Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Di Balik Tirai Kematian Bag. 2

Di Balik Tirai Kematian Bag. 2

Maka beruntunglah mereka yang dapat memanfaatkan setiap helaan napas yang diberikan Allah kepadanya untuk meningkatkan amal saleh dan baktinya kepada Sang Pencipta. Beruntunglah mereka yang tidak menyia-nyiakan usia muda, kesehatan, kesenggangan dan umurnya untuk mempersiapkan kehidupan berikutnya, sebelum dijemput oleh ketuaan, sakit, kesibukan dan kematian.


Di atas saya mengatakan bahwa seorang muslim yang arif adalah mereka yang tidak menunda apa yang dia bisa lakukan hari ini. Menunda kebajikan di dalam hidup kita, tak ubahnya bagai menunda suatu kemenangan di depan mata. Menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah, adalah laksana menanti kekalahan yang akan disusul oleh penyesalan berkepanjangan. 

Tengoklah betapa cermatnya petunjuk Al-Qur’an yang difirmankan Allah dalam Ali ’Imran 133, ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”


Amati dengan baik penggunaan kata ”saari’u” dalam ayat ini yang menandakan perlunya kita bersegera diri meraih ampunan Allah dan memperoleh tempat di surga yang luasnya sama dengan luas langit dan bumi dipadu jadi satu. Surga yang demikian tiada berbatas dan penuh dengan segala kenikmatan, disediakan Allah bagi mereka yang bertakwa.


Tadi saya mengatakan bahwa di dalam kehidupan manusia di dunia ini, Allah menciptakan berbagai contoh dan perbandingan untuk menjadi bahan kajian. Dari sekian banyak contoh yang ada dalam Al-Qur’an, saya ingin mengajak pembaca menelaah firman Allah dalam surat Ali ’Imran 188 yang kira-kira maknanya begini : ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”


Diriwayatkan oleh At-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa suatu kali orang-orang Quraisy datang kepada orang-orang Yahudi menanyakan mu’jizat yang dibawa Musa kepada mereka. Orang-orang Yahudi pun menjawab, ”Tongkat dan tangannya yang putih bercahaya.” Setelah itu mereka pun bertanya kepada orang-orang Nasrani tentang mu’jizat yang telah dibawa Isa bagi kaum Nasrani. Jawabannya adalah, Isa dapat menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan bahkan menghidupkan orang mati. Ketika orang-orang ini kemudian menghadap Rasul dan minta Rasul berdoa agar gunung Shafa menjadi emas, maka turunlah ayat diatas. Ayat ini mengisyaratkan agar mereka memperhatikan apa yang telah ada, yang akan lebih besar manfaatnya bagi orang-orang yang bisa menggunakan akalnya.


Kematian secara tiba-tiba yang menimpa seseorang kiranya juga merupakan satu dari sekian banyak ayat Allah di dalam perjalanan hidup manusia di dunia. Mereka yang tidak jeli membaca dan merenungkan ayat ini akan terkejut, terbingung-bingung tapi kemudian melewatkannya begitu saja. Namun orang-orang yang mampu membacanya dengan arif dan seksama, akan menjadikan ayat ini sebagai petunjuk dan sekaligus peringatan berbenah diri tanpa harus terlalu terkejut.


Tak ada satu pun makhluk di permukaan bumi ini yang menghendaki kematian. Di dalam surat Al-Baqarah ayat 94 Allah menantang dengan firmanNya yang berbunyi, ”Katakanlah, jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian (mu) jika kamu memang benar.”


Kalau saja orang berpotensi menentukan pilihan, kiranya setiap orang akan memilih hidup selamanya. Orang memandang kematian sebagai pungkasan dari semua kebahagiaan dan kemilau dunia. Kematian berarti berakhirnya semua kekuasaan, kepopuleran, kekayaan dan semua atribut yang senantiasa menjadi kejaran manusia.


Namun, manusia memang tak kuasa menentukan pilihan hidup dan mati. Kematian adalah suatu proses yang harus dialami setiap orang sekalipun ia berusaha berlindung di benteng berlapis. Mengapa setiap orang harus melewati proses ini ? sebab hidup ini laksana hamparan ruang ujian sementara kematian adalah pintu menuju penentuan lulus dan tidak. Renungkan petunjuk Allah di awal surat Al-Mulk, ”Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”


Tanpa proses kematian tentu tak akan ada yudisium penentuan lulus dan tidak. Tanpa pintu kematian, tak akan ada ketetapan siapa yang berhasil atau gagal melewati misi manusia sebagai wakil Allah di permukaan bumi.


Kematian mendadak yang menimpa seseorang sudah barang tentu akan direspon keluarganya dengan penuh duka cita. Siapa yang tak akan terperanjat dan tersentak ketika tiba-tiba seseorang yang begitu dekat dengan kita mendadak harus pergi untuk selama-lamanya. Namun, coba kita renungkan, alangkah beruntungnya orang yang harus berpisah dengan dunia ini tanpa harus mengalami penderitaan yang panjang.


Banyak diantara kita yang sudah menyaksikan penderitaan panjang orang sebelum akhirnya harus meninggal juga. Bayangkan rasa sakit, kekesalan dan putus asa yang harus diderita orang-orang dengan penyakit tertentu. Bayangkan pula kesulitan membiayai semua ini terutama bagi mereka yang tidak berkantong tebal.


M. Syafi'i
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger