Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Nabi Muhammad Cinta Perdamaian (3)

Nabi Muhammad Cinta Perdamaian (3)

Kedua: Rasulullah Membuktikan Ajaran Islam yang Cinta Damai
 
Rasulullah SAW adalah pembawa risalah yang agung. Sebagai pembawa risalah, tentu beliau dituntut untuk, tidak saja menyampaikan, tapi sekaligus mencontohkannya secara konkrit bagaimana pelaksanaanya. Untuk itu, jika kita kembali kepada ajaran-ajaran dasar Rasulullah SAW (al-Islam), akan didapati dengan mudah bahwa Islam memang mengajarkan dan mewujudkan kedamaian serta menjunjung tinggi perdamaian.

Pengambilan nama bagi agama ini, yaitu Islam yang bersumber dari "salama" yang berarti selamat dan juga "silm dan salaam" (damai) menegaskan karakter dasar dari ajaran Islam itu sendiri. Berbagai aspek Islam kemudian, semuanya bermuara kepada aspek luhur ini, bahkan termasuk perintah berperang sekalipun, tidak lain bertujuan untuk menegakkan kedamaian dan keadilan. Sehingga tak satupun substasi agama Islam kecuali membawa kepada nilai-nilai kedamaian dan perdamaian.

Shalat misalnya, adalah bentuk ibadah tertinggi dalam Islam. Shalat dimulai dengan takbir, yaitu menjunjung tinggi Asma Allah menhunjam erat ke dalam jiwa sang pelaku. Maka shalat adalah bentuk dzikir (mengingat Allah) tertinggi, yang dengannya seorang Muslim merasakan kedamaian bathin yang tak terhingga. Namun kedamaian jiwa tidak berakhir, tapi harus diteruskan dengan kedamaian yang lebih luas, yaitu kedamaian sosial. Untuk itu, shalat tak akan menjadi valid ketika tidak diakhiri dengan komitmen menyebarkan perdamaian kepada sesama. Salam yang diucapkan di akhir shalat adalah bentuk komitmen tertinggi dari seorang Muslim dalam mewujudkan perdamaian sosial.

Demikian pentingnya "damai" dan "perdamaian" dalam pandangan Islam, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Kamu tak akan masuk Syurga sehingga kamu saling mencintai. Hendakkah saya tunjukkan padamu sesuatu yang jika kamu melakukannya, niscaya kamu akan saling mencintai?" Sahabat menjawab: "Betul wahai Rasulullah". Sabda beliau: "Tebarkan salam (damai) di antara kalian".

Menyebarkan salam menurut hadits tersebut tentu bukan hanya mengumbar kata-kata. Tapi yang terpenting, adanya komitmen kita untuk mewujudkan salam yang menyeluruh (comprehesive peace); salam (damai) secara individu danjuga damai secara sosial. Dimulai dengan kata, dihayati dalam jiwa dan dibuktikan dengan amalan nyata.

Orang-orang beriman seperti inilah yang digelari "hamba-hamba Allah" ('IbaadurRahmaan), yang jika berjalan di atas bumi ini, mereka rendah hati. Bahkan jika disapa secara jahil (uncivilized manner) oleh orang-orang bodoh, mereka tetap merespon dengan "Salaam" (in peaceful manner). Mereka tidak akan dan tidak perlu melakukan reaksi spontan yang terjatuh dari norma-norma damai. Mereka sadar, bahwa Islam sangat meninggikan reaksi positif yang dilandaskan kepada kemaslahatan besar serta senantiasa berbasiskan kedamaian.


M. Syamsi Ali
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger