“Wahai orang-orang yang beriman mengapa
engkau merasa iri terhadap tetanggamu yang hidup senang, yang memperoleh
rahmat-rahmat dari Tuhannya.
Tidakkah kau tahu bahwa yang demikian itu dapat
melemahkan imanmu, mencampakkanmu di hadapan Tuhanmu dan membuatmu dibenci
oleh-Nya?
Tidakkah engkau sadar sabda Nabi bahwa
Allah SWT berfirman: “Kedengkian adalah musuh rahmat-Ku.” Tidakkah engkau
dengar juga sabda Nabi, “Sesungguhnya kedengkian melahap kebajikan sebagaimana
api melahap kayu bakar.”
Lalu, mengapa kau iri dan dengki kepadanya?
Jika engkau iri hati terhadapnya, karena
karunia Allah baginya, maka berarti kau tak ridha dengan firman-Nya, “Kami
karuniakan di antara mereka rezeki di kehidupan duniawi ini.” (QS Az-Zukhruf
[43]: 32).
Berarti kau benar-benar zalim terhadap orang ini, yang menikmati
karunia Tuhannya. Itu merupakan karunia khusus untuknya, yang tidak
diberikan-Nya sedikit pun dari bagian itu kepada orang lain. Maka, siapa
sebenarnya yang lebih zalim, serakah dan bodoh?
Jika engkau dengki terhadapnya karena
bagianmu, maka kau berarti telah bertindak sangat bodoh, sebab bagianmu tidak
akan diberikan kepada orang lain, juga tidak akan berpindah dari tanganmu ke
tangan orang lain.
Allah SWT bebas dari kecacatan dan kelemahan hal semacam
itu. Allah SWT berfirman, “Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku
sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku.” (QS Qaf [50]: 29).
Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut
darimu segala yang telah ditentukan-Nya bagimu dan tak akan memberikannya
kepada selainmu. Ini adalah bentuk kebodohanmu sendiri dan kezalimanmu pada
saudaramu.”
Syekh Abdul Qadir Al-Jilany dalam kitab
Adab As-Suluk wa At-Tawassul ila Manazil Al-Muluk
Posting Komentar