Pertama, kejujuran (ash-shidq).
Bersungguh-sungguh bekerja merupakan cirri khas professional. Namun apa artinya
kesungguhan itu jika tidak dibarengi dengan sikap jujur. Kejujuran adalah modal sangat berharga bagi setiap manusia dalam menjalankan
seluruh aktivitas kehidupannya. Profesi apapun yang ditekuninya, seyogianya
sifat jujur senantiasa menghiasi dirinya. Al-Qur’an memuji orang-orang yang
selalu berperilaku jujur.
“Ini adalah hari yang bermanfaat bagi orang-orang
yang jujur (disebabkan) kejujuran mereka. Bagi mereka surga-surga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah karena Allah
ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Dan itulah keberuntungan
yang paling besar,” (QS al-Maaidah: 119).
Kedua, amanah dan dapat dipercaya.
Salah satu komitmen penting yang harus kita
bangun dalam karir hidup kita, adalah membangun kepercayaan orang lain. Nabi
Muhammad SAW berhasil menuai sukses, dalam sisi apapun, setelah beliau berhasil
membangun kepercayaan orang lain terhadap dirinya. Memang, komitmen dan
kesuksesan hanya akan dating jika kita memiliki kredibilitas dan dipercaya.
Pepatah Arab mengatakan, “Sifat santun adalah terpuji, menjaga kepercayaan
adalah harta pusaka.”
Dalam pandangan Islam, profesionalisme tak dapat dipisahkan dari amanah. Sebab,
sifat inilah yang akan selalu membingkai profesionalitas pekerjaan kita agar
tetap berada di jalurnya yang benar. Orang yang tidak amanah berarti tidak
profesional dalam menjalankan tugasnya. Rasulullah SAW menjelaskan, “Apabila
amanah telah disia-siakan, tunggulah saat kehancuranny,” (HR Bukhari).
Ketiga, keterbukaan dan transparansi (tabligh).
Secara harfiah, tabligh
bermakna menyampaikan sesuatu apa adanya, tanpa ditutup-tutupi. Keterbukaan
penting dimiliki seorang professional, agar mekanisme amanah (akuntabilitas)
dan pertanggungjawaban dapat berlangsung dengan baik.
Transparansi juga erat berkait dengan kejujuran dan sifat amanah, bahkan ia
merupakan refleksi dari kedua sifat tersebut. Orang yang jujur dan amanah tak
akan menyembunyikan sesuatu yang selayaknya diungkap. Ia mampu mengungkap
kebenaran sekalipun pahit, baik bagi dirinya maupun untuk karirnya.
Keempat, cerdas dan bijaksana (fathanah).
Tak dapat dipungkiri, kehidupan dunia
yang lebih mengedepankan aspek formalitas daripada moralitas, seperti saat ini,
intelektualitas dijadikan parameter pertama untuk mengukur kemampuan seseorang.
Padahal, kecakapan intelektual buka satu-satunya tolak ukur menilai
profesionalitas seseorang. Apa gunanya orang cerdas jika tak bermoral dan tidak
memiliki karakter yang baik. Kecerdasannya akan disalahgunakan hanya untuk
mengeruk keuntungan pribadi dan merugikan orang lain.
Fathanah bukan sekedar cerdas tetapi juga visioner dan inovatif, tanggap
menangkap peluang untuk maju serta menciptakan sesuatu yang tepat guna, efisien
dan berdaya saing tinggi.
Jelasnya, untuk menjadi professional, seorang Muslim hendaknya mempunyai empat
karakter sebagaimana disebutkan diatas. Keempat sifat itu juga merupakan sifat
utama pribadi Rasulullah SAW, yang juga merupakan kunci penting untuk
memenangkan persaingan, khususnya di era perdagangan global.
Selain dari terpenuhinya keempat nilai inti tersebut, seorang professional
Muslim hendaknya juga mempertahankan tujuan inti. Tujuan inti-nya hanyalah
mengabdikan diri pada Allah SWT.
“Dan tidak Aku ciptakan golongan jin dan
manusia selain untuk mengabdi kepada-Ku,” (QS adz-Dzariyat: 56)
Jika kita berhasil mempertahankan nilai inti dan tujuan inti maka kita bisa
mendapatkan balasan yang terbaik dan tambahan karunia dari Allah, sebagaimana
disebutkan dalam surah an-Nuur di atas.
Ust. Muhammad Ilham Muchtar
Posting Komentar