Apa
yang saya tulis ini merupakan sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi bagi
sebagian manusia yang diberi keistimewaan oleh Allah, berdasarkan riwayat dari
para ulama ahli hadis. Saya awali dengan pernyataan al-Hafidz al-Suyuthi
al-Syafii:
وَأَوْرَدْتُ
فِيْهِ (فِي كِتَابِ الْبَرْزَخِ) أَخْبَارًا كَثِيْرَةً مِنْ هَذَا النَّمْطِ فِيْمَا
وَقَعَ مِنْ سَمَاعِ كَلَامِ الْمَوْتَى لِلصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ
وَقَالَ الْبَيْهَقِي قَدْ رُوِيَ فِي التَّكَلُّمِ بَعْدَ الْمَوْتِ عَنْ جَمَاعَةٍ
بِأَسَانِيْدَ صَحِيْحَةٍ (الخصائص الكبرى - ج 2 / ص 106)
“Saya
(al-Suyuthi) cantumkan dalam kitab ‘al-Barzakh’ beberapa kabar yang banyak, tentang peristiwa dapat mendengar
perkataan dari orang-orang yang telah wafat dari para sahabat, Tabiin dan
generasi sesudahnya. Al-Baihaqi berkata: Sungguh telah diriwayatkan adanya
dialog setelah kematian oleh para ulama dengan sanad yang sahih”
(al-Khashaish al-Kubra 2/106)
Berikut beberapa riwayat yang dirangkum oleh
Imam al-Baihaqi al-Syafii:
1. Tuhallil binti Athaf
قَالَ
الْعَطَّافُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَتْنِي خَالَتِي قَالَتْ رَكِبْتُ يَوْمًا إِلَى
قُبُوْرِ الشُّهَدَاءِ وَكَانَتْ لَا تَزَالُ تَأْتِيْهِمْ قَالَتْ فَنَزَلْتُ عِنْدَ
قَبْرِ حَمْزَةَ ، فَصَلَّيْتُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ أُصَلِّيَ وَمَا فِي الْوَادِي
دَاعٍ وَلَا مُجِيْبٌ إِلَّا غُلَامٌ قَائِمٌ آخِذٌ بِرَأْسِ دَابَّتِي ، فَلَمَّا
فَرَغْتُ مِنْ صَلَاتِي قُلْتُ هَكَذَا بِيَدَيَّ : السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَسَمِعْتُ
رَدَّ السَّلَامِ عَلَيَّ يَخْرُجُ مِنْ تَحْتِ الْأَرْضِ أَعْرِفُهُ كَمَا أَعْرِفُ
أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَنِي وَكَمَا أَعْرِفُ اللَّيْلَ مِنَ النَّهَارِ ،
فَاقْشَعَرَّتْ كُلُّ شَعْرَةٍ مِنِّي (دلائل النبوة للبيهقي - ج 3 / ص 374)
“Athaf bin
Khalil berkata bahwa Bibi saya (bernama Tuhallil binti Athaf, dijelaskan oleh
al-Thabari dalam Tahdzib al-Atsar) berkata: Saya pergi ke makam para Syuhada’ (ia memang
sering pergi ke makam mereka). Lalu saya berhenti di makam Hamzah, saya salat
sebanyak yang dikehendaki oleh Allah. Di tempat itu tak ada orang yang
memanggil dan menjawab, kecuali seorang budak yang memegang kepala hewan saya.
Setelah saya selesai salat, saya berkata dengan isyarat tangan saya: “Salam bagi
kalian”. Lalu saya mendengar jawaban salam saya dari bawah tanah, saya
mengetahuinya seperti saya mengetahui bahwa Allah menciptakan saya dan seperti
saya mengetahui perbedaan malam dan siang. Kemudian bulu-bulu saya merinding” (Riwayat
al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah 3/374)
2. Fatimah al-Khuza’iyah
قَالَ
الْوَاقِدِي : وَكَانَتْ فَاطِمَةُ الْخُزَاعِيَةُ تَقُوْلُ لَقَدْ رَأَيْتَنِي وَقَدْ
غَابَتِ الشَّمْسُ بِقُبُوْرِ الشُّهَدَاءِ وَمَعِي أُخْتٌ لِي فَقُلْتُ لَهَا : تَعَالِي
نُسَلِّمْ عَلَى قَبْرِ حَمْزَةَ ، فَقَالَتْ نَعَمْ ، فَوَقَفْنَا عَلَى قَبْرِهِ
فَقُلْنَا : السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا عَمَّ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَسَمِعْنَا كَلَامًا رَدَّ عَلَيْنَا : وَعَلَيْكُمْ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللهِ
، قَالَتْ وَمَا قَرْبَنَا أَحَدٌ مِنَ النَّاسِ (دلائل النبوة للبيهقي - ج 3 / ص
376)
“al-Waqidi
berkata: Fatimah al-Khuzaiyah berkata bahwa kau melihatku sementara matahari
telah sirna di makam para Syuhada, saya bersama saudara perempuan saya. Saya
berkata kepadanya: “Mari kesini, kita ucapkan salam ke makam Hamzah.” Ia berkata: “Ya”. Lalu kami
berdiri di makam Hamzah, kami berkata: “Salam bagimu, wahai paman
Rasulullah Saw.” Kemudian kami mendengar jawaban atas salam kami: “Salam bagimu
dan rahmat dari Allah”. Fatimah berkata: Di dekat kami tidak ada seorang pun” (Riwayat
al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah 3/376)
3. Hasyim bin Muhammad al-Umari
هَاشِمُ
