Merekalah para Nabi, orang-orang
sholeh dan orang-orang yang mati syahid, merekalah sebaik-baik teman.
Engkau boleh saja menghargai
prestasi seseorang - meskipun dia kafir - dalam kerangka
pembelajaran terhadap dirimu. Engkau boleh menirunya dalam hal karya, etos
kerja maupun semangat keilmuannya, tetapi engkau dilarang mencontoh perilaku
dan kebiasaanya. Jika kebiasaan orang-orang kafir senantiasa berbangga diri
dengan hasil-hasil pencapaiannya, engkau harus tawadu’ betapa pun hebat
hasil karyamu. Jika orang-orang kafir menganggap semua kesuksesannya berasal
dari usaha dan kerja kerasnya, maka dirimu mesti sadar bahwa ikhtiarmu
semata-mata berkat pertolongan dan kebaikkan Allah ta’Ala.
Yang pertama harus engkau perhatikan
bukanlah bagaimana engkau bisa mencapai keberhasilan -sebab telah jelas
bahwa semua karena Allah-, tetapi kemana hatimu bergerak saat engkau menuju,
sampai dan setelah keberhasilan itu dalam genggamanmu, itulah yang harus engkau
awasi. Jika geliat hatimu senantiasa menuju arah cahaya, apapun pencapaianmu
tidak lagi menjadi penting bagimu. Tapi jika ia cenderung pada kegelapan, maka
engkau harus berhati-hati.
Anas r.a meriwayatkan bahwa pada
suatu ketika ada seseorang dari dusun yang bertanya kepada Rasul SAW, “Kapankah
datang Hari Kiamat, ya Nabi?” Nabi pun balik bertanya, “Apa yang engkau
persiapkan untuk itu?’
Orang tersebut menjawab, “Saya
menyiapkan akherat dengan mencintai Allah dan Rasulullah”. Nabi bersabda, “Jika begitu, kelak
engkau akan bersama dengan orang-orang yang engkau cintai”.
Di dalam riwayat lain orang itu
menjawab, bahwa dia tidak menyongsong Hari Kiamat dengan banyaknya ibadah puasa
dan sholat juga sedekah, tetapi ia menyambutnya dengan mencintai Allah dan
Rasul-Nya. Inilah kebenaran, sebaik-baik bekal adalah mencintai Allah dan Rasul
SAW. Fitrah manusia adalah untuk menyembah-Nya dengan mengikuti petunjuk
Rasul-Nya. Cinta adalah sebaik-baik alasan ketika engkau bersujud kepada-Nya.
Sungguh naïf jika engkau mengandalkan amal ibadahmu. Amalmu tidak akan cukup
untuk menebus dosa-dosamu, ibadahmu tidak akan pernah mengimbangi segala nikmat
yang telah Allah berikan padamu.
Belumlah sempurna iman seseorang
jika masih lebih mencintai apa saja melebihi dari mencintai Allah dan
Rasul-Nya.
Makna sabda Rasulullah tersebut adalah, engkau boleh dan dianjurkan mencintai
dan berkasih sayang terhadap sesama, namun semua itu dalam rangka mewujudkan
rasa cintamu kepada Allah dan Rasulullah. Ingatlah bahwa kita harus mencintai
dan membenci karena Allah.
Jika engkau lebih mencintai sesuatu
melebihi cintamu kepada Allah dan Muhammad Rasulullah, itulah pertanda hatimu
masih sakit. Obatilah sakitmu dengan lebih sering menghadiri majelis-majelis
ilmu, melazimkan dzikir dan senantiasa bersholawat. Jika engkau tidak
mengobatinya semasa hidup di dunia, engkau akan dipaksa mengobatinya di
akherat. Takutlah sebab rumah sakit akherat itu adalah neraka. Hanya hati yang
sehat yang akan selamat, hati yang sehat akan kembali pulang ke rumahnya,
Surga!
Abu Huraira r.a meriwayatkan salah
satu wasiat Nabiyullah SAW, “manusia itu ibarat tambang kebaikkan ataupun
keburukkan sebagaimana tambang emas dan perak. Manusia-manusia pilihan di zaman
jahiliyah juga akan menjadi manusia-manusia pilihan di zaman Islam”.
Arti dari sabda Rasulullah tersebut
adalah jika engkau memang berbakat sebagai pejalan spiritual dan pencari
kebenaran, maka datangnya Islam adalah khabar gembira bagimu. Engkau akan
menyambutnya dengan suka cita dan mengikuti risalah-risalah yang dibawa oleh
Nabi-Nya. Tapi jika hatimu cenderung pada kegelapan dan selalu menutup diri
dari kebenaran, maka tiada beda antara zaman jahiliyah dan zaman Islam bagimu.
Engkau akan tetap pada posisimu dan selalu setia pada kebodohanmu. Hatimu yang
sekeras batu cenderung menolak apapun yang disampaikan oleh Rasul-Nya.
Orang-orang pilihan adalah mereka
yang memahami benar bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara. Kesadaran itu
akan menuntunya untuk selalu belajar mengenai kehidupan abadi yang hanya dapat
diperoleh melalui ilmu-ilmu agama. Kesadaran tiu akan membawanya menuju
pencerahan dalam perjalanan spitiualnya.
Manusia-manusia pilihan yang dimaksud Rasul SAW
adalah mereka yang ketika Allah SWT menciptakan ruh-ruh di zaman azali telah
mempunyai kecenderungan selalu menuju arah cahaya. Di alam materi, ruh-ruh
tersebut menjadi manusia-manusia yang selalu mencari kebenaran-kebenaran
sejati. Allah ta’Ala menciptakan ruh-ruh dalam keadaan bergerombol-gerombol.
Arwah-arwah dalam kelompok itu akan saling mengenal di dunia. Kelompok yang
terpisah akan saling mengingkari dan tidak mengenal satu sama lain.
Yusron Mudzakkir (Ponpes Raudkatul Fatihah)
Posting Komentar