Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Ahlaq 3 Wali Quthub: Syaikh Abu Yazid Al Busthami

Ahlaq 3 Wali Quthub: Syaikh Abu Yazid Al Busthami

Ilmu tasawuf adalah "mustikanya" agama Islam. Imam Al-Ghazali sendiri pernah membuat kitab yang luar biasa; Ihya' Ulummudin. Kitab tersebut intinya adalah petunjuk cara menghidupkan agama Islam.

Menurut Imam Al-Ghazali, ilmu fikih tidak boleh berdiri sendiri, tanpa didampingi ilmu tasawuf.

Ibarat manusia, ilmu syariat adalah tubuh, sedangkan ilmu hakikat adalah ruhnya. Menerapkan ilmu fikih tanpa didampingi ilmu tasawuf, akan menjadikan agama Islam seperti "mayat"; kaku, dingin, dan menakutkan. Sebaliknya, agama Islam yang dilengkapi ilmu tasawuf, membuat agama terasa "hidup" dan indah.

Dalam kesempatan kali ini, saya hendak memaparkan tiga kisah alim ulama yang ahli ilmu fikih sekaligus ahli ilmu tasawuf.

Dahulu, di abad ketiga hijriyah, pernah hidup seorang alim ulama yang ahli ilmu fikih sekaligus ahli ilmu tasawuf bernama Abu Yazid Al-Busthami.

Beliau adalah sosok yang luar biasa. Murid-muridnya sudah lintas negara dan lintas kelompok tarekat. Bukan hal yang mudah membimbing ribuan murid yang berlatar belakang sangat kompleks seperti itu.

Tapi, suatu hari, saat berjalan dengan beberapa murid terpilihnya, beliau melakukan hal yang sepele tapi tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang biasa. Di jalanan yang sempit tersebut, dari arah berlawanan, datanglah seekor anjing berwarna kuning lagi dekil. Anjing itu berlari.

Seketika itu pula, Abu Yazid Al-Busthami berkata para muridnya untuk agak menepi, "Anjing itu pasti ada keperluan mendesak, sehingga anjing itu berlari, mari kita beri jalan."

Anjing berwarna kuning itu melewati rombongan para sufi tersebut sambil mengangguk, seperti memberi tanda berterima kasih. Kejadian yang tampak remeh, tapi sesungguhnya adalah sebuah cerita yang menunjukkan kualitas akhlak seorang Abu Yazid Al-Busthami.

Dari cerita yang tampak remeh di atas, kita bisa memetik sebuah ilmu hikmah yang luar biasa. Tak jarang kita yang hanya memiliki kelebihan yang sedikit saja sudah enggan bercengkerama dengan orang di bawah diri kita. Maunya hanya bergaul dengan orang-orang yang minimal selevel.

Marilah kita belajar pada sosok beliau. Abu Yazid Al-Busthami yang sudah berada di puncak derajat keulamaan dan tengah bersama para muridnya, tidak gengsi mengalah demi seekor anjing dekil.

Dalam ilmu tasawuf, tanda orang berderajat tinggi di hadapanNya adalah senantiasa merendahkan dirinya di hadapan makhluk-makhlukNya yang sangat rendah sekalipun.



Dikutip Dari Buku  Kembali Menjadi Manusia oleh Doni Febriando
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger