Tradisi visualisasi Dandangan di
Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sebagai tradisi untuk mengumumkan
datangnya bulan suci Ramadhan, dinilai bisa dijadikan paket wisata.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus Yuli Kasiyanto menyatakan
tradisi Dandangan memiliki daya tarik tersendiri.
“Saat ini, memang sudah ada paket wisata yang bisa dipromosikan
dengan objek-objek wisata yang sudah ada," ujarnya, Jumat (26/5).
Nantinya, lanjut dia, paket wisata yang tersedia bisa dikemas dengan
tambahan tradisi daerah yang setiap tahunnya memang digelar. Di
antaranya, kata Yuli, kirab 1.000 ketupat, visualisasi tradisi Dandangan
serta hari jadi Kota Kudus yang juga menampilkan aneka tradisi khas
daerah di sejumlah kecamatan di Kabupaten Kudus.
Untuk mempromosikan hal itu, kata dia, Disbudpar Kudus perlu bekerja
sama dengan jasa travel wisata, karena merekalah yang mampu
mempromosikan sejumlah paket wisata yang ada di Kudus. Yuli mengatakan,
sejumlah agenda tetap yang digelar setiap tahunnya, akan diinformasikan
kepada pihak jasa travel wisata tersebut untuk dipromosikan kepada
wisatawan.
Menurut dia, wisatawan yang memungkinkan turut menyaksikan tradisi
khas Kudus tidak sekadar berwisata dalam waktu sebentar, melainkan harus
menginap. "Nantinya, kami siap mengundang wisatawan yang dibawa oleh
jasa travel wisata tersebut untuk menyaksikannya," ujarnya.
Bupati Kudus Musthofa menyebut, tradisi Dandangan ini sangat kental
dengan masyarakat Kudus, karena merupakan tradisi turun temurun sebagai
warisan Sunan Kudus. Ia menganggap, hal itu sebagai bentuk toleransi
yang ada di Kudus. "Bukan hanya warga pribumi, bahkan warga Tionghoa
juga turut menyambut gembira datangnya Ramadhan," ujarnya.
Visualisasi tradisi Dandangan yang digelar hari ini (26/5) di
Alun-alun Kudus, dihadiri ribuan orang. Visualisasi yang ditampilkan,
juga menunjukkan adanya pesan sikap toleransi beragama dengan melibatkan
berbagai berbagai etnis seperti yang diajarkan Sunan Kudus. Sikap
toleransi tersebut, juga divisualisasikan lewat sendra tari dan teater
dengan kostum khas Tionghoa dalam menandai datangnya bulan Ramadhan.
Sumber : Antara dan dipublish oleh Republika
Posting Komentar