Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Bacaan Pengganti Sholat Tahiyatal Masjid dan Sujud Tilawah (2)

Bacaan Pengganti Sholat Tahiyatal Masjid dan Sujud Tilawah (2)

Mengamati rujukan semua tulisan di atas (pada bagian 1), tampak bahwa isu legalisasi penggantian shalat tahiyyatul masjid dengan zikir dimaksud merujuk kepada sosok tokoh Imam Al Ghazaliy (450 – 505 H). Untuk itu mari kita lihat keterangan beliau mengenai hal ini dalam Al Ihyaa`, al imam menulis,


ولهذا يكره أن يدخل المسجد على غير وضوء فإن دخل لعبور أو جلوس فليقل سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر يقولها أربع مرات يقال إنها عدل ركعتين في الفضل (إحياء علوم الدين , ج 1 , ص 205, دار االمعرفة , بيروت)


“(Karena shalat tahiyyatul masjid adalah sunnah mua`akkadah) maka adalah makruh bagi seseorang memasuki masjid dalam kondisi tidak suci (berwudhu). Jika ia (yang tidak berwudhu masuk juga ke masjid) untuk (sekedar) lewat atau (sekedar) duduk maka ia sebaiknya membaca : “subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallahu wallaahu akbar” sebanyak empat kali karena katanya (yuqaal) zikir ini sebanyak empat kali setara dengan (keistimewaan) shalat dua rakaat (sunnah).”


Perhatikan kalimat “yuqaalu” dan seterusnya dalam pernyataan al imam Al Ghazaliy di atas. Kalimat ini menjadi penting dalam argumentasi dan menjadi lebih penting ketika –dengan metode qiyas- hukum lain dibangun di atas argumen tersebut .


Masih terkait dengan alternatif pengganti shalat tahiyyah dengan zikir tertentu, Ash Shaawi –seorang ulama dari kalangan Malikiyyah juga menghubungkannya dengan Al Ghazaliy. Beliau menulis,


ذَكَرَ سَيِّدِي أَحْمَدُ زَرُّوقٌ عَنْ الْغَزَالِيِّ وَغَيْرِهِ أَنَّ مَنْ قَالَ : " سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ " أَرْبَعَ مَرَّاتٍ قَامَتْ مَقَامَ التَّحِيَّةِ ، فَيَنْبَغِي اسْتِعْمَالُهَا فِي وَقْتِ النَّهْيِ أَوْ فِي أَوْقَاتِ الْجَوَازِ إذَا كَانَ غَيْرَ مُتَوَضِّئٍ .وَأَمَّا إذَا كَانَ فِي أَوْقَاتِ الْجَوَازِ وَهُوَ مُتَوَضِّئٌ فَلَا بُدَّ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ . إنْ قُلْت فِعْلُ التَّحِيَّةِ وَقْتَ النَّهْيِ عَنْ النَّفْلِ مَنْهِيٌّ عَنْهُ فَكَيْفَ يُطْلَبُ بِبَدَلِهَا وَيُثَابُ عَلَيْهَا ؟ قُلْت : لَا نُسَلِّمُ أَنَّ التَّحِيَّةَ وَقْتَ النَّهْيِ عَنْ التَّنَفُّلِ مَنْهِيٌّ عَنْهَا ، بَلْ هِيَ مَطْلُوبَةٌ فِي وَقْتِ النَّهْيِ وَفِي وَقْتِ الْجَوَازِ ، غَيْرَ أَنَّهَا فِي وَقْتِ الْجَوَازِ يُطْلَبُ فِعْلُهَا صَلَاةً وَفِي وَقْتِ النَّهْيِ يُطْلَبُ فِعْلُهَا ذِكْرًا(حاشية الصاوي على الشرح الصغير , ج 2 ص 180, المكتبة الشاملة)


“Guru kami, Ahmad Zarruq menceritakan dari al imam Al Ghazali dan lainnya bahwa orang yang membaca “subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallahu wallaahu akbar” sebanyak empat kali maka bacaan tersebut dapat menempati posisi shalat tahiyyatul masjid. 

Seyogyanya alternatif zikir ini digunakan pada waktu larangan shalat sunnah (mutlak –dalam mazhab Syafi’I dikenal dengan istilah waktu makruh shalat. Penj)  atau dalam waktu jawaaz ketika tidak dalam kondisi suci. Sementara jika (orang itu memasuki masjid) di waktu jawaaz dan dalam kondisi berwudhu maka seharusnya melakukan shalat tahiyyatul masjid (bukan menggantinya dengan berzikir)." (terjemah seterusnya diabaikan ………)

Sekali lagi, terlihat semakin jelas bahwa ide alternatif zikir sebagai pengganti shalat tahiyyatul masjid merujuk kepada pernyataan al imam Al Ghazaliy. Juga secara tersurat dijelaskan –oleh al imam Al Ghazaliy sendiri- bahwa memunculkan alternatif ini dibangun berdasarkan,


يقال إنها عدل ركعتين في الفضل


“Katanya zikir tersebut sebanyak empat kali setara (dari segi keistimewaan) dengan shalat (sunnah) dua rakaat.”


Kata yuqaal mengisyaratkan dua hal:

1. Ada riwayat dari Rasulullah SAW yang menjelaskan bahwa zikir subhanallah ... setara dengan shalat dua rakaat dari sisi keistimewaaan atau fadhilah.

2. Riwayat tersebut tidak valid. Ini dapat dilihat dari redaksinya yang menggunakan bentuk kalimat pasif (mudhaari' binaa` majhuul).


Yang menarik di sini adalah jawaban yang dikemukakan oleh seorang ulama kalangan Syafi’iyyah sendiri terkait masalah alternatif zikir pengganti shalat sunnah tahiyyatul masjid dan sujud tilawah. Ulama yang dimaksud adalah Ibnu Hajar Al Haytamiy (atau Al Haytsamiy).



Ust. Faishol Ponpes Al Muta'allimin Jakarta
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger