Imam Al-Qasthalani dalam kitab Masalik
Al-Hanfa mengatakan, “Sebagian ulama berkata: ‘Jika harapan-harapanmu sukar
terpenuhi, maka perbanyaklah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.”
Al-‘Arif billah Sayyid Muhammad bin Umar
Al-Qashri mengatakan, “Membaca sholawat atas Nabi Muhammad SAW adalah sebuah
keharusan bagi para salik di awal perjalanan spiritualnya, dan terus-menerus
membaca selawat baik siang maupun malam.
Sholawat dapat menjadi penolongnya
selama menempuh perjalanan spiritual dan meraih kedekatan kepada Allah SWT
dibandingkan dengan macam dzikir yang lain. Sholawat juga merupakan kunci untuk
membuka pintu hidayah menuju Allah SWT. Sebab Nabi Muhammad SAW adalah
perantara (washilah) antara kita dengan Allah; penunjuk jalan bagi kita menuju
kepada-Nya; orang yang memperkenalkan kita kepada-Nya. Maka, bergantung kepada
perantara adalah lebih utama daripada langsung kepada dzat yang dituju. Karena,
perantara adalah faktor utama bagi kita untuk bisa berhubungan dengan Tuhan
yang Maha Agung dan Maha Kuasa; kunci utama untuk masuk ke tempat-tempat yang
berada di dekat dengan-Nya. Nabi Muhammad SAW adalah perantara (washilah)
antara makhluk dan Tuhan.”
Menurut Imam Al-Qasthalani, “Ketahuilah,
tak mungkin mampu mencontoh perbuatan dan akhlak Nabi kecuali dengan usaha
keras, tidak mungkin mau berusaha dengan keras kecuali sangat cinta kepada
Nabi, dan tidak mungkin cinta mati kepada Nabi kecuali dengan cara memperbanyak
bacaan selawat. Sebab, barangsiapa yang suka pada sesuatu, maka dia akan sering
menyebut-nyebut
nya.
Karena itu, bagi seorang salik, ia mesti
memulai jalan spiritualnya dengan memperbanyak bacaan selawat atas Nabi
Muhammad SAW. Mengingat bacaan selawat menyimpan keajaiban-keajaiban luar biasa
dalam rangka pembersihan jiwa dan penerangan batin, di samping masih banyak
lagi rahasia-rahasia dan faedah-faedah yang tidak mungkin dihitung oleh angka
dan bilangan.
Seorang salik, perlu memiliki hati yang
ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah ketika membaca selawat atas Nabi
sehingga dia mampu memetik buah selawat dan barokahnya yang bertebaran. Selawat
di sepanjang jalan mencari Tuhan bagaikan lampu penerang yang dapat menjadi
hidayah yang diperlukan. Barangsiapa yang menghiasi kalbunya dengan lampu
shalawat, maka dia akan mampu melihat segala hakikay tauhid berkat cahaya
terang selawat tersebut.”
Rasulullah SAW bersabda, “Semua doa
tertolak, kecuali dia membaca sholawat untuk Muhammad dan keluarganya,” Hadis
ini diriwayakan oleh Ath-Thabrani dalam kitab Al-Awsath, dan dari Ali bin Abi
Thalib karamallahu wajhah, ia berkata: “Setiap doa pasti terhalangi oleh sebuah
tabir antara pemohon doa dan Allah. Kecuali orang itu membaca selawat, maka
tabir tersebut akan terbakar, dan doa itu akan menembusnya. Jika orang itu tidak
membaca selawat, maka doanya akan terpental.”
Dalam kitab Asy-Syifa dari Ibnu Mas’ud
r.a., ia berkata: “Jika di antara kalian ada yang mengharapkan sesuatu dari
Allah, maka hendaklah memulai doanya dengan puja dan puji kepada-Nya, disusul
dengan membaca sholawat atas nabi-Nya, baru kemudian menyampaikan hajatnya
(harapan). Hal yang demikian ini lebih berpeluang besar untuk terkabulkan.”
Al-Qadhi Muhammad bin Ahmad bin Muhammad
bin Abdullah Al-Husaini r.a. berkata, “Ibnu ‘Atha berkata, ‘Doa memiliki rukun-rukun
tertentu, sayap-sayap, sebab-sebab, dan waktu-waktu khusus. Jika memenuhi
rukun-rukunnya maka doa itu akan menjadi kuat. Jika memiliki sayap-sayap maka
ia akan terbang ke langit. Jika tepat waktunya maka ia akan berjalan terus. Dan
jika memenuhi sebab-sebab maka doa itu akan terkabulkan.
Rukun-rukun doa adalah hati yang khusyuk,
konsentrasi, lembut, pasrah diri, bergantung sepenuhnya kepada Allah, dan
melepaskan diri dari ketergantungan kepada faktor apa pun (selain Allah).
Sayap-sayap doa adalah ketulusan dan kejujuran. Waktu berdoa adalah di malam
hari. Sebab-sebabnya adalah membaca selawat atas Nabi Muhammad SAW.”
As-Safinah Al-Qadiriyah Li Asy-Syaikh
‘Abd Qadir Al-Jilany Al-Hasani
Posting Komentar