Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Diantara Karomah Sahabat Nabi SAW (1)

Diantara Karomah Sahabat Nabi SAW (1)

Ketika Khalifah Umar bin Khattab ra sedang berkhutbah jumat, tiba tiba ditengah khutbahnya ia berseru dengan kerasnya : Wahai Sariah bin Hashiin.., keatas gunung.. keatas gunung..!, maka kagetlah para sahabat lainnya, kenapa Khalifah berkata demikian?, apa maksudnya?, sebulan kemudian kembalilah Sariah bin Hashiin dari peperangan bersama pasukan sahabat lainnya, mereka bercerita saat mereka terdesak dalam peperangan mereka mendengar suara Umar bin Khattab ra yang tak terlihat wujudnya, teriakan itu adalah : Wahai Sariah bin Hashiin.., keatas gunung.. keatas gunung..!, maka kami naik keatas gunung dan berkat itu kami memenangkan peperangan (Durrul muntatsirah fil ahaditsil Masyhurah oleh Al Hafidh Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthi Juz 1 hal 22, Al Ishabah Juz 3 hal 6, Tarikh Attabari Juz 2 hal 553).


Riwayat lain Ketika dua orang sahabat di malam yang gelap keluar dari menghadap Rasul SAW, maka terlihatlah dua cahaya menerangi mereka, cahaya itu terus mengikuti mereka hingga mereka berpisah maka dua cahaya itupun berpisah, sampai mereka masuk kerumahnya masing masing (Shahih Bukhari Bab Manaqib)


Ketika salah seorang sahabat membaca surat Alkahfi disuatu malam maka ia melihat keledainya melarikan diri, maka ketika ia selesai shalat ia melihat kabut yang menyelimuti sekitar, maka keesokan harinya ia menceritakannya pada Rasul, maka Rasul SAW berkata : Bacalah terus wahai fulan, sungguh itu adalah ketenangan yang turun sebab Alqur’an (Shahih Bukhari Bab Alamat Nubuwwah fil islam)


Riwayat lain ketika Abubakar shiddiq diberkahi makanan untuk tamu-tamunya dirumahnya, hingga tamu tamunya menyaksikan bahwa setiap mereka memakan makanan itu namun makanan itu tidak berkurang (Shahih Bukhari Bab Samar Ma’addhaif)


Rasul SAW bersabda, “Wahai Umar, tiadalah syaitan berpapasan denganmu di suatu jalan kecuali ia akan menghindar mencari jalan yang bukan jalanmu” (Shahih Bukhari Bab Manaqib Umar bin Khattab ra), berkata Al Hafidh Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy bahwa dalam hadits ini terkandung makna bahwa Ma’shum adalah hal yang wajib bagi para Nabi, namun merupakan hal yang bisa saja terjadi (tidak mustahil) bagi selain Nabi (Fathul Baari Bisyarh Shahih Bukhari Bab Manaqib Umar)


Riwayat lainnya sabda Rasulullah SAW; Tiadalah bayi yang dapat berbicara terkecuali tiga,
 
Pertama, Isa bin Maryam (as), 

Kedua, Di Bani Israil seorang lelaki bernama Jureij, ketika sedang shalat datanglah ibunya memanggilnya, seraya berkata dalam hatinya : Apakah aku menjawabnya atau meneruskan shalat?, 
Maka Ibundanya marah dan berdoa : Wahai Allah jangan kau matikan ia hingga kau perlihatkan padanya wajah pelacur, 
Maka suatu ketika Jureij di tempat khalwatnya dan datanglah padanya seorang wanita mengajaknya berzina, maka ia menolak. Lalu pelacur itu mendatangi seorang penggembala dan kemudian berzina dengannya, maka wanita itupun hamil dan melahirkan bayi lelaki, maka wanita itu berkata ini adalah dari perbuatan Jureij..!, 
Maka penduduk marah dan menghancurkan rumah ibadahnya, menyeretnya dan mencacinya, maka ia berwudhu dan shalat, dan mendatangi bayi itu dan berkata, Siapa ayahmu..?!
Bayi itu berkata,  Ayahku adalah Penggembala, maka mereka berkata, Kami akan membangun rumah ibadahmu dari emas, maka ia berkata, tidak.., cukup dari tanah!.
 
Yang ketiga adalah ketika seorang wanita menyusui anaknya dari Bani Israil, maka lewatlah seorang pria berwibawa dan penguasa, maka ibu itu berkata: Wahai Allah jadikan anakku sepertinya!
Maka anak itu melepaskan susu ibunya dan menjawab: Wahai Allah jangan jadikan aku sepertinya!, lalu ia kembali menyusu, dan berkata Abu Hurairah:  seakan- akan aku melihat pada Nabi SAW yang menghisap jarinya (mempercontohkan hikayat), 
Lalu lewatlah seorang Budak, dan ibunya pun berkata: Wahai Allah jangan jadikan anakku sepertinya!, 
Maka Bayinya melepaskan susunya dan berkata: Wahai Allah jadikanlah aku sepertinya!
(berkata ibunya) Mengapa begitu?
Bayinya berkata: Orang pertama adalah penguasa bengis, dan Budak itu adalah dituduh pencuri, pezina, dan ia tak melakukannya” (Shahih Bukhari Bab Ahaditsul Anbiya).


Riwayat hadits ibu yang menyusui bayi dia tas menunjukkan bolehnya Allah memberikan karomah pada wali sejak ia masih bayi, sudah dapat tahu takdir orang, tahu siapa orang itu sebenarnya, dan mengetahui hal yang ghaib, maka jika ada habaib masa lalu yang dikatakan sudah keramat danjadi wali Allah sejak bayinya, semacam Imam Abu Bakar bin Salim Fakhrul wujud dan lainnya, maka telah jelas diriwayatkan dalam shahih Bukhari mengenai dalilnya.



Habib Munzir Al Musawwa
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger