia, Raja Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera.” (QS al-Hasyr, 23).
Umat Muslim adalah umat yang satu yang terdapat di kalangan
mereka seseorang dengan nama Abdul Salam (hamba dari Zat Yang Mahasejahtera),
yaitu hamba Allah.
Surga yang dirindukan oleh setiap mukmin, dan ia beramal
sebanyak mungkin agar bisa menjadi penghuni surga, dinamakan juga Darus Salam.
Firman-Nya, “Bagi mereka (disediakan) Darus Salam (surga) pada sisi Tuhannya
dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka
kerjakan.” (QS, al-An’am : 127).
Kata yang paling banyak terdengar di surga nanti adalah
kata salam, yaitu bentuk penghormatan kaum mukmin di akhirat kelak. Firman-Nya,
“Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka
menemui-Nya ialah: Salam, dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka”
(QS al-Ahzab, 44).
Allah SWT berfirman : “Doa mereka di dalamnya ialah:
“Subhanakallahumma”, dan salam penghormatan mereka ialah: “Salam”. Dan penutup
doa mereka ialah: “Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamin.” (QS Yunus : 10).
“Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia
dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar
ucapan salam.” (QS al-Waqi’ah : 25-26).
Sebagaimana kata salam merupakan bentuk penghormatan
orang-orang mukmin di akhirat nanti, kata ini juga merupakan bentuk
penghormatan mereka di dunia. “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”
(semoga keselamatan, rahmata Allah dan berkah-Nya tercurahkan kepada kalian).
Menebarkan salam termasuk amal yang utama di dalam Islam.
Dirirwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. Rasulullah SAW
bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga hingga beriman. Dan kalian tidak akan
beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan dengan
suatu amalan yang jika kalian kerjakan, niscaya kalian akan saling mencintai :
tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim, Ahmad, Al Tirmidzi dan Ibn
Majah). Sesuai hadist tersebut maka salah satu ciri orang beriman adalah
menebarkan salam.
Saat duduk tasyahud dalam sholat, seorang Muslim
menyampaikan salam kepada Nabinya, Muhammad, dan kepada dirinya, dan umat
Muhammad : “assalamu ‘alaika ayyuha al-nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamu ‘alaina wa ‘ala ibadillah al shalihin.” (semoga keselamatan tercurah
kepadamu, wahai Nabi, juga rahmat Allah dan berkah-Nya. Semoga keselamatan
tercurah kepada kita semua dan kepada hamba-hamba yang saleh).
Lalu, seseorang Muslim mengakhiri shalat dengan mengucapkan
penghormatan salam ke sebelah kanan dan kiri, sebagai pemberitahuan bahwa dia
dalam keadaan salam (selamat/sejahtera/damai) sewaktu mengerjakan sholat.
Apabila selesai mengerjakan sholat, di menemui orang-orang dan menjalani
kehidupan dengan penuh salam. Dengan demikian, dirinya menjadi salam dalam
ibadahnya dan salam dalam muamalahnya.
Al Sukmana
Posting Komentar