Do'a mempunyai peran yang sangat penting.
Jangan meremehkannya sedikit pun. Lakukanlah do'a sebagai rutinitas harian,
dengan memohon agar Allah memberi kemampuan untuk melaksanakan Shalat Subuh
berjamaah. Perbanyaklah do'a, selalu perbanyaklah memohon dan merintih
pada-Nya.
Ingat dan renungkan : "Siapa yang
membangunkanmu untuk menunaikan Shalat Subuh?"
"Siapa yang membangkitkanmu (menghidupkanmu)
dari tidur pada saat Shalat Subuh?"
Sebab tidur merupakan salah satu bentuk
dari kematiaan, sedangkan bangun adalah sejenis kebangkitan (kehidupan)! Lihat
apa yang dikatakan Allah dalam kitab-Nya yang mulia, "Allah memegang
jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di
waktu tidurnya; maka Ia tahan jiwa (orang) yang telah Ia tetapkan kematiannya
dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang di tentukan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang
berpikir." (QS. Az-Zumar: 42).
Itulah sebab, Rasulullah saw mengajari do'a
ketika tidur, begitu pula. Do'a ini menunjukan kesamaan yang sangat dekat
antara tidur dengan mati, antara bangun dan kebangkitan dari kubur.
Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Al-Yaman
ra, "Rasulullah saw apabila berbaring di tempat tidurnya beliau berdo'a, "Dengan asma-Mu, ya
Allah, aku mati dan hidup". Ketika bangun, beliau berdo'a, 'Segala puji bagi-Mu ya
Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah mati dan kepada-Nya tempat
kami kembali'." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, sudah selayaknya kita
berdo'a kepada Allah yang menguasai ruh supaya mengembalikannya pada waktu
Shalat Subuh atau sebelumnya.
Kita juga memohon kepada-Nya agar Allah
menghiasi hati ini dengan Iman, memudahkan kita untuk berbuat ketaatan. Memohon
agar Allah membantu kita melaksanakan Shalat tepat waktu dan berjamaah di
masjid. Berharap Allah meneguhkan langkah kita dalam meniti jalan-Nya. Tidak
tersesat dan tidak tergelincir, juga mewaspadai nafsu yang dikompori syetan.
Kita memohon agar Allah mencerahkan
pandangan terhadap syariat dan perintah-Nya. Hal ini begitu penting, agar kita
tidak meringankan dan menyalahinya. Kita memohon kepada-Nya, terus-menerus dengan
kerendahan hati pada setiap waktu, lebih-lebih pada waktu-waktu mustajab.
Adalah mustahil, apabila kita berdo'a
kepada Allah SWT agar mendekatkan kita kepada-Nya, namun Dia enggan dan justru
menjauhkan kita dari-Nya. Padahal Allah lebih berbahagia dengan kembalinya
seseorang hamba kepada-Nya dibanding kebahagiaan seorang hamba yang selamat
dari kematian hakiki.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Demi Allah, Allah sangat berbahagia dengan taubatnya seorang
hamba dari pada kebahagiaan di antara kalian yang menemukan kembali hewannya
yang hilang di tanah yang sangat tandus." (HR Al-Bukhari dan Muslim).
6.
Berteman dengan Orang Shalih
Ini sebuah saran yang tak kalah pentingnya.
Memang, berbuat ketaatan tatkala dalam kesendirian, sangat susah. Karena setan
lebih kuat menghadapi orang yang sendiri tak berkawan.
Dalam hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan
dari Umar bin Al-Khattab ra dikatakan :
"Kalian harus berjamaah dan
meninggalkan perpecahan, karena setan itu bersama dengan orang yang sendirian.
Dia akan lebih jauh dari dua orang. Maka barang siapa yang ingin tempat terbaik
di tengah surga maka hendaklah dia terikat dalam sebuah jamaah. (HR.
At-Tirmidzi dan Ahmad, At-Tirmidzi berkata, "Hasan shahih").
Perhatikan juga hadits Rasulullah saw dari
Abdullah bin Umar ra, Rasulullah saw bersabda :
"Tangan Allah bersama orang yang
berjamaah, dan barang siapa yang mengasingkan diri, terasinglah ia di dalam
neraka." (HR. At-Tirmidzi dengan sanad shahih).
Perhatikan kawan-kawan Anda. Apakah mereka
senantiasa mengingatkan dengan Shalat Subuh, membaca Al-Qur'an, menjaga
pandangan, dan berbuat baik kepada orang tua? Apakah mereka senantiasa
mengingatkan Anda kepada Allah dan mematuhi-Nya? Ataukah sebaliknya?
Kalau sekiranya mereka hanya sekedar
bermain, bersenang-senang, menyia-nyiakan waktu, usia, kehidupan yang sia-sia,
berbuat dosa dan maksiat, maka Anda harus mawas diri dan memberikan peringatan. Ajaklah mereka
kepada ketaatan dan kebaikan. jika enggan, selamatkanlah diri Anda. Carilah
kawan yang lain. Selayaknya, Anda bergaul dengan orang-orang shalih. Agama Anda,
adalah cermin dari agama sahabat-sahabat Anda.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Seseorang menurut agama kawannya, maka hendaklah setiap
seorang kamu melihat siapa yang harus dipergauli." (HR.Ahmad)
Alangkah indahnya pergaulan yang demikian
bila terus menyertai Anda. Mereka Shalat di masjid tempat Anda Shalat, mereka
memperhatikan dan menanyakan Anda. Begitu juga sebaliknya. "Tolong menolonglah
kamu dalam berbuat kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran." (QS. Al-Maidah :2).
Kita melihat bagaimana Umar bin khattab
menanyakan sahabatnya Sulaiman bin Hatsmah ra ketika suatu hari ia tidak ikut
Shalat berjamaah. Inilah yang disebut dengan pergaulan yang baik. Pergaulan
seperti inilah yang bisa membahagiakan di dunia dan akhirat.
"Teman-teman akrab pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertaqwa." (QS. Az-Zuhruf : 67).
Kita memohon agar Allah mencurahkan kepada
kita pergaulan yang baik di dunia, dan mengumpulkan dengan sahabat-sahabat kita
di hari kiamat sebagai saudara di atas dipan yang saling berhadapan.
Ust. Muhammad Eksan
Posting Komentar