Puasa dalam Islam dirancang tidak untuk menyiksa orang hingga melampaui batas kemampuan dan sekali-kali tidak pula untuk membuat orang menjadi mati atau sakit.
Syariat puasa hanya diwajibkan
sehari saja, tidak sehari semalam. Persisnya sejak terbitnya fajar subuh hingga
tenggelamnya matahari atau datangnya waktu maghrib. Allah SWT berfirman, "Makan dan minumlah kalian sampai jelas bagi kalian benang putih
dari benang hitam berupa fajar kemudian sempurnakanlah puasa sampai
malam."
Jadi, begitu waktu subuh tiba, seorang muslim harus memulai amal ibadah puasanya. Dia tidak boleh makan, minum, berhubungan intim dengan istri atau suami. Dia juga dilarang muntah secara sengaja. Tidak memasukkan sesuatu ke dalam lubang di tubuhnya, apakah itu tenggorokan, hidung, telinga maupun kemaluan dan dubur.
Jadi, begitu waktu subuh tiba, seorang muslim harus memulai amal ibadah puasanya. Dia tidak boleh makan, minum, berhubungan intim dengan istri atau suami. Dia juga dilarang muntah secara sengaja. Tidak memasukkan sesuatu ke dalam lubang di tubuhnya, apakah itu tenggorokan, hidung, telinga maupun kemaluan dan dubur.
Puasa harus didahului dengan niat. Kewajiban niat itu adalah di dalam hati
sebelum subuh. Boleh setelah makan sahur, boleh setelah salat isya', atau
setelah salat maghrib. Waktunya memang cukup panjang, yaitu setelah
tenggelamnya matahari hingga sebelum fajar. Jelasnya, niat berpuasa wajib
dilakukan sebelum subuh.
Sabda Nabi SAW, "Tidak sah puasa seseorang yang
tidak menginapkan (niat) puasanya." Nah, perlu kita ingat selalu, jangan
sampai terlanjur datang waktu subuh sedang kita belum berniat karena itu akan
menyebabkan puasa tidak sah.
Untuk kesempurnaan puasa, maka hendaknya kita menjalani semua etika berpuasa dan menghindarkan seluruh bagian tubuh kita dari perbuatan dosa. Mata, telinga, lisan, kakitangan dan yang lain harus dijauhkan dari setiap perbuatan dosa. Orang yang berpuasa tidak boleh melakukan ghibah, berkata bohong, mengadu domba, fitnah dan sebagainya.
Perut hendaknya tidak diisi dengan makanan dan minuman haram setelah maghrib tiba. AI- Ghazali mengibaratkan hal ini tak ubahnya bagai orang yang membangun sebuah istana lalu meluluh-lantakkan seluruh kota.
Untuk kesempurnaan puasa, maka hendaknya kita menjalani semua etika berpuasa dan menghindarkan seluruh bagian tubuh kita dari perbuatan dosa. Mata, telinga, lisan, kakitangan dan yang lain harus dijauhkan dari setiap perbuatan dosa. Orang yang berpuasa tidak boleh melakukan ghibah, berkata bohong, mengadu domba, fitnah dan sebagainya.
Perut hendaknya tidak diisi dengan makanan dan minuman haram setelah maghrib tiba. AI- Ghazali mengibaratkan hal ini tak ubahnya bagai orang yang membangun sebuah istana lalu meluluh-lantakkan seluruh kota.
Rasulullah SAW bersabda, "Berapa banyak orang yang berpuasa dia tidak mendapatkan
apapun dari puasanya selain lapar dan dahaga saja".
Sumber : Majalah Cahaya
Nabawiy
Posting Komentar