Memahami ilmu-ilmu agama adalah baik untukmu. Tetapi
ingatlah, jangan engkau menyimpulkan sesuatu dalam ilmu agama sesuai dengan
kehendakmu. Engkau telah saksikan banyak orang mempergunakan dalil-dalil dalam
agama sebagai alat untuk menuruti hawa nafsunya. Mereka hanya berhukum ketika
hukum itu sesuai dengan selera mereka dan mereka menghindar atau pura-pura
tidak tahu jika hukum tersebut tidak selaras dengan kepentingannya.
Aku berikan satu contoh yang baik bagaimana seharusnya
sebuah fatwa diberikan. Pemerintah Tajikistan (yang notabene negara
Islam) melarang warganya memelihara jenggot bagi yang belum berumur lima
puluh tahun. Dengan alasan bahwa urusan jenggot kini telah dijadikan bendera
kaum fundamentalis, alias Islam Radikal.
Di dalam kitab Ihya Ulumuddin, Hujjatul
Islam Imam Al-Ghazali juga menceritakan ihwal seorang murid yang mendapat
teguran keras dari mursyid-nya oleh sebab memelihara jenggot sebelum
waktunya. Semua itu demi kebaikkan si murid yang dikhawatirkan akan merasa
berbangga diri karena telah melaksanakan sunnah Rasul SAW.
Berhati-hatilah dalam melaksanakan sunnah-sunnah adab dhahiriyah,
sebab sunnah-sunnah tersebut acapkali menimbulkan rasa tinggi hati di kalangan
orang-orang yang melaksanakannya. Perasaanmu bahwa dirimu lebih sholeh
dibandingkan orang lain jelas akan menyesatkan jalan yang engkau tempuh. Aku
telah menulis banyak hal ihwal jenggot ini dalam bukuku yang terdahulu.
Sultanul Auliya Syeikh al-Akbar Abdul Qadir Jilany
pada masanya dahulu juga pernah berfatwa bahwa membuat kepala plontos itu haram
hukumnya. Fatwa beliau berdasarkan fakta bahwa “gundul” telah dijadikan bendera
oleh salah satu sekte (yang dianggap sesat) dari kaum Syi’ah
sebagai identitas keagamaan.
Ingatlah wasiat Nabi SAW, “Siapa yang menyerupai sekelompok
orang berarti ia merupakan bagian dari kelompok tersebut”. Jika engkau
memelihara jenggot dalam konteks kekinian, engkau akan dianggap sebagai Islam
Radikal, meskipun engkau Islam Alusan. Jika engkau membuat plontos
kepalamu pada masa Syeikh Abdul Qadir Jaelani, engkau akan diidentikkan kedalam
golongan salah satu sekte sesat dari kaum Syi’ah.
Memahami ilmu agama memang tidaklah mudah. Banyak sekali
contoh-contoh yang menunjukkan dangkalnya tingkat pemahaman keagamaan yang
mengakibatkan kemunduran agama itu sendiri. Aku menganjurkan kepadamu untuk
selalu menuntut ilmu dan mencari hikmah sebab itu adalah kewajiban suci bagi
kita dewasa ini. Hidupkan hatimu dan bersihkan dari penyakit-penyakit yang
tersembunyi, InsyaAllah, Dia akan segera menghidupkan api ilmu di
hatimu. Allah-lah yang memberi berkah-berkah ilmu kepada seorang murid, bukan
seorang guru.
Aku wasiatkan kepadamu agar jangan sekali-kali
engkau bergantung pada amal ibadahmu. Berserah diri-lah hanya kepada Allah, Zat
yang menjadi tempat bergantung segala sesuatu. Sungguh, jalan untuk menuju
surga-Nya bisa sesulit onta yang berusaha memasuki lubang jarum. Akan tetapi,
jalan itu bisa semudah memperbaiki tali sandalmu yang lepas. Ingatlah
Allah, dalam tiap waktu dan kesempatan, di tempat sunyi maupun ramai. Ingatlah
bahwa diam adalah hikmah bagimu.
Ust. Yusron Mudzakkir
Posting Komentar