Aku
ilustrasikan sebagai contoh : Nabi Ibrahim a.s pada mulanya hidup dengan
ayahnya, tapi ketika jelas bahwa ayahnya adalah musuh Allah, Nabi Ibrahim
segera melepas diri darinya. Gambaran itu menunjukkan bahwa ruh Nabi Ibrahim
dan ayahnya pernah saling bertemu di zaman Allah belum menciptakan alam materi,
tetapi ruh keduanya tidak berada dalam satu kumpulan yang sama.
Dapat engkau pastikan jika dirimu
sekarang berkumpul dengan orang-orang sholeh sampai ajal menjemput, itu
menunjukkan bahwa sejak masa pra keabadian ruhmu telah bersama dalam satu
gerombolan dengan arwah-arwah orang yang sholeh.
Jika demikian, maka sudah
barang tentu ruhmu dan arwah-arwah orang yang sholeh itu berada dalam satu mata
rantai dengan sekumpulan-sekumpulan yang lebih besar ruh-ruh yang telah dipilih
Allah SWT untuk menyampaikan risalah-risalah-Nya, yakni ruh para Nabi dan
Rasul.
Di dunia ini para wali dan
orang-orang yang telah disingkapkan hijabnya oleh Allah dapat menelusuri
hal-hal seperti itu.
Imam Abu Hamid al Ghazali menceritakan bahwa pada suatu
ketika beliau teringat pernah terlibat dalam perdebatan denga Nabi Musa a.s di
zaman azali. Dalam pertemuannya di alam ruhani itu beliau ditertawakan dengan
sayang oleh Nabi Musa sebab sang Nabi merasa kewalahan melayani argumen-argumen
logika agama dari Imam al Ghazali.
Begitulah keadaan alam ruhani, disana ruh-ruh
telah ditetapkan dan dikumpulkan menurut kecenderungan karakter dan kadar
kebaikannya. Jika karakter salah satu ruh adalah hijau, di dunia ia akan
cenderung bergerak ke arah warna hijau. Jika karakter ruhmu merah, di dunia
engkau akan menyukai warna merah dan lebih senang berada dalam kumpulan warna
merah.
Orang-orang kafir akan menolak orang-orang yang beriman dan orang-orang
beriman akan menyingkir dari orang-orang kafir.
Yusron Mudzakkir (Ponpes Raudlatul Fatihah)
Posting Komentar