Sementara itu, Al-Quran menegaskan bahwa orang-orang yang bersabar akan
diganjar dengan balasan tanpa batas."
Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman mengenai orang-orang yang berpuasa,
"Dia meninggalkan syahwatnya, makanannya dan minumannya karena Aku. Maka
puasa adalah milikKu dan Aku yang langsung memberikan pahalanya."
Sungguh betapa mulianya orang yang berpuasa. Betapa sempurna kehambaan dan
kepatuhannya kepada Allah. Betapa tidak, dia bertahan untuk tidak mendekati
suami atau istrinya guna memenuhi kebutuhan biologisnya, tidak juga makan dan
minum yang merupakan hajat hidupnya. Semua ini dilakukan karena Allah semata.
Tidak hanya itu. Dalam sebuah hadits yang lain, Rasul menyebut puasa sebagai
amal kepasturan yang disisakan dalam Islam. Praktek kepasturan ialah tradisi
untuk menyiksa diri, dengan tidak menyalurkan hasrat dan kebutuhan manusiawi.
Misalnya, tidak makan, tidak minum, dan tidak menikah. Islam telah membatalkan
tradisi kepasturan secara permanen. Nabi, misalnya, mengecam orang yang tidak
menikah, padahal dia mampu untuk itu.
Namun, Islam masih mensyariatkan dua amal yang di dalamnya terdapat unsur kepasturan, yaitu puasa dan haji. Haji disebut-sebut sebagai amal kepasturan karena selama berhaji orang dilarang menikah dan berhubungan intim. Ia juga dilarang memakai wewangian, bercukur, mencabut bulu, ataupun melakukan halhal yang menyebabkan rontoknya bulu dari tubuh.
Adapun puasa, ia sangat jelas sisi kepasturannya. Orang yang berpuasa akan
menahan diri dari makan, minum dan hasrat seksualnya, hal-hal yang menjadi
kebutuhan dirinya. Dengan berpuasa, orang tidak mematikan nafsunya, namun hanya
mengendalikannya untuk sementara waktu. Puasa ala Islam memang didisain oleh
Allah untuk tidak menghilangkan kemanusiaan kita, untuk tidak membuat kita
binasa, dan tidak pula untuk memaksa kita berbuat di luar kemampuan.
Sekalipun demikian, puasa tetap saja amal yang tidak mudah karena dia merupakan
usaha melawan hasrat dan nafsu, serta bertentangan dengan kebutuhan kita.
Karena tidak mudah, maka jelaslah bahwa pahala yang dijanjikan sangat besar,
karena setiap pahala diberikan menurut kadar jerih-payah yang ditempuh
seseorang.
Sumber : Majalah Cahaya Nabawiy
Posting Komentar