Selain mengandung berbagai komitmen damai dan perdamaian, al Qur'an juga
digambarkan diturunkan dalam sebuah malam yang penuh kedamaian. Di S. al Qadar
disebutkan: "Dan para Malaikat turun ke bawah dan juga Ruh (jibril) atas
perintah Tuhan mereka dengan (membawa) semua perintah. (Malam itu penuh dengan)
"Salaam" atau kedamaian sehingga fajar telah tiba".
Gambaran turunnya Al Qur'an seperti
ini tidak lain dimaksudkan bahwa ia datang dalam suasana yang sangat damai, dan
sudah pasti ditujukan untuk menciptakan suasana damai yang abadi, sehingga masa
yang ditunggu tiba, yaitu Kiamat. Kata-kata "salaam hiya hatta mahtla'il
fajar" boleh jadi gambaran kedamaian abadi sehingga "fajar"
kebesaran Ilahi tiba dalam bentuk al Qiyaamah tiba kelak.
Keempat:
Suasana Syurga Digambarkan penuh dengan "Kedamaian"
Nama Syurga itu sendiri, salah satunya, adalah "Rumah Kedamaian"
(Daarussalam). Allah menfirmankan: "Dan Bagi mereka "Darussalam /
Rumah Kedamaian di sisi Tuhannya dan Allah adalah Wali bagi mereka atas apa
yang mereka telah perbuat".
Di saat Allah ditemui oleh para
hambaNya di Syurga kelak, mereka mengucapkan "Salaam" (Kedamaian).
Allah berfirman: "Salam penghormatan kepada mereka di saat menjumpaiNya
adalah "Salaam", dan Allah menyediakan bagi mereka pahala yang
besar".
Setiap kali Malaikat memasuki dan
menjenguk mereka, para Malaikat mengucapkan "Salaam": "Dan para
malaikat masuk kepada mereka seraya berkata: Salaam (selamat/peace) atas kamu
semua atas kesabarannya. Sungguh indah rumah abadi (Syurga)".
Kelima:
Allah Menamakan diriNya serta Sumber Kedamaian (Salaam)
Allah sendiri menamai diriNya dengan, salah satunya, as-Salaam (Yang Damai).
"Dialah Allah, tiada tuhan selain Dia yang Menguasai, Yang Suci, Yang
Damai…". Bahkan Allah disebutkan oleh Rasulullah dalam salah satu sunnah
dzikir sebagai "Sumber dan tempat kembali" kedamaian abadi,
sebagaimana disebutkan dalam dzikir: "Allahumma Antas Salaam wa minKa as
Salaam, fahayyinaa Rabbanaa bissalaam…..".
M. Syamsi Ali
Posting Komentar