Setiap
manusia seharusnya selalu mengingat nikmat yang telah Allah berikan kepadanya.
Nikmat yang ada di bumi dan seisinya telah disediakan Allah sebagai kelengkapan
dan pelengkapan ciptaan-Nya. Air, tanah, udara dan semesta alam dengan penuh
kasih dan sayangnya mengapa kehadiran kita didunia atas perintah-Nya, belum
lagi kelengkapan anggota badan, sehingga kita dengan mudah menjalankan tugas
sebagai khalifah di bumi. Disadari atau tidak, apa yang ada pada diri manusia,
mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah nikmat yang telah diberikan
Allah dan merupakan anugerah yang tiada tara nilainya.
“Karena itu ingatlah kamu kepada-ku. Niscaya Aku ingat kepadamu. Dan
bersyukurlah kepada-ku dan jangan kamu mengingkari-ku” (QS. Al-Baqarah: 152)
Bersyukur pada hakekatnya merupakan konsekuensi logis bagi seseorang makhluk
seperti manusia kepada Allah, sebagai Tuhan yang telah menciptakan dan
melimpahkan berbagai nimat. Namun, kerap sekali makhluknya terlupa bahkan
melupakan-Nya.
Pada umumnya ada 3 hal yang sering membuat kita tidak bersyukur.
Pertama kita
sering memusatkan diri pada apa yang kita inginkan bukan pada apa yang kita
miliki. Hal ini terjadi karena kita salah dalam melakukan penilaian. Kita
sering mengukur suatu nikmat dari Allah dengan ukuran diri sendiri, artinya
jika keinginan dipenuhi, maka ia kan mudah bersyukur sebaliknya jika belum
dikabulkan, maka ia enggan untuk bersyukur.
Kedua, selalu melihat kepada orang lain yang diberikan lebih banyak nikmat,
perilaku ini hanya menyuburkan rasa iri, hasud dan dengki kepada orang lain.
Cobalah untuk melihat orang yang kurang beruntung, banyak disekitar kita yang
tak bisa menikmati indahnya pandangan dunia, bahkan ada yang takbisa hanya
untuk sekedar berjalan. Tidak jarang kita merasa orang lain lebih beruntung,
kemanapun kita pergi, selalu ada yanglebih pandai, lebih tampan, lebih cantik
dan lebih segalanyaaa dari kita. Rasullah menagajarkan “apabila seseorang
diantara kamu melihat orang yang dilebihkan Allah dalam hal harta benda dan
bentuk rupa, maka hendaklah ia melihat kepada orang-orang yang lebih rendah
daripadanya”.
Ketiga, menganggap apa yang dimilki adalah hasil usaha sendiri, perilaku ini
menumbuhkan sifat kikir, sombong dan melupakan Allah sebagai pemberi nikmat
tersebut, padahal tidak ada satu nikmat pun yang dating dengan sendirinya.
Melainkan Allah yang telah mengatur semuanya, kini mumpung Allah masih
memberikan waktu, satu-satunya cara yang harus kita lakukan adalah mensyukuri
semua nikmatnya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Bukankah Sang Maha Pencipta telah berfirman, “Bersyukurlah kepadaku maka Aku akan tambahkan nikmat-ku dan janganlah kufur
(congkak/sombong) karena siksaku teramat pedih”.
Pertanyaannya, dengan apa kita harus mewujudkan rasa syukur itu? Adapun manifestasi dari rasa syukur itu adalah:
Pertama, hendaklah tertib
menjalankan ibadah sebagai bagian terima kasih kita kepada Sang Pencipta, bukan
lagi sebagai suatu yang membebani hidup kita, justru sebaliknya tetapi sangat
mudah dan sangat murahnya, hanya dengan ketaatan, ketertiban dan kekhusyu’an
ibadah.
Kedua, tekun belajar bukan lagi beban karena disuruh oleh orang tua, guru atau
siapa pun, tetapi tekun belajar karena kita bersyukur atas anugerah otak yang
telah diberikan kepada kita. Berprestasi dalam pendidikan adalah jawaban dari
rasa terima kasih kita atas anugerah otak apabila kita tidak mengoptimalkan
pengguna otak dengan tekun belajar, maka sang pencipta akan menghinakan kita
baik didunia maupun diakhirat.
Sebelum semua terlambat marilah kita mengubah polah pikir tingkah laku dan amal
perbuatan kita dengan bersyukur kepada Sang Pencipta agar kita dimuliakan saat
hidup didunia dan dimuliakan ketika menghadap-Nya. Sebagaimana janji Sang
Pencipta: “Allah akan meninggikan orang yang beriman dantara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ” (Q.S. 58: 11)
Semoga kita semua termasuk diantaranya Amin…nah, selagi ada waktu yang
diberikan oleh-Nya, sudahkah kita mensyukuri semua nikmat-Nya?
Riska Rismaya
Posting Komentar