Maka hari kiamat kelak semua yang kita perbuat akan hadir.
Abu Hurairah radiyallahu 'anhu berkata: " Wahai Rasulullah ku jadikan
semua amal pahala ku untukmu ", maka Rasulullah berkata: " Kalau begitu
cukuplah cintamu kepadaku".
Dan saat Abu Hurairah dipanggil Allah di hari kiamat maka yang hadir
bukan amalnya melainkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Demikian pula
Abu Al Abbas bin Ishaq As Tsaqafi yang mana ia memberi 12 ekor kambing di hari
Idul Adha dan pahalnya diberikan khusus untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, Ada yang mengkhatamkan Al qur'an 12000 kali dan pahalanya untuk
Rasullullah sahallallahu 'alaihi wasallam, dan orang ini adalah murid Al Imam
Ahmad bin Hanbal Ar, demikian indahnya.
Dan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam
bersbada diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari; "Hendaklah diantara
kalian bershadaqah ", maka seorang sahabat berkata: " Ya Rasulallah,
kalau ia tidak punya ?", maka Rasul berkata: " kalau ia tidak punya
maka bekerja lalu bershadaqahlah", lalu sahabat bertanya lagi : "
kalau sudah mencari pekerjaan tetapi tidak mendapatkan?", maka Rasulullah
berkata: " maka membantu orang yang susah ", misalnya ada seorang
penjual buah sedang mendorong gerobaknya, maka bantu ia mendorong karena hal itu
juga shadaqah, meskipun bukan harta yang dikeluarkan. Maka ada sahabat yang
bertanya lagi: " Ya Rasulullah jika yang seperti juga tidak ada?",
maka Rasul berkata: " meperbanyak amal baik dan menjauhi larangan Allah”.
Jadi jika tidak ada yang bisa dishadaqahkan, harta tidak
ada, pekerjaan juga tidak ada, membantu orang tidak bisa, maka hendaklah ia
memperbanyak amal baik dan menjauhi larangan Alla , karena hal itu merupakan
shadaqah baginya.
Ada satu hal yang perlu saya nukil dalam masalah shadaqah ini, ketika para sahabat bertanya maka Allah yang mewahyukan kepada sang Nabi Yang berfirman :
وَيَسْأَلُونَكَ
مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ
( البقرة : 219 )
" Dan mereka bertanya kepada mu ( Muhammad ) tentang
apa yang ( harus ) mereka infakkan , katakanlah kelebihan dari apa yang
diperlukan " (QS. Al Baqarah : 219).
Para shahabat sudah banyak berinfaq, kaum Anshar sudah berinfaq
dari setengah hartanya, kaum Muhajirin bahkan telah meninggalkan seluruh
hartanya di Makkah tapi mereka masih ingin berinfak , maka Allah subhanahu
wata'ala berfirman :
قُلِ
اْلعَفْوَ
" Katakanlah ( Muhammad ), berinfaklah dengan maaf
".
Kalau mau berinfak, berinfaklah dengan maaf dan itu adalah
infak yang termahal. Jika seseorang memiliki sepuluh mobil dan menginfakkan 5
mobilnya, maka hal itu masih lebih kecil di banding ia harus memberi maaf kepada
orang yang paling ia benci, ( mungkin ) lebih baik jika ia mempunyai dua rumah
maka ia berikan rumah itu satu untuk orang fakir, baginya lebih ringan daripada
memaafkan orang yang ia benc . Jadi infak yang paling berat adalah memaafkan
orang-orang yang bersalah kepada kita. Jadi maafkan orang yang pernah salah
terhadap kita, kenapa kita harus memaafkan orang yang salah kepada kita? karena
kita juga banyak berbuat jahat kepada Allah , tidak malukah kita yang banyak
berbuat jahat kepada Allah jika tidak mau memaafkan orang yang berbuat jahat
kepada kita ?! .
Kita berharap Allah memaafkan kejahatan kita kepada Allah,
bagaimana kita tidak mau memaafkan orang yang berbuat jahat kepada kita,
bagaimana jika kelak kita ditanya di hadapan Allah: " Engkau yang meminta
maaf dariKu sedangkan kau tidak mau memaafkan hambaKu yang lainnya, bukankah ia
juga ciptaanKu " ?
Orang yang jahat terhadap kita siapa yang telah
menciptakannya, Allah juga yang menciptakannya sebagai ujian bagi kita, untuk
apa ? mengapa Allah menciptakan keindahan , mengapa Allah menciptakan dia
bersifat buruk, bengis, licik dan penuh kejahatan ? yaitu supaya menjadi alat
bagi kita untuk mendekat kepada Allah, yang dengan itu kita akan mencapai
derajat orang yang paling dicintai Allah subhanahu wata'ala.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar