Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Bersedekah Dari Usaha Yang Baik (1)

Bersedekah Dari Usaha Yang Baik (1)

“Barangsiapa yang bersedekah (walau) sebesar kurma dari usaha yang baik, dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, dan Sungguh Allah SWT menerimanya dg sambutan hangat, lalu melipat gandakannya untuk orang itu seperti kalian mengasuh bayi yang disusuinya, hingga sebesar gunung” (Shahih Bukhari) 


Pisau kalau sudah berkarat tentunya harus diasah kembali , terlebih lagi keadaan jiwa kita jika kita tidak bisa menajamkan sendiri maka harus ditajamkan oleh pemiliknya, oleh sebab itu tajamkan terus, maksudnya apa ? yaitu selalu benahi dosa-dosa kita dengan istighfar, dan dari banyaknya dosa yang telah kita perbuat maka perbanyaklah berbuat amal pahala. Sebagaimana firman Allah subhana wata'ala :


إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ( هود : 114

" Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan (dosa-dosa) ". ( QS. Hud : 114 ) 


Maka siapa diantara kalian bershadaqah walaupun kecil sebesar korma, maksudnya bukan bershadaqah korma, tapi yang dimaksud adalah nilainya sebesar sebutir korma ( bukan sebesar korma, karena kalau kalau yang dishadaqahkan sebesar korma jika itu berlian maka besar nilainya ). Nilainya sebesar sebutir korma, berapa nilai sebutir korma ? mungkin tidak mencapai seratus rupiah, atau mungkin seratus rupiah. 

Dan dari perbuatan atau pekerjaan yang baik, maksudnya dari usaha yang baik dan halal, sedangkan Allah tidak menerima sesuatu kecuali yang baik, jadi semakin baik perbuatan yang kita tunjukkan ke hadirat Rabbul 'Alamin maka semakin baik pula balasannya. Hadirin hadirat, maksudnya adalah ketika kita ingin beramal diantaranya adalah shadaqah, kalau shadaqah itu dari pekerjaan atau usaha yang paling kita jaga jangan sampai ada hal shubhatnya, jangan sampai ada hal yang haram, kecuali hanya hal-hal yang mulia, maka Allah ta'ala pun lebih dari itu memuliakannya, semakin kita berusaha menyempurnakan amal kita baik itu shadaqah atau lainnya maka Allah akan melimpahkan lebih dari apa yang kita perjuangkan, dan Allah menerimanya dengan tangan kanannya, tentunya bukan tangan kanan Allah ta'ala, tapi yang dimaksud adalah bahwa Allah menyambutnya dengan sambutan yang hangat yaitu sambutan yang mulia, walaupun bershadaqah dengan senilai sebutir korma tapi dari perbuatan yang baik, maka Allah menyambutnya dengan hangat , kemudian Allah ta'ala melipatgandakannya dan mengasuhnya, seakan-akan bayi yang disusui ibunya. 

Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari, mensyarahkan makna hadits ini adalah bahwa Allah ta'ala membesarkannya, menumbuhkannya dari sesuatu yang kecil seakan menanamnya sampai menjadi besar sampai sebesar gunung, dari hal yang kecil saja tapi dari usaha yang baik . 

Hadits ini memberikan makna kepada kita bahwa semua perbuatan yang kita berusaha memperindahnya hasilnya berjuta kali lipat, seberapa besarnya korma dan seberapa besarnya gunung?! Maka Allah akan membesarkannya sebesar gunung. Satu hal lagi, inilah keindahan Allah yang mengasuh mulai dari sebesar korma saja sampai sebesar gunung. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapakan kalimat " يُرَبِّيْهَا " ( Allah yang mengasuhnya ), jika kita dalami makna kalimat ini maka mengalir air mata kita, maksudnya amal kecil yaitu shadaqah kita itu diasuh oleh Allah tidak dibuang begitu saja, karena muncul dari jiwa yang baik, jiwa yang suci ingin beramal karena Allah maka Allah membesarkannya dan melipatgandakan balasannya menjadi sebesar gunung, terlebih lagi jika bershadaqah dengan shadaqah yang banyak maka bagaimana hangatnya sambutan Sang Rabbul 'Alamin. 

Oleh karena itu kita mendengar agungnya budi pekerti Khalifah Abu Bakr As Shiddiq radiyallahu 'anhu, diriwayatkan dalam salah satu atsar bahwa ada dua orang kakak beradik, yang satu kaya raya dan yang satu lagi tidak kaya tapi dermawan . Maka si kakak yang kaya raya ini berkata : " aku mau pergi haji, aku titip hartaku ada ladang gandum yang luas ini tolong dikeluarkan zakatnya, kebetulan saat aku berangkat nanti masuk waktu haul untuk membayar zakat, maka keluarkanlah zakatnya ".


Zakatnya tentunya jelas 2,5 %, dan tempat hasil panen gandum telah disiapkan, sebuah gudang besar kalau sudah panen gudang ini penuh . Maka kakaknya berangkat haji, setelah pulang perasaannya senang karena ibadah hajinya sudah selesai dan zakat untuk hasil gandumnya sudah diamanahkan kepada adiknya, maka tentunya sudah dikeluarkan zakatnya, maka ia ingin melihat hasil panen di gudangnya seberapa banyak, setelah dilihat ternyata gudangnya kosong, maka ia berkata kepada adiknya " mana hasil panennya?, apa kita belum panen bukannya sudah waktunya panen " ?, maka si adik menjawab : " betul, kita sudah panen kakak ", si kakak bertanya : " lalu, sudah dikeluarkan zakatnya " ? si adik menjawab " sudah ". Lalu mana sisanya, dicuri orang kah ?, maka si adik berkata : " sudah dizakatkan semuanya ", sang kakak berkata : " kamu ini mengikuti mazhab siapa, zakat dikeluarkan 100% ??!!, si adik menjawab : " mazhab Abu Bakr As Shiddiq Ra ". 

Sayyidina Abu Bakr As Shiddiq serahkan semua hartanya untuk Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, dan meninggalkan keluarganya untuk keridahaan Allah dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kita belum sampai kesana (ketingkat itu) tentunya, namun kalau seandainya kita belum mampu mencapai hal itu, paling tidak kita memahami bahwa ada jiwa-jiwa luhur yang berbuat seperti ini.


Habib Munzir Al Musawwa
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger