Orang beragama saat ini saling menuduh kafir maupun syirik. Budayawan asal Jombang, Emha Ainun Nadjib meminta masyarakat untuk belajar dari “mazhab telo”.
Telo yang dalam bahasa Indonesia adalah ketela merupakan bahan
dasar makanan. Ketela bisa dibuat kripik, gethuk dan beraneka
macam makanan yang lain. Yang terjadi, saat ini ungkap Cak Nun, kripik
menganggap “syirik” gethuk sedangkan gethuk menganggap
“kafir” kripik.
“Untuk itu kita harus mengerti gethuk sampai telo,”
harapnya dalam Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng yang dilaksanakan di SMPN
1 Dawe, Kudus beberapa waktu yang lalu.
Pada Reuni Perak 25 Tahun Alumni SMPN 1 Dawe angkatan 1991 itu,
ia mengatakan, dalam dunia pendidikan siswa harus sinau. “Sinau iku ora diwurui
tapi goleki, menemukan,” jelas suami Novia Kolopaking kepada jamaah yang
hadir.
Sinau, tutur pimpinan grup Kiai Kanjeng itu, tujuannya untuk
kebaikan. Kesempatan itu, ia mencontohkan orang yang disuruh untuk memilih
antara baik, pintar, kuasa atau kaya tentu lanjut Cak Nun orang mesti memilih
baik.
“Wong pinter tapi ora apik ya bahaya,” contoh Cak Nun
menambahkan.
Makanya, kiai mbeling itu menggarisbawahi bahwa Islam yang
dibawa oleh para wali kurun abad 8–9 merupakan orang-orang baik. Sehingga meski
dalam kurun waktu 3 tahun sudah ada hasilnya.
Nah, kembali soal sekolah, masih menurutnya, tujuan dari sekolah
agar menjadi anak yang baik. Utamanya baik karakter, akhlaknya.
Sumber berita: NU Online oleh Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi
Posting Komentar