Desa Jepang Pakis memiliki banyak tokoh
pejuang Islam, diantaranya Sam Poo Kong (Laksamana Cheng Ho), Mbah Abdul Karim
(Syekh Abdul Karim), Mbah Brojo Kusumo, dan Mbah Buyut Rowi.
Sam Poo Kong berdakwah di daerah
Jepangpakis sekitar abad ke 15 M. ketika itu, di Jepang Pakis sendiri telah ada
ketiga ulama’ di atas yang menyebarkan agama Islam. Konon, sebagian besar daerah
Jepangpakis, dulunya adalah sungai besar. Sam Poo Kong berdakwah menggunakan
perahunya. Beliau juga mendirikan banyak langgar yang tersebar di tempat yang
disinggahinya. Maka, tidak heran jika banyak dari nama dukuh atau desa di Kudus
yang berawalan dari kata Langgar. Seperti Langgar Dalem, Langgar Gandul,
Langgar Domas, dan masih banyak yang lainnya.
Sam Poo Kong berlayar menyebarkan agama
Islam hingga wilayah Gembong, Pati. Di sana ada bekas tempat beliau yang kini
banyak diziarahi umat muslim. Setelah ekspedisinya sampai di Pati, beliau
kemudian berlayar menuju Gunung Muria. Dan tak disangka, di sana Sam Poo Kong
bertempur dengan Sunan Muria karena berbeda persepsi, mereka bertempur hingga
perahu Sam Poo Kong yang di dalamnya terdapat berbagai macam obat tumpah di
sekitar wilayah Muria. Hingga sekarang, masih banyak orang yang percaya bahwa
oleh-oleh seperti makanan, yang berasal dari Muria mampu menjadi penawar
berbagai macam penyakit.
Selanjutnya, Mbah Abdul Karim (Syekh Abdul
Karim) adalah seorang ulama’ yang berasal dari Mesir dan masih keturunan Rasulullah. Beliau
berguru kepada Sunan Ampel selama dua belas tahun bersama dua orang sahabatnya,
Umar bin Khoto’ dari Lumajang dan Ibnu Abbas dari Mataram. Beliau juga belajar pada
Sunan Muria selama tujuh tahun. Setelah khatam, beliau menyebarkan agama Islam
ke daerah yang sekarang bernama Jepangpakis. Kedatangan beliau disambut oleh
Mbah Samawi dan Ibu Sukinah yang merupakan tokoh dari desa Jepangpakis.
Pengajaran beliau menggunakan metode Tasawuf, dengan media alat terbang. Beliau
wafat pada tahun 611 H, dan dimakamkan di sebelah timur SD 2 Jepang Pakis.
Sedangkan Mbah Brojol Kusumo berasal dari
Mataram. Beliau berdakwah bersama kedua rekan seperjuangannya, Mbah Joyokusumo
di Pati dan Mbah Suryokusumo di daerah Mejobo Kudus. Ada satu cerita tentang Mbah
Brojokusumo. Di daerahnya berdakwah, yang sekarang menjadi dukuh Karangpakis,
terdapat binatang ternak berupa kamping, sebanyak 10 ekor. Ketika berada di
depan rumah beliau, kambing-kambing itu memakan tanaman milik Mbah Brojokusumo.
Maka, beliau pun murka. Dan bertitah bahwa orang Karangpakis tidak boleh
memelihara kambing. Hingga sekarang pun warga Karangpakis tidak ada yang berani
memelihara kambing dan lebih memilih untuk bertani atau bercocok tanam. Mbah
Brojol Kusumo terkenal dengan pengajaran ilmu kanuragannya.
Sementara Mbah Buyut Rawi belum diketahui
sejarahnya, tetapi dalam cerita yang berkembang di masyarakat, beliau terkenal dengan
ilmu kejawennya.
Ulya- Info Seputar Kudus (ISK)@Kudus_ISK
Posting Komentar