Sebagai pengantar, marilah kita membaca sebuah Hadist berikut ini:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku di atas kesesatan. Dan “tangan” Allah bersama jama’ah. Barangsiapa yang menyelewengkan (menyempal), maka ia menyeleweng (menyempal) ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku di atas kesesatan. Dan “tangan” Allah bersama jama’ah. Barangsiapa yang menyelewengkan (menyempal), maka ia menyeleweng (menyempal) ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168).
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam
Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari rahimahullah yang menyatakan,
“Berkata kaum
(yakni para ulama), bahwa jama’ah adalah as-sawadul a’zham (mayoritas kaum muslim)“
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh
karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah as-sawad
al a’zham (mayoritas kaum muslim).” (HR.Ibnu Majah, Abdullah bin
Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah
hadits Shohih)
Mayoritas kaum muslim pada masa generasi
Salafush Sholeh adalah orang-orang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam yakni para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in. Sedangkan pada masa sekarang mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) adalah
bagi siapa saja yang mengikuti para ulama yang sholeh yang mengikuti Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam dengan mengikuti Imam Mazhab yang empat.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya “Kitab yang
dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui” (QS Fush shilat 3) dan “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui.” (QS.
an-Nahl 43).
Al Qur’an adalah kitab petunjuk namun kaum
muslim membutuhkan seorang penunjuk. Al Qur’an tidak akan dipahami dengan benar tanpa Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam sebagai seorang penunjuk. Firman Allah Ta’ala yang artinya “Dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami
petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran“. (QS Al A’raf 43)
Secara berjenjang, penunjuk para Sahabat
adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Penunjuk para Tabi’in adalah
para Sahabat. penunjuk para Tabi’ut Tabi’in adalah para Tabi’in dan penunjuk kaum muslim sampai akhir zaman adalah Imam Mazhab
yang empat.
Berikut sedikit kutipan
berita dari Majalah dakwah Islam “Cahaya
Nabawiy” Edisi no 101, Januari 2012 memuat topik utama berjudul “SYIAH-WAHABI:
Dua seteru abadi”
“Sebenarnya ada fakta lain yang luput dari pemberitaan media dalam
tragedi itu. Peristiwa itu bermula dari tertangkapnya mata-mata utusan Darul
Hadits oleh orang-orang suku Hutsi yang menganut Syiah. Selama beberapa lama
Darul Hadits memang mengirim mata-mata untuk mengamati kesaharian warga Syiah.
Suku Hutsi merasa kehormatan mereka terusik dengan keberadaan mata-mata ini.
Kehormatan adalah masalah besar bagi
suku-suku di Jazirah Arab. Tak ayal, suku Hutsi pun menyerbu Darul Hadits
sebagai ungkapan amarah mereka. Selama beberapa hari Darul Hadits dikepung
orang-orang Hutsi yang kebanyakan tergabung dalam milisi pemberontak. Dua warga Indonesia
tewas dalam baku tembak, sementara yang lainnya bersembunyi di kampus. Anehnya,
meskipun beberapa kali dibujuk, para mahasiswa tetap tak mau dievakuasi pihak
kedutaan. Mereka berdalih bahwa diri mereka sedang berjihad melawan musuh.
Doktrin yang ditanamkan kepada mahasiswa Darul Hadits cukup, sangar yakni, “Jihad
terhadap syiah rafidah al-Houtsi”
Ironis sekali, mereka merasa berjihad dan
memerangi sesama manusia yang telah bersyahadat. Marilah kita melihat hadist berikut ini:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bertanya lagi: ‘Apakah kamu yang telah membunuhnya? ‘ Dia menjawabnya, ‘Ya.’ Beliau
bertanya lagi: ‘Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat, ‘Tidak ada
tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’, jika di hari kiamat kelak ia
datang (untuk minta pertanggung jawaban) pada hari kiamat nanti? ‘ (HR Muslim)
Dari Usamah bin Zaid bin Haritsah, katanya, "Kami diutus (keperluan
operasi militer) oleh Rasulullah s.a.w. ke Hurawah (nama sebuah kampung)
dari suku Juhainah. Pagi-pagi buta kami mulai menyerang dan musuhpun
lalu mundur. Saya dan seorang dari sahabat Anshar dapat mengejar seorang
dari pihak musuh. Tatkala ia terdesak, iapun mengucapkan syahadat dan
oleh karena itu teman saya orang Anshar itu terhenti, dan musuh itu
segera kutikam dengan anak panah sampai mati." Kata Usamah, "Setelah
kami tiba di madinah dan kabar itupun telah sampai pula kepada
Rasulullah s.a.w. beliau bertanya kepada saya, katanya. 'Apakah anda
membunuhnya setelah ia mengucapkan syahadat ?' Jawab ku, 'Ya Rasulullah!
Dia minta perlindungan.' Maka Rasulullah s.a.w. mengulangi pertanyaan
(nabi tidak mempercayai apa yang dilakukan Usamah) itu berkali-kali
sehingga inginlah saya sekiranya saya belum lagi memeluk islam sebelum
peristiwa itu (karena takut akan dosa perbuatannya)
Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka. aku pun bertanya: Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh? Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Dia juga sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya. (HR Bukhari)
Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka. aku pun bertanya: Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh? Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Dia juga sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya. (HR Bukhari)
Pepatah orang tua kita dahulu menyatakan: “Menang jadi
arang, kalah jadi abu”. artinya mereka sama-sama dalam kerugian.
Diriwayatkan hadits dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, kalian tidak akan masuk
surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian
saling mencintai.” (HR Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi,
mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota
tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut
merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim)
Ust. Zon Jonggol
Posting Komentar