بْنُ مُحَمَّدِ الْعُمَرِي مِنْ وَلَدِ عُمَرَ بْنِ عَلِّي يَقُوْلُ : أَخَذَنِي أَبِي
بِالْمَدِيْنَةِ إِلَى زِيَارَةِ قُبُوْرِ الشُّهَدَاءِ فِي يَوْمِ جُمْعَةٍ بَيْنَ
طُلُوْعِ الْفَجْرِ وَالشَّمْسِ ، وَكُنْتُ أَمْشِي خَلْفَهُ فَلَمَّا انْتَهَى إِلَى
اْلمَقَابِرِ رَفَعَ صَوْتَهُ فَقَالَ : سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ
عُقَبَى الدَارِ ، قَالَ فَأُجِيْبَ : وَعَلَيْكَ السَّلَامُ يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ
، قَالَ فَاْلتَفَتَ أَبِي إِلَيَّ فَقَالَ : أَنْتَ الْمُجِيْبُ يَا بُنَيَّ ؟ فَقُلْتُ
لَا ، قَالَ فَأَخَذَ بِيَدَيَّ فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِيْنِهِ ، ثُمَّ أَعَادَ السَّلَامَ
عَلَيْهِمْ ، ثُمَ جَعَلَ كُلَّمَا سَلَّمَ عَلَيْهِمْ يُرَدَّ عَلَيْهِ حَتَّى فَعَلَ
ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ، قال فَخَرَّ أَبِي سَاجِدًا شُكْرًا لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ
(دلائل النبوة للبيهقي - ج 3 / ص 378)
“Hasyim bin Muhammad
al-Umari, dari putra Umar bin Ali, berkata: Bapak saya mengajak saya ke Madinah
untuk ziarah ke makam para Syuhada di hari Jumat, antara terbit fajar dan
matahari, saya berjalan di belakang beliau. Ketika sampai di makam, bapak saya
mengeraskan suaranya: “Salam bagi kalian atas kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya
tempat kesudahan itu”. Kemudian dijawab: “Salam bagimu, wahai Abu Abdillah”. Kemudian bapak menoleh ke arah
saya dan berkata: “Kamu yang menjawab?”. Saya berkata: “Bukan”. Kemudian bapak menarik saya ke sebelah kanannya, lalu beliau
mengulang salam kepada mereka. Setiap beliau mengucap salam, maka selalu
dijawab, hingga beliau melakukannya sebanyak 3 kali. Kemudian beliau bersujud
syukur kepada Allah” (Riwayat al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah 3/378)
4. Syaikh Ibnu Taimiyah
وَكَانَ
سَعِيْدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ فِى اَيَّامِ الْحَرَّةِ يَسْمَعُ الْأَذَانَ مِنْ قَبْرِ
رَسُوْلِ اللهِ اَوْقَاتَ الصَّلَوَاتِ وَكَانَ الْمَسْجِدُ قَدْ خَلَا فَلَمْ يَبْقَ
غَيْرُهُ (مجموع الفتاوى - ج 11 / ص 280)
“Saib bin
Musayyab di hari-hari peristiwa al-Harrah, ia mendengar adzan dari makam
Rasulullah Saw saat waktu-waktu salat. Saat itu di masjid Nabawi tidak ada
orang selain dia” (Majmu’ Fatawa 11/280)
Jangan-jangan Said bin Musayyab majhul? , maka inilah
jawaban Syaikh Ibnu Taimiyah:
وَكَذَلِكَ
أَفْضَلُ التَّابِعِيْنَ مِثْلُ سَعِيْدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ وَأَمْثَالِهِ وَالْحَسَنِ
الْبَصْرِى وَأَمْثَالِهِ وَعَلِىِّ بْنِ الْحُسَيْنِ وَأَمْثَالِهِ وَأَصْحَابِ ابْنِ
مَسْعُوْدٍ وَأَصْحَابِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَهُمْ مِنْ أَجَلِّ التَّابِعِيْنَ (مجموع
الفتاوى - ج 5 / ص 169)
“Demikian
juga, Tabiin yang paling utama adalah seperti Said bin Musayyab dan sepadannya,
Hasan al-Basri dan sepadannya, Ali bin Husain dan sepadannya, para santri Ibnu
Mas’ud, santri Ibnu Abbas. Mereka adalah para Tabiin yang agung” (Majmu’ Fatawa
5/169)
Murid Ibnu Taimiyah al-Hanbali, al-Hafidz al-Dzahabi mencantumkan riwayat ini sebanyak 2 kali. Riwayat pertama dinilai dlaif karena ada seorang perawi bernama Abdul Hamid, ia dlaif. Akan tetapi dalam riwayat yang kedua yakni dari jalur al-Waqidi, beliau tidak menilainya dlaif. Dengan demikian riwayat diatas memiliki dua jalur yang kuat.
سير أعلام
النبلاء - (ج 4 / ص 228)
ابن سعد:
أنبأنا الوليد بن عطاء بن الاغر المكي، أنبأنا عبدالحميد بن سليمان، عن أبي حازم، سمعت
سعيد بن المسيب، يقول: لقد رأيتني ليالي الحرة وما في المسجد أحد غيري، وإن أهل الشام
ليدخلون زمرا يقولون: انظرو إلى هذا المجنون. وما يأتي وقت صلاة إلا سمعت أذانا في
القبر. ثم تقدمت فأقمت وصليت وما في المسجد أحد غيري . عبدالحميد هذا، ضعيف.
الواقدي:
حدثنا طلحة بن محمد بن سعيد بن المسيب، عن أبيه، قال: كان سعيد أيام الحرة في المسجد
لم يخرج، وكان يصلي معهم الجمعة ويخرج في الليل. قال: فكنت إذا حانت الصلاة، أسمع أذانا
يخرج من قبل القبر حتى أمن الناس
Ust. Ma'ruf Khozin
Posting Komentar