Syariat membawa ajaran yang membuat kaum wanita baralih dari masa jahilitah
yang membawa kesuraman bagi mereka menuju cahaya Islam yang menghormati
laki-laki dan perempuan, yang muda dan yang tua,yang jauh dan yang dekat. Syariat
juga menetapkan kewajiban bagi orang yang berilmu untuk ditunaikan kepada orang
awam yang tidak mengerti. Yang tua punya kewajiban yang harus ditunaikan kepada
yang muda. Begitu pula sebaliknya. Dalam sikap proporsional tersebut,akan
terwujudlah pembauran yang luar biasa dan interaksi sosial yang indah di
masyarakat dalam membangun kemaslahatan bersama serta saling membahu untuk
mengupayakan hal-hal yang mengantar mereka ke dalam kebahagian yang sejati.
Syekh asy-Sya’rawi rahimahullah pernah terheran-heran, ketika itu
ada delegasi dari organisasi perempuan dunia di Amerika datang ke Kairo. Mereka
mengadakan pertemuan degnan perempuan-perempuan Kairo. Ternyata dalam gagasan
yang dilontarkan, ia mengatakan problem pelik yang mereka alami di masyarakat
mereka, tidak ada solusi lain kecuali kembalinya peran kaum perempuan dalam
membangun rumah tangga yang baik. Mereka mengalami problem keretakan rumah
tangga dan kaum wanita di Barat tak lebih dari komiditi yang tak ada harganya
kecuali memuaskan hasrat lelaki. Itupun jika masih dapat memiliki daya
tarik, tetapi kalau sudah tidak ada maka harganya tidak ada sama sekali.Kaum wanita
dibarat mengalami penderitaan yang berat sekali.
Syekh asy-Sya’rawi menegaskan,”Sangat mengeherankan! Di kalangan umat islam
ada yang sepadan. Mereka mengatakan,”Kita akan keluar dari rumah!”
Mereka keluar rumah dengan cara yang tidak pantas dengan kehormatan
mereka. Mereka mau mengikuti perempuan-perempuan rendah itu. Subhanallah, teladan
mana dalam kehidupan ini yang diridhoi oleh Allah untuk kaum perempuan
kita. Ketika Allah SWT memberikan perempamaan untuk orang-orang mukmin dan
orang-orang kafir, maka Allah mendahulukan perempuan sebagai perumpamaan dari
dua golongan itu. Ini menunjukkan bahwa unsur perempuan itu sangat besar
pengaruhnya.
Allah menjadikan istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi
orang-orang kafir (QS at-Tahrim : 10)
Ketika Allah hendak membuat perumpamaan, maka Allah menceritakan dua
perempuan tadi.
Dan Allah menjadikan istri Firaun sebagai perempumaan bagi
orang-orang yang beriman (QS at-Tahrim : 11)
Dialah perempuan yang tabah, yang benar dan yang tegar. Jadi, keseimbangan
dalam syariat ini meletakkan lelaki dan perempuan di atas landasan yang
kokoh. Yaitu, menjaga ketegaran, kesungguhan, pekerti yang lurus, etika berbicara,
dan etika berinteraksi.
Seperti firman Allah SWT mengenai tata cara bicara kaum perempuan yang baik, Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang
lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.(QS
Al-Ahzab [33] : 32)
Silahkan berbicara tapi jangan dengan suara yang lembut kecuali pada
muhrimnya. Agar kalian tidak membuat lawan bicara kalian menolehkan
pandangan, agar kalian tidak menimbulkan keburukan terhadap orang yang berada di
depan kalian.
Dikutip dan dari
Kitab Al Wasathiyah Fil-Islam
Karya Habib
Umar Bin Hafidz
Posting Komentar